Minggu, 05 Mei 2013
Yoo~~ Galaco here!
Setelah sekian lama, Galaco memutuskan untuk menyelesaikan Chapter 4. Terima kasih atas komen-nya! ^^
Dan untuk Rin-san, maaf. Tapi kami ga yuri. Kami masih normal.
Here we go!!
Agak aneh, ya? Soalnya udah lama ga dilanjutin xD
Komen untuk saran ya!!
!Galaco!
Setelah sekian lama, Galaco memutuskan untuk menyelesaikan Chapter 4. Terima kasih atas komen-nya! ^^
Dan untuk Rin-san, maaf. Tapi kami ga yuri. Kami masih normal.
Here we go!!
Karakuri Burst
Story
by Galaco
All
character belong to the respective owner
“MEIKO-sama,
mereka sudah mulai bergerak.”lapor seorang gadis bersambut hitam
model twintails. “Aku tau itu, BLACK.”sahut seseorang yang
berambut coklat pendek. “Kurasa, kiriman Kuro-whatever itu
lumayan handal, MEIKO-sama.”timpal seseorang besurai pink dan biru
diujungnya. “Mereka dapat menghindari semua seranganku.”lanjut
gadis itu. Orang yang dipanggil 'MEIKO' mengangguk.
“BLACK,
SNIPER, DRILL, FAN, kau harus memata-matai mereka.”bisik MEIKO.
BLACK, atau Zatsune mengangguk. SNIPER, atau Harushirayuki menyiapkan
senjata apinya. DRILL, atau Tettoveiten Incandeum sibuk dengan
pisau-pisaunya. Dan FAN, atau Code;Mizuki, tentu sedang menyiapkan
kipas-kipas lipatnya.
“Aku
tak ingin kalian gagal kali ini.”
-**-
“Yue,
kita harus pergi ke Amalienborg sekarang juga!”pekik Galaco saat
mendengar berita dari televisi, mengenai desas-desus pembunuhan di
Amalienborg. Yuezhe menatap layar televisi malas. Tapi, begitu
mendengar berita itu. Ia langsung terkejut.
“Ayo,
Gal!”teriak Yuezhe sambil menarik tangan Galaco dan beranjak pergi
ke Amalienborg. Lebih tepatnya, berlari. Galaco, masih sempat meraih
jubah hitamnya yang terselampir di kursi. Sehingga, ia masih dapat
memakainya.
“Kuharap,
kita tak terlambat.”doa Yuezhe. “Yah, kau benar.”sahut Galaco.
Dengan kecepatan penuh, keduanya berlari sekuat tenaga. Bagusnya,
kedua gadis sinting itu berhasil sampai di Amalienborg. Apa yang
berusaha mereka lakukan, sih?
Yuezhe
dan Galaco mendengar sebuah jeritan dari seseorang. Galaco dapat
memastikan bahwa yang berteriak tadi adalah seorang gadis. Keduanya
bertatapan untuk beberapa saat. Tanpa pikir panjang, keduanya
langsung berlari memasuki Amalienborg.
Tapi,
sepertinya kebersamaan mereka tak berjalan mulus. Dua buah lorong
yang mengarah ke kanan dan ke kiri memaksa keduanya untuk berpisah.
“Kau
ke kanan, aku ke kiri. Pastikan bahwa dirimu baik-baik saja.”perintah
Galaco sambil berlari ke lorong kiri. Yuezhe terhenyak. Namun, dia
segera mengumpulkan semua dari dirinya dan berlari ke lorong kanan.
“Kita akan bertemu lagi disini!”teriak Yuezhe. Yuezhe merasa lega
setelah mendengar sahutan setuju dari Galaco.
Yuezhe
mendapati bahwa lorong kanan tak terlalu panjang. Hanya sekitar 10-13
meter. Dia tak menemukan apapun kecuali sebuah lorong gelap.
Benar-benar gelap. Ia bahkan hanya dapat melihat salah satu jendela
yang beruntung sekali bisa mendapat sedikit berkas cahaya dari bulan.
Ia memperlambat langkah kakinya, agar tak menciptakan suara yang
keras. Secara, dia dan Galaco selalu memakai boots ber-hak.
Tiba-tiba,
ia menabrak seseorang. Samar-samar, ia melihat syal berwarna ungu tua
dan surai rambut berwarna ungu pula. Yuezhe segera mencabut belatinya
dan menodongkannya tepat di dada orang itu, meski ia tak dapat
melihat dengan jelas. Hatinya berdebar keras, tak dapat mengingat
siapa orang yang ia kenal dan memiliki surai ungu.
“Yueliang?
Itu kau?”tanya orang itu. Seketika, perasaan Yuezhe menjadi tenang.
Ia merasa sangat mengenal suara ini. Setelah mengingat-ingatnya, ia
ingat bahwa ini adalah suara Letnan Taito Shion, yang secara
perlahan-lahan memikat hatinya.
“...
Letnan Shion?”tanya Yuezhe balik. Ia terkesan gugup sekali. “Ah,
syukurlah itu benar-benar kau, Yueliang. Apa kau baik-baik
saja?”tanya Taito khawatir. Yuezhe tercekat suaranya. “I-Iya...”
Sementara
itu, Galaco dengan terengah-engah tetap berusaha berlari. Lorong kiri
ini memang sangat panjang. Sekitar 30-35 meter, menurut perhitungan
Galaco. Suara hak yang berpapasan dengan lantai menghiasi setiap
langkahnya. Keringat mengalir deras dari pelipisnya. Nafasnya begitu
memburu. Dia butuh istirahat.
Benar
saja, setelah beberapa langkah ia penuhi, dia sampai di ujung lorong.
Ia menemukan seorang gadis muda tergeletak tak bernyawa di dinding.
Keadaannya begitu naas. Matanya hanya tersisa satu, sedangkan mata
lainnya sudah hilang entah kemana. Badannya bermandikan darah.
Perlahan,
Galaco berjongkok dan mengusap darah dari salah satu luka di tubuh
gadis malang itu. Terdapat sebuah luka tusuk yang membentuk simbol
Karakuri Eyes. Galaco menghela nafas. Jika saja ia lebih awal, ia
mungkin bisa menyalamatkan gadis ini. Penyesalan selalu datang
belakangan.
“Senang
bisa melihatmu hidup, Tranquillia.”desis seseorang dengan nada
meremehkan. Galaco berbalik. Dia melihat seseorang dengan rambut
berwarna merah yang dimodel drill. Pandangannya menyipit.
Diam-diam, dia mengambil Mini-Uzzinya yang selalu ia bawa. Naas, dia
baru sadar kalau dia meninggalkan senjata api kesayangannya itu di
meja kamarnya.
“Kau...”desis
Galaco kesal. Gadis berambut merah-drill itu tertawa keras.
“Mana senjatamu, sayang? Kulihat, kau tak mengeluarkan apapun dari
tadi.”ejeknya. Galaco berdecih kesal. “DRILL, kau...”desis
Galaco makin keras.
Yap,
gadis itu adalah DRILL. Sang pemain pisau ter-handal dari Karakuri
Eyes. Galaco sebenarnya mengharapkan BLACK yang datang, supaya dia
bisa menghantam wajah cantik BLACK dengan kepalan tangannya. Tapi,
dia bukannya tak ingin memukul wajah DRILL, dia hanya ingin
melakukannya terlebih dahulu pada BLACK.
“Jadi,
sayang. Kukira, akan lebih mudah untuk menghabisimu sekarang, bukan?
Mengingat kau tak membawa senjata apapun kali ini.”celetuk DRILL.
Galaco mempersiapkan dirinya. Jemari lentiknya sudah menggenggam
lengan kanan dari mayat yang ada di belakangnya. 'Nona, aku minta
maaf. Tapi, aku pinjam tubuhmu. Sebentar saja.'batin Galaco.
Sementara itu, Galaco juga menahan tangan kirinya yang berdenyut
sakit.
Benar
saja, DRILL menarik belati yang ada di pinggangnya dan melemparkan
benda mematikan itu ke arah Galaco. Entah kenapa, tangan kiri Galaco
yang ia gunakan untuk meremas lengan mayat itu serasa tak sanggup
digunakan. Secara reflek, ia memejamkan mata dan menulis segala pesan
terakhirnya di memori otaknya. Bersiap untuk bertemu dengan kematian.
“Galaco!
Awas!”
Pekikan
seseorang terdengar seiring Galaco merasa tubuhnya direngkuh oleh
sepasang tangan kokoh. Ia juga merasa sosok itu membawanya menjauh
dari tempat ia terduduk mempersiapkan kematiannya.
Galaco
perlahan membuka matanya. Ia mendapati seorang pria berseragam yang
jelas sekali, bahwa seragam itu berasal dari Batalyon KBF. Beberapa
surai teal nampak di sekitar pelipis pria itu. Kedua tangannya
tetap memeluk Galaco. Galaco sadar. Pria itu tak lain tak bukan
adalah Letnan Mikuo Chamberline.
“L-Letnan?!”tanya
Galaco tak percaya. Mikuo melepas pelukannya perlahan. Sekilas,
Galaco melihat bercak-bercak merah di lengan kanan Letnan yang
dikaguminya itu. Ia terbelalak. Lengan kirinya memang sakit, tapi
sama sekali tak mengeluarkan darah.
“Kau
baik-baik saja, Galaco?”bisik Mikuo tepat di telinga Galaco. Galaco
yang masih kaget hanya mengangguk kecil. “Letnan, tanganmu...”gumam
Galaco. Mikuo hanya tersenyum. “Asal kau baik-baik saja.”potong
Mikuo.
“Yeah,
yeah. Mengharukan, menyentuh sekali. Tapi, kurasa sekarang adalah
saat yang paling tepat untuk menghabisi kalian berdua.”seru DRILL
merusak suasana. Mikuo dan Galaco segera berbalik. Keduanya berdiri
tegap menghadapi sosok bersurai merah itu.
“Dua
lawan satu, eh? Menarik.”komentar DRILL. “Tapi maaf saja, Romeo,
Juliet.”lanjut DRILL. Tangannya sudah naik ke atas dan...
“STOP!”
Seorang
gadis berambut honey-blonde yang menggunakan eyepatch hitam di mata
kanannya memeluk DRILL dari belakang. Dia adalah Mayor Rinnie
Speculene! “Kau!”pekik DRILL kesal. Dia berusaha bergerak, tetapi
Rin (Ia benci dipanggil Rinnie) memeluknya erat sekali.
“Tranquillia,
Letnan Chamberline, segera ke tempat itu! Yueliang dan Letnan
Shion sudah menunggumu! Aku akan mengurus DRILL!”perintah Rin.
“Tapi, Mayor...”
“LUPAKAN
AKU!”
Lengkingan
dari Mayor yang terkenal yangire itu membuat Galaco
menarik bahu Mikuo dan segera berlari menjauh. Sungguh, aku kasian
melihat Mikuo yang diseret Galaco dengan sadis. Sepertinya, roh dari
Letnan itu sudah keluar dari tadi. “Kau diam saja. Diam atau
kuperkosa. Diam atau kuperkosa.”bisik Galaco berulang kali. Mikuo
nampak sangat ketakutan hingga terlihat sudah tewas. “Berhenti
kau!”pekik DRILL. Rin masih memeluknya erat. “Kau lawanku,
Tettoveiten Incandeum!”
“Jangan
panggil aku dengan nama itu!”jerit DRILL. “Kau mau melupakan masa
lalumu, hn?”tanya Rin. “Kau juga melupakan masa lalumu,
SAW!”jawab DRILL keras. Rin terpaku.
Dia
dulu adalah seorang anggota Karakuri Eyes. MEIKO menemukannya saat ia
tersandung sebuah mayat di pinggiran Copenhagen. Wanita bengis itu
menawarkannya tempat untuk berlindung. Ia tak habis pikir, mengapa ia
menurutinya waktu itu. MEIKO memberinya nama SAW setelah dia menusuk
mata kanan Rin. MEIKO juga melempar sebuah gergaji mesin yang masih
menyala ke arah Rin. Sehingga, bagian bahu sampai pinggangnya
tergores sangat dalam. Beruntung, seorang yang Rin ketahui bernama
BLACK membalut lukanya. Semenjak itu, Rin selalu berusaha untuk
keluar dari Karakuri Eyes. Berkali-kali ia mencoba, hingga akhirnya,
dia berhasil lolos dari sana. Meski jiwanya sudah terkontrak di
Karakuri Eyes, dan nanti akan kembali ke sana dengan sendirinya.
Kecuali jika ia tewas duluan, tentu saja.
DRILL
melompat dan salto. Posisi berubah, ganti DRILL yang memeluk Rin dari
belakang. DRILL perlahan meletakkan dagunya di bahu Rin dan tangannya
mulai meraba bekas luka Rin yang tertutup oleh seragam resmi
Kepolisian Jerman. Sedangkan Rin terpaku. Serasa tak bisa bergerak
lagi.
“Katakan
padaku, sayang...”bisik DRILL. Rin mual mendengar panggilan itu.
Meski dapat Rin akui, suara DRILL begitu—
Tunggu,
ini bukan fict rated-M. Author labil ini mungkin sedang
membaca beberapa fict yang— Tidak. Aku masih sayang hidupku. Jangan
acungkan pisau itu ke mukaku, Author.
“Apa
kau bisa melupakan betapa sakitnya terkena gergaji mesin yang masih
menyala oleh MEIKO-sama?”tanya DRILL, masih berupa bisikan. Rin
membeku di tempatnya. Ingin baginya untuk menampar keras-keras wajah
DRILL hingga tak berbentuk, atas semua kalimat menjijikkannya.
“Bergabunglah... Dan kau tak akan perlu menyesal harus membunuh
teman-temanmu lagi...”lanjut DRILL sambil menopangkan kepalanya di
bahu Rin.
Rin
yang sudah benar-benar muak langsung membalikkan badannya dan
mengambil gergaji mesinnya-yang-entah-darimana-ia-dapatkan. Ia
mengacungkannya tepat di muka mantan-partnernya itu. “Asal kau tau,
sayang. Aku tidak pernah menyesal membunuh kalian.”tegas Rin
dingin sambil menekankan kata 'sayang'.
“DAN
AKU TIDAK LESBIAN!!”jerit gadis honey-blonde itu marah. Ia
melemparkan gergajinya ke arah DRILL. Namun, DRILL dengan cepat bisa
menghindar dan melompat. Dengan sekali gerakan, DRILL melempar
sebilah pisau ke arah mesin gergaji Rin. Sehingga, gergaji itu
berhenti bekerja.
“Apa
kemampuanmu berkurang setelah luka itu mengering, sayang?”tanya
DRILL lembut sembari meluncurkan tiga bilah pisau ke arah Rin. Rin
memang cekatan menghindarinya, tetapi sebilah pisau menggores pipi
porselennya.
“Kau...”
“BERANI-BERANINYA
KAU MERUSAK GERGAJI-CHAN KESAYANGANKUUUU”
Pekikan
marah itu membuat suara tendangan, pukulan, dan luncuran pisau yang
mendesing terdengar jelas. Rin yang sudah terbakar amarah memakai
kemampuan bela dirinya untuk menghajar DRILL. Sementara DRILL terus
melempari Rin dengan pisau.
Hingga
pada puncaknya, Rin yang sudah terluka parah berhasil meraih kaki
DRILL. Dengan segala kekuatannya, ia membanting DRILL keras-keras ke
lantai. Membuat setengah liter darah keluar dari mulut DRILL. Rin
langsung menduduki DRILL.
Dengan
kasar, Rin menyibakkan poni yang menutupi mata kiri DRILL.
Menampakkan mata tertutup yang terlihat tergores dengan
sangat-amat-dalam-sekali. DRILL menatap mantan-partnernya itu dengan
tatapan memohon.
“Jangan!
Jangan bunuh aku! Kumohon!”pinta DRILL sambil berurai air mata. Rin
mengulurkan tangannya. Ia mengusap air mata DRILL. “Maafkan aku,
sayang...”bisik Rin dengan nada sendu. “Tapi kau...”lanjutnya.
Rin
mengulurkan kedua tangannya dan mencekik leher DRILL kuat-kuat.
“HARUS MATI! MATI! MATI! MATI! MATIIIII!!!”teriak Rin marah.
DRILL tersentak dan berusaha mengangkat tangan Rin yang mencekiknya.
DRILL berusaha mengambil oksigen sebanyak-banyaknya.
“S-SAW...
T-Tolo... Ngg—“erang DRILL. “JANGAN PANGGIL AKU SAW!!!”sanggah
Rin keras. Pegangan tangan DRILL melemas. Ia benar-benar kehabisan
oksigen. Matanya meredup. Seiring dengan cekikan Rin yang kian kuat,
sebuah kalimat keluar dari mulutnya. “... S-elama...-t
ti...ngg..al, Rin...nie Spe-cule...ne...”
Rin
tersenyum puas. Dia mengambil sebilah pisau DRILL dan mulai merusak
tubuh gadis berambut maroon yang masih bernafas 3 menit yang
lalu itu. “Selamat tinggal juga, Tettoveiten Incandeum. Tidur yang
nyenyak, ya.”sahut Rin. Selanjutnya, kita hanya bisa menemukan 2
buah mayat yang sama-sama tak berbentuk dan seorang gadis yang
melangkah menjauh.
-**-
“Maafkan
saya, Letnan.”ungkap Galaco sambil membalut lengan Mikuo yang
terluka. “Tak apa—AW!!”jerit Mikuo saat Galaco tak sengaja
mengikat terlalu kencang. “Maaf.”lirih Galaco. 'NYAHAHAHA.
Sokorin. Dasar Letnan bawel! Balas dendam, Balas dendam!!!'batin
Galaco.
-xx-
“APA?!”bentak
MEIKO begitu Haru melaporkan bahwa DRILL sudah tewas. Ia menggeram
dan memukuli dan menendangi Haru. “Harusnya kau datang lebih awal!
Gadis tak berguna!”hardik MEIKO. Sementara Haru hanya meringis
kesakitan seraya memohon untuk diampuni. Puncaknya, MEIKO menusuk
sebilah pisau pada Haru hingga ia terkapar tak berdaya. “Bawa dia
ke ruangan pengobatan.”desis MEIKO. BLACK, FAN, dan FLY (APPEND
Miku Hatsune) segera melarikan Haru ke ruangan yang disebutkan MEIKO.
“Kau
takkan kumaafkan... Kuroneko.”
TO
BE CONTINUED
Agak aneh, ya? Soalnya udah lama ga dilanjutin xD
Komen untuk saran ya!!
!Galaco!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Yangire itu apa?
DAN AKU TIDAK LESBIAAAAAN!
#Meluk gergaji unloyal
:v Rin >:v
Posting Komentar