Minggu, 23 Desember 2012
Gumi lanjut ya minna!!
Rumah masih sepi. Salju turun semakin deras. Dan .. hari mulai gelap. Kurasa Ibu akan menginap di rumah sakit. Ayahku bekerja diluar kota. Berarti hari ini aku sendiri lagi. Hal ini sudah biasa bagiku.
-------------------------------------------------
Hari ini aku berkunjung lagi ke rumah sakit. Saat kubuka pintu kamar rumah sakit, adikku menangis di sana. Sebagai kakak aku merasa bodoh. Aku tidak tau apa yang harus kulakukan. Aku hanya bisa diam di balik pintu sampai dia berhenti menangis. Selalu seperti itu. Saat tangisannya mulai reda. Aku masuk dan tersenyum padanya.
"Onii-chan, aku ingin keluar," pintanya. "Aku ingin melihat salju!"
"Tidak bisa, diluar sangat dingin," jawabku pelan. Dia menangis lagi.
"Onii-chan sama saja!" ujarnya seraya memalingkan wajahnya. Aku mencoba tersenyum padanya. "Aku mohon onii-chan, sekali saja." Aku tetap tersenyum dan tidak menjawabnya. "Onii-chan, ayo, katakan sesuatu, aku ingin keluar sekali .... saja, aku mohon onii-chan." Kali ini pun aku tidak bicara sama sekali. "Onii-chan .."
"Sekali ku bilang tidak bisa, ya, tidak bisa," jawabku pelan.
"Onii-chan jahat!" katanya.
"Ya, aku memang jahat karena aku ... INGIN KAU CEPAT SEMBUH! KALAU KAU SEMBUH, AKU JANJI AKAN PERGI BERSAMAMU SETIAP HARI!?" balasku.
"Bohong! Aku tidak pernah percaya pada onii-chan lagi! Aku ingin keluar sekarang!" ujarnya keras kepala. Dia mulai turun dari kasur rumah sakit dan berjalan keluar namun sebelum mencapai pintu dia sudah jatuh.
"Sini, akan ku bantu, naik ke kursi roda," ujarku akhirnya. Aku mendorongnya keluar. "Ini pakai ini, di luar dingin," ujarku menyerahkan jaket padanya.
Kami sampai di luar, tidak bisa memakai kursi roda ...
"Ayo, jalan pelan-pelan," ujarku. Dia menurutiku dan aku harus terus memeganginya agar tidak jatuh. Dia tersenyum dan benar-benar tersenyum. Tapi, aku malah ingin menangis.
"Onii-chan, aku capek mau tidur," ujarnya lemas. Aku menuruti keinginannya dan membawanya ke kamar rumah sakit.
Sudah satu minggu semenjak aku membawa Yuuki keluar. Semakin hari, waktu tidurnya semakin panjang. Aku khawatir, suatu saat dia tidak akan membuka matanya lagi. Yuuki kumohon! Kamu harus kuat! Hari ini aku akan mengunjungi Yuuki.
"Onii-chan," ujar Yuuki lemah. Dia memelukku. "Aku ingin keluar, melihat salju," lanjutnya. Aku memeluknya, tidak mungkin aku membawanya keluar rumah sakit dengan keadaannya. "Onii-chan, aku mohon, ini permintaan terakhirku." Akhirnya aku menurutinya.
Sampai di luar, aku tidak bisa membiarkannya menginjak salju. "Di sini saja ya?" ujarku. Dia mengangguk. Lama dan sunyi. Setelah itu dia tidak bicara. Aku curiga, aku membawanya masuk lagi.
Sudah 3 hari semenjak kepergian Yuuki. Aku kesepian. Aku menjadi anak cengeng. Aku sering bermimpi bertemu dengan Yuuki dan dia berkata "IZINKAN AKU MELIHAT SALJUNYA!"
(Ditengah kota yang ramai)
(Seorang gadis kecil melantunkan puisinya)
(Di hiasi salju yang turun)
(Membuat kita yang mendengarnya ingin menangis)
TAMAT! Maaf gaje
~*GUMI*~
Rumah masih sepi. Salju turun semakin deras. Dan .. hari mulai gelap. Kurasa Ibu akan menginap di rumah sakit. Ayahku bekerja diluar kota. Berarti hari ini aku sendiri lagi. Hal ini sudah biasa bagiku.
-------------------------------------------------
Hari ini aku berkunjung lagi ke rumah sakit. Saat kubuka pintu kamar rumah sakit, adikku menangis di sana. Sebagai kakak aku merasa bodoh. Aku tidak tau apa yang harus kulakukan. Aku hanya bisa diam di balik pintu sampai dia berhenti menangis. Selalu seperti itu. Saat tangisannya mulai reda. Aku masuk dan tersenyum padanya.
"Onii-chan, aku ingin keluar," pintanya. "Aku ingin melihat salju!"
"Tidak bisa, diluar sangat dingin," jawabku pelan. Dia menangis lagi.
"Onii-chan sama saja!" ujarnya seraya memalingkan wajahnya. Aku mencoba tersenyum padanya. "Aku mohon onii-chan, sekali saja." Aku tetap tersenyum dan tidak menjawabnya. "Onii-chan, ayo, katakan sesuatu, aku ingin keluar sekali .... saja, aku mohon onii-chan." Kali ini pun aku tidak bicara sama sekali. "Onii-chan .."
"Sekali ku bilang tidak bisa, ya, tidak bisa," jawabku pelan.
"Onii-chan jahat!" katanya.
"Ya, aku memang jahat karena aku ... INGIN KAU CEPAT SEMBUH! KALAU KAU SEMBUH, AKU JANJI AKAN PERGI BERSAMAMU SETIAP HARI!?" balasku.
"Bohong! Aku tidak pernah percaya pada onii-chan lagi! Aku ingin keluar sekarang!" ujarnya keras kepala. Dia mulai turun dari kasur rumah sakit dan berjalan keluar namun sebelum mencapai pintu dia sudah jatuh.
"Sini, akan ku bantu, naik ke kursi roda," ujarku akhirnya. Aku mendorongnya keluar. "Ini pakai ini, di luar dingin," ujarku menyerahkan jaket padanya.
Kami sampai di luar, tidak bisa memakai kursi roda ...
"Ayo, jalan pelan-pelan," ujarku. Dia menurutiku dan aku harus terus memeganginya agar tidak jatuh. Dia tersenyum dan benar-benar tersenyum. Tapi, aku malah ingin menangis.
"Onii-chan, aku capek mau tidur," ujarnya lemas. Aku menuruti keinginannya dan membawanya ke kamar rumah sakit.
Sudah satu minggu semenjak aku membawa Yuuki keluar. Semakin hari, waktu tidurnya semakin panjang. Aku khawatir, suatu saat dia tidak akan membuka matanya lagi. Yuuki kumohon! Kamu harus kuat! Hari ini aku akan mengunjungi Yuuki.
"Onii-chan," ujar Yuuki lemah. Dia memelukku. "Aku ingin keluar, melihat salju," lanjutnya. Aku memeluknya, tidak mungkin aku membawanya keluar rumah sakit dengan keadaannya. "Onii-chan, aku mohon, ini permintaan terakhirku." Akhirnya aku menurutinya.
Sampai di luar, aku tidak bisa membiarkannya menginjak salju. "Di sini saja ya?" ujarku. Dia mengangguk. Lama dan sunyi. Setelah itu dia tidak bicara. Aku curiga, aku membawanya masuk lagi.
Sudah 3 hari semenjak kepergian Yuuki. Aku kesepian. Aku menjadi anak cengeng. Aku sering bermimpi bertemu dengan Yuuki dan dia berkata "IZINKAN AKU MELIHAT SALJUNYA!"
(Ditengah kota yang ramai)
(Seorang gadis kecil melantunkan puisinya)
(Di hiasi salju yang turun)
(Membuat kita yang mendengarnya ingin menangis)
TAMAT! Maaf gaje
~*GUMI*~
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar