Sabtu, 19 Januari 2013

[CUL] My sweet memory 2 part 1


yo! kembali lagi bersama saya :D
kini Rin dan Rendi kembali lagi di hadapan ada :v *eaaaa
kecepatan,ya? --"
gak apa" lah :v
ok,selamat membaca my sweet memory season ke 2 ini!
semoga kalian suka dengan ceritanya! _ _)


My sweet memory 2
Part 1

            Sinar matahari yang hangat membuatku terbangun dari tempat tidurku. Hari ini adalah hari yang sangat menggembirakan! Yup! Inilah hari di mana aku bertemu lagi dengan sahabat lamaku yang telah sekian lamanya berpisah yaitu, Rendi! Sudah 5 tahun lamanya kami tak bertemu dan saling bertatap muka. Rasanya senanggg sekali! Dan tanpa terasa .. aku sudah memasuki usia 18 tahun! Yup! Sudah kuliah! Dan aku kuliah di kota Jogja! Tempat Rendi tinggal! Makanya itu aku bisa ketemuan sama dia!
            Akupun segera berlari kearah kamar mandi.

[beberapa menit kemudian]
            “Akhirnya aku siap juga!” seruku girang. Akupun segera berjalan ke luar rumah, lalu mengunci pintu dan setelah itu mencari taxi.
            Rencananya kami akan ketemuan di sebuah restoran yang cukup jauh dari asrama tempat aku tinggal.

Tanpa terasa aku sudah sampai di depan restoran. Segera aku membayar uang Taxi dan buru-buru masuk ke dalam restoran. Saat masuk aku langsung mencari sosok seorang Rendi ‘Dewasa’. Lalu seorang laki-laki berkulit putih seperti orang jepang, dengan hidung mancung dan berpostur tubuh tinggi yang sedang melambai-lambaikan tangannya ke arahku. Aku membelalakan mataku.
            “Gak .. gak mungkin itu Rendi?!” tanyaku. Untuk memastikan itu Rendi atau bukan aku segera berjalan ke arahnya. “Kkkamu .. Re… Rennndi?” tanyaku setelah sampai di hadapannya. Laki-laki itu hanya bisa tersenyum. “Kamu beneran Rendi?!” tanyaku lagi.
Laki-laki itu menatapku. “Ahahaha .. iya, lah! Kenapa? Kamu pangling, ya sama aku? Karena aku sudah berubah jadi keren?” katanya sok cakep-_-
            “Ih! Ternyata bener ini kamu! Kelihatan dari muka asemnya” kataku nyindir.
            “Eh .. kamu baru aja ketemu udah kayak gitu. Nyesel aku ngajak ketemuan.” Katanya kesal.
            “Ahahaha …bercanda, bercanda… kamu,ya dari dulu memang enak untuk di kerjain!” seruku sambil duduk di kursi yang sudah di sediakan di depan Rendi.
            “Ukh .. kamu, ya kamu juga gak berubah … sifatmu masih suka nyindir.” Kata Rendi.
            “Ehehe .. biasa gitu, lho ..” aku nyengir. Rendi langsung tersenyum tipis. “Eh, ngomong-ngomong aku gak yangka, lho ini kamu! Asli kamu beda banget dari yang dulu .. dulu kamu masih bocah ingusan yang sering pingsan gara-gara liat bungkusan.” Kataku dengan wajah yang polos banget (buset, dah-_-)
Rendi langsung memasang wajah yang sangat kesal. “Busett .. tu nyindir sekaligus fitnah, ya .. gak pernah aku pingsan gara-gara liat bungkusan-_-”
Aku nyengir. “Hehehe … fitnah bentar (?) gak apa-apa, kan?”
            “Ah .. terserah apa katamu, lah .. eh, iya .. kamu juga berubah tau! dulu kamu itu bocah yang suka nipu yang benci sapu sering tersipu bila tertipu …. Eh .. bisa juga ternyata aku” Rendi langsung tersenyum lebar.
Aku langsung memasang wajah kesal. “Busett .. tu aib kamu keluarin semua-_-”
            “Eh? Jadi itu beneran?!” Tanya Rendi tak percaya.
            “Akh! Udah .. ini ngapain jadi kayak balas-balas pantun-_- .. oh, iya .. beneran kamu bedaaaa jauhhhh dari yang dulu. Padahal dulu kamu gak beda jauh tingginya sama aku. Dan aku kira aku bakal bisa melewati kamu .. tapi ternyata kamu cepet banget numbuhnya!” aku mulai bercerita.
            “Ahahaha … cowok itu memang begitu … jika sudah masa baliq maka semua organ tubuhnya akan berubah sekaligus tinggi badan.” Jelas Rendi. Lah? Ini kenapa jadi belajar?-_-
            “Kenapa gak sekalian kelamin juga ikut berubah? ._.)” kataku asal ceplos.
            “-_- boleh, gak aku nampar kamu bentar?” Tanya Rendi. Aku hanya bisa nyengir.

Setelah itu kamipun langsung bercerita layaknya sahabat lama. Kami bercerita tentang kejadian yang kami alami selama SMP sampai SMA dari cerita yang lucu sampai yang sedih.
            Setelah asyik beradu mulut (?) eh, maksudnya bercerita panjang lebar sampe mulut melar ._. maksudnya sampai puas. Akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke suatu tempat dan itu adalah sebuah karnaval yang kebetulan saat itu sedang di gelar yang tidak jauh dari restoran.
            “Mau ke sini?” Tanya Rendi. Aku mengangguk tanda setuju.
Lalu setelah itu kamipun segera memasuki area karnaval.
            “Eh, eh .. inget, gak?” kataku mulai membuka pembicaraan lagi.
            “Inget apa?” Tanya Rendi.
            “Masa lupa? Pertama kali kita jalan bareng kayak gini! Pas kita masih kelas 8! Di trans studio itu!” seruku.
Rendi terdiam beberapa detik. Mungkin sedang mengingat-ingat. “Ah! Iya! Waktu itu aku kesel banget gara-gara kamu paksain aku masuk ke kapal terbang itu!” kata Rendi sudah teriangat.
            “Huh? Sky pairates? Ohh .. itu .. ya, ya .. ahahaha! Tapi itu membuatku senang tau!” seruku girang.
            “Senang mbahmu?! Aku yang kena cipratan apinya tau! (?)” Rendi mulai kesal.
            “._. lalu aku kecipratan buah kelapa,ya? (?)” tanyaku polos.
            “-_- apaan,tuh kecipratan .. kalau kecipratan buah kelapa ntar yang ada kamu mati! .. yang ada itu ketiban buah kelapa! Akh! Istilahnya kamu ketiban buah kelapa aku yang ketiban buah duren!” Rendi sudah kesal.
            “Lah .. yang penting sama-sama ketiban … jadi gak apa-apa …” kataku dengan santai sambil berjalan mendahului Rendi.
Rendi sudah 1000% merasa kesal (1000% beuh-_-) “Ukh!!! Rinaaa!!” Rendipun berlari mendekati Rin.

            “RENDIIII!!!” seruku sambil menarik lengan Rendi.
            “Ng .. nggak mauuuu!!!” jawab Rendi.
            “Ikh! Sudah ku bilang harus mauuuuu!!!” aku masih menarik lengan Rendi berusaha mencegah Rendi yang mau kabur.
            “Rin! Aku masih gak mau kalau harus naik yang kayak begituan!” seru Rendi. Akupun langsung terdiam lalu melepas tarikanku.
            “Ok .. aku mulai kesal … pokoknya harus naik!!” akupun menarik kencang tangan Rendi sampai Rendi tak bisa menghindari tarikkan Rin yang amat kencang bagaikan kekuatannya Hulk (gilee -_-).
            Setelah capek-capek aku menyeret Rendi ke depan ‘komedi putar’ … sebelumnya tau, kan? Itu, tuh .. permainan yang kayak .. roda besar itu .. kalau kita naik ntar kita di bawa ke atas (ah pokoknya gitu, lah .. susah ngejelasinnya-_-).
            “Rin .. Rin! Beneran! Suwer aku gak mau naik yang kayak beginian!” seru Rendi dengan amat ketakutan.
            “Yang bener aja! Masa kamu masih takut sama ketinggian?! Kamu itu susah gede, lho!” jelasku.
            “Ukh ..” Rendi tak bisa membalas lagi. “Tapi …”
            “Gak ada tapi-tapian .. pokoknya cepet masuk!!” kataku sambil memaksa Rendi Masuk ke dalam ‘komedi putar’ itu.
Dan mau tak mau Rendi harus menuruti kemauan Rin yang tidak bisa di ganggu gugat lagi-_-
Saat masuk wajah Rendi langsung pucat seketika apalagi saat kami berada di atas.
            “Ri .. Rin .. I … I ..ini … bbbberrrappa ppuutttarrrraaann???” Tanya Rendi dengan wajah pucatnya itu.
Rasanya aku ingin tertawa! Tapi harus kutahan! “Ng … 5 putaran!” seruku girang. Rendi yang mendengar itu langsung menjadi lemas.
            “Udah. Ah! Jangan gitu! Kamu udah gede, lho! Jangan malu-maluin!-_-” jelasku. Namun Rendi tak menjawab apa-apa karena saking lemasnya-_- aku yang melihat itu langsung teringat akan sesuatu lalu mengambil sebuah kotak dari dalam tas. “Oh, iya Ren!”
Rendi menoleh .. “Add.. adda apa, Rin?” Tanya Rendi masih lemas.
            “Ng .. ini! aku ada hadiah buat kamu!” kataku sambil menyodorkan sebuah kotak.
Rendi langsung terbangung dari senderannya. “Apa ini?!” tanyanya.
            “Buka aja!” seruku.
Kemudian Rendi membuka kotak itu. Ternyata isinya adalah sebuah figur Yuno Gasai! Saat melihat itu wajah Rendi langsung menjadi sangat cerah mengalahkan sinar matahari (busett-_-).
            “Ini buat aku?” kata Rendi tak percaya. Aku mengangguk. “MAKASIH BANYAK!!” serunya sampai-sampai ia terloncat dari tempat duduknya. Seketika ‘komedi putar’ yang kami tempati langsung bergoyang-goyang.
            “EH?!!!!” aku dan Rendi langsung terkejut. Seketika wajah Rendi menjadi pucat lagi dan tubuhnya menjadi lemas.

[selesai menaiki komedi putar]
            “Rin .. rasanya aku mau mati ..” kata Rendi dengan wajah pucat saat keluar dari sangkar burung.
Aku menatap Rendi. “Salah kamu ngapain tadi sampe loncat segala di dalem?! Aku juga kaget tau! untung jantungku gak copot .. kalau copot gimana jadinya?!” kataku kesal.
            “Oh, iya ngomong-ngomong makasih banyak, ya hadiahnya!” seru Rendi yang mulai kembali seperti semula.
Aku menatapnya lalu tersenyum lebar. “Iya sama-sama.
            “RENDI!” tiba-tiba terdengar suara seorang perempuan yang sedang berjalan mendekati kami. “Rendi kamu ngapain di sini?” Tanya perempuan itu. Lalu dia menatapku. “Siapa perempuan  ini?!” aku yang melihat perempuan itu langsung terheran-heran.
            “Rendi siapa perempuan ini?” tanyaku kepada Rendi. Namun Rendi tak menjawab. Dia hanya bisa menundukan kepalanya.
            “Aku ini tunangannya Rendi!” perempuan itu malah yang menjawab.
            “EH?!” aku langsung membelalakan mataku. “Tu .. tttunangan?!”


~To Be Continued~



0 komentar:

Posting Komentar