Rabu, 02 Januari 2013

[CUL] My Sweer Memory part 2


sebelumnya ..
maaf yg telah menunggu part duanya -w-)/ (siapa yg nunggu? --")
berhubung internet di rumah lagi gangguan --" jadinya lama untung mengupload ceritanya ..
jadi silakan lanjut membacanya~ _ _)


My sweet memory
Part 2

Kami hanya bisa terdiam.
Aku mencoba untuk menatapnya tapi rasanya malu sekali! Ukh … rasanya ingin meledak .. mana aku sering ngobrol dan curhat bareng dia lagi! Dan ditambah lagi … aku selalu curhat tentang Rendi! Berarti selama ini aku slalu bercerita tentang Rendi kepada Rendi (?) uwoo!! Yang benar saja!
Lalu aku menatapnya dengan ragu-ragu. Ku lihat dia juga sedang malu? Terlihat dari wajahnya yang merah padam. Apakah dia berpikir yang sama denganku? Eh .. tunggu dulu .. dia bilang dia kesal dengan seorang cewek karena sering membentaknya. Jadi … itu aku?! Apa-apaan ini?! mana aku sudah ngajak ketemuan di sini lagi! Masa aku harus lari lalu pulang ke rumah?! (kabur) lalu ku coba untuk memberanikan diriku berbicara kepadanya.
            “Ng … Ad .. eh, Re .. re .. re … re …aaa ..” ya ampun susah banget, sih manggil namaya itu! Apa yang harus aku lakukan? Masa kami mau diam di sini selamanya?! Ya allah! Ketimpa apa kemarin aku sampai jadinya begini?!
            “Ri .. Rina!” panggil Rendil. Akupun menoleh.
Syukurlah dia mau angkat bicara! Lega rasanya .. “I .. iyya??”
            “Aaaaa ….” Rendi masih berat untuk berbicara. Mungkin karena syok hebat. Aku menunggunya untuk mengeluarkan kata-kata. Tapi yang ku dengar terus hanyalah huruf “A”! akh! Ya sudah klau begini aku saja yang angkat bicara!
            “Ok! aku udah bosen nunggu lama di sini! Jadinya aku pergi saja, ya!” seruku sambil berjalan pergi. Tapi itu di cegat oleh Rendi yang menarik lenganku. “Eh?”
            “Ja .. jangan pergi! Aku sudah membeli tiketnya, lho!” serunya
            “Ya sudah kamu saja sana yang main!” jawabku.
            “Enak saja! Aku sudah membeli dua! Dua tiket! Mana harganya mahal lagi! Aku udah rela-rela berkorban untuk membeli tiket ini tau!” jelasnya panjang lebar.
Aku terdiam. “Ya sudah .. kembalikkan saja tiket yang satunya!”
            “Mana bisa, woi!” Rendi mulai kesal.
            “Bisa!” kataku tak mau kalah kesalnya.
            “Nggak bisa!” serunya.
            “Gimana mau bisa kalau gak di coba! Sana kembalikan dulu!” seruku.
            “Kamu,ya! Pokoknya ini gak bisa di-kem-ba-li-kan!” Rendi mulai meninggikan suaranya.
            “Pokoknya harus bisa!” aku juga mulai meninggikan suaraku.
Rendi mendesis geram. “Ta …..” lalu dia terdiam.
            “Ta…?” tanyaku bingung. Ku lihat wajah Rendi memerah. kenapa lagi? Lalu saat ku lihat ke sekeliling kami ternyata … banyak orang-orang yang dari tadi memperhatikan kami karena kami berisik! Seketika wajahku ikut-ikutan memerah. malu banget!
            “Ka .. kalau be .. begitu .. kita ma .. masuk saja …” kata Rendi pelan sambil berjalan kea rah pintu masuk.
            “I .. iya ..” kataku pelan sambil mengikutinya dari belakang.
Begitu kami berdua masuk ke dalam. Kami hanya bisa terdiam. Rasanya susah kalau mau menatap Rendi apalagi kalau bicara! Ukh .. bodohnya aku … kenapa aku langsung aja ketemuan? Berdua lagi! Sekarang gak ada orang yang bisa menolongku. Harusnya aku sadar ini Rendi! Kenapa aku ini? kenapa?!
Sementara Rin lagi menyesalu perbuatannya. Rendi masih terus terdiam.
            Ok .. ini aneh … kenapa cewek yang selalu aku tunggu-tunggu di dunia maya adalah Rina?! Ketiban apa aku kemarin?! Lalu sekarang apa yang harus aku lakukan?! (di dalam hati Rendi)
Sementara Rendi terdiam. Rin sedang mencoba mencari cara untuk bisa ngobrol dengan Rendi secara lancar.
            Ok .. mungkin ini terlalu berani… tapi kalau aku gak melakukan ini aku bisa mati karena bosan di sini!
Akupun menarik tangan Rendi. Rendi yang tau tangannya di tarik olehku langsung terkejut.
            “Ma .. mau apa kamu?!” tanyanya dengan wajah yang sedikit memerah.
Aku tak menjawab. Aku tetap menariknya sampai kami berada tepat di depan wahana Vertigo. “Mau naik ini?” tanyaku.
Rendi terdiam. Mungkin sedang berpikir. “Ta .. tapi sebelumnya lepaskan dulu tanganmu!” serunya. Akupun tersadar kalau dari tadi aku masih menggenggam tangannya! Buru-buru aku melepas tangannya. Dan wajah kamipun memerah lagi! Akh! Kenapa ini harus terjadi?! Rasanya aku mau meleleh! “Ma .. maaf ..” kataku pelan.
            “Iyya gak apa-apa” jawab Rendi dengan suara yang pelan. Lalu setelah itu kamipun naik ke wahana vertigo bersama-sama.


Tanpa terasa kami sudah mencoba semua wahana yang ada di trans studio itu! Rasanya .. menyenangkan dari pada berada di rumah .. ok .. sepertinya ini mulai aneh?. Entah apa yang aku pikirkan. Tapi rasanya seru juga bermain dengan sosok Rendi. Dan satu wahana lagi yang belum kami coba. Yaitu sky pirates. Aku menarik tangan Rendi sampai kami berada di depan wahana the pairot. Aku tersenyum lebar.
            “Nah … ayo kita naik ini Re ….eh?” Rendi menghilang! “Rendi!” panggilku.
            “I .. iyya ..” sahutnya. Akupun mencari-cari sumber suara itu. Lalu aku melihat seorang cowok yang sedang bersembunyi di balik tiang yang cukup besar.Rendi.
            “Apa yang kamu lakukan di situ?!” tanyaku.
            “A .. aku sedang mencari tempat yang bagus!” jawabnya.
            “Huh? Di tempat yang sempit ini?” tanyaku bingung.
            “Ya … aku suka tempat yang sempit!” jawabnya. Ok, ini agak aneh.
            “Mending kita naik itu saja!” kataku sambil menunjuk wahana the pairot. Rendi menggeleng. “Eh? Kenapa?”
            “Aku gak mau naik wahana yang kayak begituan!” serunya.
Aku terdiam beberapa detik. “Ayo,lah! Kenapa, sih gak mau! Tinggal itu wahana yang belum kita coba!” kataku sambil menarik-narik tangan Rendi.
            “Sudah ku bilang aku gak mau!” bentaknya.
Aku mendesis geram. “Kamu ini kenapa?! Tiba-tiba sewot sendiri! Aku Cuma mau ngajak kamu naik ini,kok! Jangan bilang kamu takut ketinggian!” seruku dengan kesal. Seketika wajah Rendi memerah. aku yang melihatnya langsung terheran-heran. Jangan-jangan … dia memang takut ketinggian?! “Ka … kamu takut ketinggian?” tanyaku pelan. Rendi mengangguk pelan sambil menatap lantai dengan wajahnya yang masih memerah. rupanya dia tidak bisa berbohong akan ketakutannya itu. Aku terdiam. Ku tatap wajah Rendi yang masih merah. Yang benar saja? Seorang Rendi .. takut akan ketinggian? “Hmpf! HAHAHAHAHAHA!!!” tanpa tersadar tawaku meledak.
            “Ja-jangan tertawa!” perintah Rendi dengan kesal.
            “Ma .. maaf … habis gak nyangka aja seorang Rendi sepertimu takut akan ketingian” kataku geli sambil memegangi perut yang mulai sakit karena terlalu banyak tertawa.
            “Ok! sekarang kamu puas,kan?! Sekarang kita pulang!” serunya sambil menarik tanganku.
Aku langsung menghentikan langkah kakiku. “Ooo! Tidak bisa! Kita pulang sebelum mencoba wahana ini!” seruku sambil tersenyum lebar.
Rendi mulai kesal. “Ya udah kamu aja sono!” perintahnya.
Aku mengkerucutan bibirku. “Pokoknya harus ke sana sama kamu!”
Rendi mendesis geram. “Sudah kubilang gak mau ya gak mau!”
            “Kalau kamu gak mau kita gak bakalan pulang!” seruku sambil melipat tanganku di atas dada.
Sekarang Rendi sudah mulai merasa kesal 100% “Ok,ok! kita naik itu bareng! Tapi habis itu langsung pulang, lho!” kata Rendi mengalah.
Aku tersenyum lebar. yes! Aku menang! “OK! mari kita naik!” seruku sambil menarik tangan Rendi.
            “Cewek memeang menyusahkan saja!” keluh Rendi dalam hati.
Kamudian kamipun mengantri untuk mendapatkan tempat. Saat tiba giliran kami. kami berhenti sejenak. Ini di sebabkan karena Rendi susah untuk melangkahkan kakinya ke dalam. Kenapa lagi ini anak?-_-
            “Ayo masuk!” seruku sambil mendorong-dorong tubuh Rendi supaya mau masuk ke dalam.
Rendi menggeleng kencang. “Ng .. nggak mau!” jawabnya mantap sambil ketakutan.
Aku tersenyum jahil. “Eh Rendi lihat itu ada gambar Yuno gasai!” seruku sambil menunjuk ke sebuah plang yg besar.
Spontan Rendi langsung menengok. “EH?! Mana?! Mana?!” serunya dengan wajah cerahnya.
            “Yeee!! Ketipu!” seruku girang sambil mendorong tubuh Rendi ke dalam. Seketika Rendi sudah berada di dalam ‘kapal terbang’ itu.
            “EH?!!!” Rendi langsung ketakutan. Akupun segera masuk ke dalam juga.
            “Yup! Mari kita lihat ke bawah!!” seruku kegirangan. Rendi tak merespon. Lalu aku menengoknya. Kulihat wajah Rendi pucat seketika. Aku yang melihatnya langsung tertawa geli. Enak juga ngejahilin si Rendi!

[selesai menaiki The pairot]
            “Nah! Mari kita pulang!” seruku.
Rendi berjalan dengan lemasnya. “Rasanya aku mau matiii~”
Aku menatapnya. Lalu menepuk bahunya. “Udah, ah …. Jangan lebay. Yang penting ada gambar Yuno Gasai” kataku sambil tersenyum.
Rendi langsung menatapku kesal. “Bisa-bisanya aku di tipu sama ketua kelas yang suka nipu! (?)”
            “Enak saja aku di bilang ketua kelas suka nipu! … tapi ada benernya juga,sih” aku nyengir.
Muka Rendi langsung kesal. “Amit-amit kamu. Udah,ah! Kita pulang!” Rendi segera berjalan mendahuluiku. Akupun mengikutinya dari belakang. Besok aku kerjai lagi,ah~


[keesokkannya]
            “Senin!!! Kenapa kau cepat datang?!” keluhku.
Kakakku yang melihat itu langsung merespon. “Tanyakan itu pada mbahmu” jawabnya polos.
            “Terserah kamu lah,kak-_-”
Setelah itu aku segera berjalan pergi keluar rumah. Dengan niat yang setengah-setengah. Aku memaksankan kakiku untuk berjalan menuju sekolah. Yeah …

[setiba di sekolah]
            “Aku datang sekolah!” seruku saat tiba di depan gerbang. Lalu setelah itu aku berjalan masuk. Saat tiba di depan pintu kelas 8-2. Aku merasa aneh. Tanganku seketika menjadi kaku. lho ada apa ini? pikirku. Tanganku benar-benar kaku! Rasanya susah untuk menyentuh gagang pintu.
Blusshh~ seketika wajahku memerah. entah apa yang aku pikirkan. Tapi .. mengingat kejadian kemarin .. rasanya … akh! Rasanya malu untuk bertemu dengan Rendi! Ap … ap.. apa yang harus ku lakukan?!

~to be continued~

2 komentar:

.:KBF-Crew:. mengatakan...

ku harap kalian suka dengan ceritanya -w-)/


-CUL-

.:KBF-Crew:. mengatakan...

Lanjut XD

~*GUMI*~

Posting Komentar