Senin, 31 Desember 2012
pada jam 6, hiduplah 3 makhluk (lagi) mereka bawa petasan dan terompet.
DUAR DUAR DUAR! TEEEET TEEET TOOOOOT!!! semuanya bangun dengan males. tapi,mereka takut dimarahi.
rin:rencana satu selesai... haha...
yuno:rencana selanjutnya...
rinto:30 menit lagi!
rin:siapkan peralatan!
trio yanderepun berlari ke arah markas mereka. rencana mereka tidak diketahui oleh orang lain. mereka siap dalam lima menit. dan mereka main digimon dengan waktu 20 menit.
sesudah 20 menit mereka main, mereka menyiapkan diri mereka untuk melakukan rencana tersebut dalam 5 menit.
rinto:sudah 5 menit
yuno:hmmm... *natap semua keluarga ngumpul di lapangan*
rin: tapi, kalau kita dibenci gimana?
rinto:tenang rin.
rin:#evil smirk# ayo!
mereka menyiapkan 2 petasan buatan mereka sendiri. kalau yang pertama diluncurkan akan terkena saus coklat dan manik-manik buatan mereka yang terbuat dari gula.
yang kedua jika diluncurkan akan terkena telur dan keju cair.
apa yang akan terjadi nanti? apakah len terpelesat? apakah rin akan mempunyai senyum yang manis dan membuat mikuo deg degan?
TO BE CONTINUED! gaje ya?
¥rin¥kagamine¥
Minggu, 30 Desember 2012
Hai. Namaku Kagamine Len. Aku adalah salah satu diantara jajaran
'Vocaloid' yang terkenal. 'Vocaloid'? 'Vocaloid' adalah robot menyanyi
yang memiliki perasaan layaknya manusia, berperilaku layaknya manusia,
dan menjalankan hidupnya seperti manusia, seperti makan, minum, tidur,
mandi, sekolah, dan lain-lain. Intinya, kami robot yang benar-benar
menyerupai manusia, robot yang nyaris sempurna. Bahkan gerakan dan suara kami tidak kaku seperti kebanyakan robot.
Contohnya adalah Hatsune Miku. Dia adalah Vocaloid yang paling terkenal diantara kami semua. Sifatnya sangat periang tapi sedikit berisik. Miku-nee, aku biasa memanggilnya begitu. Kenapa? Tentu saja, karena dia lebih tua dariku. Umurnya 16 tahun, sedangkan aku masih 14 tahun. Aku masih muda, bukan? Umur kami –para Vocaloid– tidak akan pernah bertambah, tapi kalau soal sekolah... Tingkatannya selalu bertambah. Aku saja, di umur 14 ini sudah kelas 2 SMA.
Aku memiliki saudara kembar. Dia bernama Kagamine Rin. Rambutnya berwarna honey blonde –sama dengan milikku– sebahu yang dijepit dengan jepitan putih. Jangan lupakan ciri khas-nya, pita putih besar yang selalu dan selalu dipakainya di atas kepalanya. Menurutku, Rin adalah kakak yang terbaik dan termanis yang pernah kumiliki, selain Lenka-nee dan Rinto-nii (Author : Cia elah Len~ Suit suit~ Suka nih ceritanya~? Len : Shut up May! Aku ga twincest! =o=").
Bicara soal Rin, dimana dia sekarang? Kulirik jam dinding di kamarku, pukul 14.35. Ah, aku lupa. Rin sedang rekaman. Sebaiknya kujemput dia, karena rekamannya akan selesai jam 3. Aku keluar dari kamarku (dan juga kamar Rin, karena kami sekamar), menutup pintunya lalu keluar dari rumahku. Aku tinggal di perumahan Crypton, perumahan yang hanya ditinggali oleh para Vocaloid.
Di perumahan ini, setiap rumah diisi oleh dua robot yang berbeda jenis kelamin. Namun ada juga yang tinggal sendiri. Pada setiap rumah juga terdapat dua kamar tidur, tapi karena aku dan Rin kebagian rumah yang hanya ada satu kamar tidur, jadi kami terpaksa tidur sekamar (meskipun kami-nya oke-oke saja).
Aku menyalakan mesin motor milikku. Kalian pasti heran kenapa aku, yang masih muda ini boleh mengendarai motor (Author : Len GE-ER!). Itu karena aku robot. Dan para robot memiliki izin untuk mengendarai kendaraan bermotor, sekecil apapun mereka. Bahkan, Kaai Yuki, dia sudah bisa mengendarai mobil! Oh, bayangkan kawan! Seorang gadis kecil berumur 9 tahun membawa mobil, tidak bisa dipercaya! Tapi robot ya tetap robot. Banyak hal yang robot bisa lakukan, yang bahkan tidak bisa dilakukan manusia.
Oke, kembali ke Kagamine Len, yaitu aku.
Tidak terasa, aku sudah sampai di studio rekaman kami, para robot Vocaloid, Yamaha studio. Aku segera masuk ke dalam studio tersebut.
"Konichiwa, minna!" Seruku kepada para 'manusia' di dalam studio. Mereka semua menengok ke arahku.
"Hai Len-kun!"
"Wah, tumben sekali kau kesini!"
"Iya, biasanya 'kan, Len-kun yang paling malas disuruh kesini!"
"Mau menjemput Rin-chan ya?"
Beberapa seruan dan pertanyaan terlontar dari orang-orang yang mengurus rekaman Rin. Aku menggangguk menanggapi pertanyaan salah satu orang yang bernama... Err... Sudahlah! Aku tidak tahu namanya. Namanya belum masuk ke dalam program memoriku.
"Hu-uh. Apa dia sudah selesai, nii-san? Nee-chan?" Tanyaku sambil menggaruk belakang kepalaku.
"Sebentar lagi kok. Rin-chan tinggal menyanyikan beberapa bait lagi. Ah, aku harus pulang. Aku kesini hanya mampir saja. Nanti aku kembali 'kokJaa nee, Len-kun!" Jawab seorang perempuan berambut hitam panjang. Kalau tidak salah namanya... Sika... Fuja... Saku... Fuji... Saki... Tuh 'kan! Aku lupa lagi. Ia melambaikan tangannya kemudian berlari keluar dari studio.
Akhirnya aku memutuskan untuk melihat Rin. Aku sempat mendengar bait terakhir lagu yang dinyanyikannya.
Arigatou... Kono yo ni watashi o unde kurete
Arigatou... Issho ni sugoseta hibi o
Arigatou... Anata ga watashi ni kureta subete
Arigatou... Eien ni utau
Ini aneh. Suara Rin tidak seperti biasanya. Suaranya sedikit parau dan penuh emosi. Ada apa dengannya? Tadi sih, ada yang bilang padaku kalau Rin agak terlambat datang ke studio. Mungkinkah dia ada masalah saat di jalan? Yang kutahu, tadi itu dia berangkat pagi, jauh sebelum jadwal rekaman dimulai.
Klek! Blam!
Rin membuka pintu tempat rekamannya dengan lesu, kemudian membantingnya. Sepertinya, dia masih belum menyadari kehadiranku. Jadi, kupikir mood-nya sedang jelek dan lebih baik aku tidak menyapanya dulu.
"Rin-chan, kau kenapa? Suaramu tadi tidak maksimal lho. Kau ada masalah? Kalau ada masalah, kau bisa cerita padaku." Tanya seorang laki-laki berambut coklat, dan bisa kutebak kalau umurnya masih sekitar 17 sampai 19 tahun. Dia adalah penanggung jawab rekaman lagu milik Rin yang tadi dinyanyikannya, yang berjudul"Kokoro".
"Tidak apa-apa nii-san. Aku... Hanya sedang bad mood, dan aku tidak ingin menceritakan apapun padamu... Saat ini." Jawab Rin dengan nada lesu.
"Okeeee... Rekamannya kita ulang besok ya! Tadi itu suaramu kurang sempurna, Rin-chan," tanggap Urane Makoto, laki-laki tadi dengan ragu.
"Hmm..." Hanya itu tanggapan Rin. Ia terus saja berjalan sambil me– tunggu dulu! Dia masih belum juga menyadari keberadaanku?! Baiklah... Aku akan me–
Bletak!
–nyapanya. Dia malah menabrakku. Khh, lain kali harus kuingatkan dia agar jangan berjalan sambil menunduk.
"Uuuukkhhh... Eh, Len? Sejak kapan kau disini?" Ia bertanya dengan nada panik, sambil mengusap-usap dahinya yang tadi tidak sengaja'berciuman' dengan dahiku.
"Belum lama kok. Kau mau santai dulu sebentar disini?" Tanyaku balik sambil mengulurkan tangan. Rin menggangguk pelan dan menyambut(?) uluran tanganku. Kami berjalan lebih ke dalam studio. Biar dibilang studio, toh nyatanya ini bukan hanya sekedar studio.
Tempat ini lumayan luas, ralat. SANGAT luas. Memang di bagian depan hanya terlihat sebuah studio rekaman yang sedikit berantakan dan dingin. Tapi, jika kalian menelusuri lebih ke dalam studio, akan ada pintu yang menghubungkan studio dengan... Rumah master! Ah, bukan. Master hanya tidur di situ. Ini adalah tempat istirahan para Vocaloid, terkadang ada juga beberapa manusia yang datang.
Ada sebuah ruang yang berisi banyak sofa, ruangan ini sangat berguna saat para Vocaloid selesai mengadakan konser besar. Tempat ini merupakan tempat yang tepat untuk beristirahat. Ada juga kamar, tapi itu hanya ditempati oleh master. Ada dapur, ruang bermain, kamar mandi, dan beberapa ruangan yang lainnya.
Aku membuka pintu rumah mas–tempat istirahat kami. Aku menangkap sesosok berambut teal panjang yang diikat twintail. Itu Miku-nee. Wajahnya sangat cerah, dia memegang sesuatu... Bukan negi. Untuk apa? Biasanya dia hanya membawa benda hijau terkutuk itu.
"Aah! Len-kun, Rin-chan! Habis rekaman ya?" Tanyanya sambil mengibaskan tangannya, seperti memberi tanda 'sini, sini!'. Aku menarik tangan Rin, menuju sofa yang dekat dengan Miku-nee. Aku duduk di sebelah Rin. Rin... Wajahnya masih terlihat sedih dari tadi. Bahkan sepertinya terlihat lingkaran hitam di sekitar matanya.
"Rin, kau kenapa? Cerita padaku." Aku mengelus punggung Rin yang dari tadi diam saja.
Tes.
"Ri-Rin! Kenapa menangis?!" Miku-nee menggenggam tangan Rin.
Tes.
Tes.
"Hiks... Len... Len... Hiks..."
"A-apa?! Apa? Siapa yang mengganggu pikiranmu?! Bi-bilang Rin!"
"A-ano... Len. Siapa ibu kita?"
Hening...
Hening...
Hening...
He–
"Nani?!Apa maksudmu?" Tanyaku dengan nada penuh keheranan. Dari mana ia dapat bahasa itu?! Bingung? Jelas saja aku bingung! Ibu? Apa itu 'ibu'? Rin menyeka air matanya kemudian menatapku kecewa.
"Ah. Len juga tidak tahu ya? Jadi, tadi itu..."
Flashback ; Rin POV
"Len, aku jalan dulu ya!" Seruku pada adikku, Kagamine Len sambil membetulkan letak pitaku.
"Sepagi ini? Kau yakin Rin?" Tanya Len dengan nada khawatir. Aku tahu kalau dia mencemaskanku. Tapi ayolah, aku ini 6 menit lebih tua darinya! Aku mengangguk cepat.
"Tak apa Len."
"Aku antar ya?" Tawarnya, masih dengan nada khawatir.
"Tidak perlu. Aku ini sudah besar, Len!"
"Ba-baiklah..."
Setelah acara bertengkar kecil kami selesai, aku berjalan keluar dari rumah kami.
Skip~!
Tap, tap, tap
"Hmmm... Tumben di sini agak ramai. Banyak anak kecil membawa barang. Memang untuk apa?" Gumanku sambil terus berjalan menengok ke kanan dan ke kiri.
"Kaa-chan, selamat hari ibu! Aku sayang padamu!"
Itulah kalimat yang sering keluar dari mulut anak-anak itu. Mereka menujukan kalimat itu kepada seorang wanita dewasa yang pasti selalu menangis haru setelah mendengar kalimat barusan.
Bruk!
"Aduuuhhh..." Aku mengaduh bersamaan dengan orang yang bertabrakan denganku tadi.
"E-eh?! Ma-maaf!" Seru orang itu sambil membungkuk dalam-dalam. Gadis kecil. Manis. Itulah kesan pertamaku saat melihatnya.
"Tidak apa-apa kok. Hey, bangun! Jangan membungkuk terus!"
"Sekali lagi ma–WHOA! Kau Kagamine Rin 'kan? Robot penyanyi yang terkenal itu? Aku fans beratmu!" Seru gadis itu dengan mata berbinar-binar. Aku tertawa hambar, sambil menggaruk kepalaku yang (jujur) tidak gatal.
"Ahaha... Yaa... Begitulah. Arigatou..." Jawabku dengan wajah yang kurasa memanas ini.
"Kagamine nee-san, bolehkah aku minta tanda tanganmu?" Pintanya masih dengan mata berbinar, dan dengan nada memohon. Aku mengangguk sebagai respon, dan gadis itu melompat gembira.
"Siapa namamu? Dan berapa umurmu? Oh, dan panggil aku Rin saja." Tanyaku pada gadis itu saat aku tengah menandatangani bajunya.
"Ah, namaku Fujikawa Michiru, 4 tahun." Jawab gadis itu–Michiru–.
"Nah, selesai!" Seruku setelah menutup spidol yang kugunakan tadi, lalu mengantonginya. Michiru tampak mengagumi bajunya. Sekilas kulirik sesuatu yang dibawanya, benda yang terbungkus apik dengan kertas kado.
"Michi-chan, maaf. Tapi, dari tadi kulihat anak-anak di sekitar sini membawa benda seperti itu. Memangnya ada apa? Dan untuk siapa?" Tanyaku bingung sembari menunjuk bungkusan yang dibawanya.
"Ooh... Kado ini? Ini untuk ibuku." Jawabnya singkat.
"Ibu?"
"Memangnya Rin-nee memberi apa untuk ibumu? Sekarang 'kan hari ibu."
"Maaf, Michi-chan. Tapi... 'Ibu' itu apa?"
"Hah?!" Michi tampak melongo sebentar, tampak berpikir keras lalu manggut-manggut tidak jelas.
"Ekhm. Rin-nee, 'Ibu' adalah wanita yang mengandung kita, melehirkan kita, membesarkan kita, memberi kasih sayang penuh terhadap kita, merawat kita jika sedang sakit, selalu menyayangi kita, memberikan apapun yang terbaik pada kita, tidak mau kita celaka, pokoknya seperti malaikat deh! Semua yang kita berikan padanya, bahkan dunia sekalipun tidak akan mampu untuk membalas kebaikannya pada kita!" Jelasnya panjang lebar.
"Ah... Arigatou, Michi-chan atas informasinya!" Ucapku sambil membungkukan badan.
"Sama-sama. Terima kasih juga tanda tangannya. Aku harus pulang sekarang, kalau tidak nanti Kaa-san bisa marah padaku. Jaa, Rin-nee!" Serunya lalu berlari meninggalkanku sambil melambaikan tangan.
"Ibu?"
End of Flashback; Normal POV
"Setelah itu aku terus memikirkannya sampai menangis karena aku berpikir aku tidak memiliki seorang malaikat disisiku," jelas Rin dengan wajah tertunduk. Len menghela napas berat. Miku mengulum senyum.
"Apa Miku-nee punya 'Ibu'?" Tanya Len hati-hati pada Miku. Miku tampak berpikir sejenak, kemudian tertawa kecil.
"Apa? Tentu saja aku punya. Itu sebabnya kenapa aku ada disini. Aku sudah berjanji akan bertemu dengan Kaa-chan hari ini..." Jawab Miku dengan nada ceria, yang membuat Rin menunduk makin dalam.
"...Lagipula, Rin dan Len juga punya ibu, 'kan? Aku bahkan mengenalnya!" Lanjutnya penuh semangat. Len dan Rin membelakkan matanya.
"Benarkah itu?! Siapa? Siapa?" Tanya Rin antusias.
"Kuharap kau tidak bercanda Miku-nee." Desis Len yang akhirnya membuka mulut.
"Aku tidak bercanda!" Seru Miku meyakinkan mereka berdua.
Cklek!
Pintu ruangan itu terbuka, menampakkan seorang wanita muda berambut hitam kecoklatan sepunggung.
"Aah... Kaa–Asami nee-chan? Apa yang nee-chan lakukan di sini? Mana Kaa-chan?" Tanya Miku bertubi-tubi pada wanita yang dipanggil 'Asami nee-chan' tadi.
"Ano... Tadi katanya Saki-chan mau ke toilet dulu." Jawab wanita tadi sambil menggaruk pipinya dengan jari telunjuk. Wanita itu berjalan menuju sofa yang berada dekat dengan tempat Miku duduk, kemudian melempar dirinya ke sofa tersebut, tepat di sebelah Len.
"Heee... Miku-nee? Dia siapa?" Tanya Rin sambil menunjuk wanita tadi.
"Eeh? Ada Rin-chan dan Len-kun?" Wanita itu melompat dari duduknya, mungkin kaget karena keberadaan Rin dan Len.
"...Perkenalkan, namaku Shimoda Asami! Aku adalah seiyuu kalian berdua!" Lanjut wanita yang mengaku bernama Shimoda Asami itu.
"Seiyuu?" Ulang Len memastikan.
"Yap! Aku adalah sei–"
"Dia itu adalah 'Ibu' kalian." Potong Miku dengan santainya.
Kemudian hening. Rin membelakkan matanya, menatap lekat-lekat wanita yang bernama Asami itu.
"I-ibu..." Ucap Rin memecah keheningan.
"Yah, memang bukan 'Ibu' seperti yang kau ceritakan tadi. Tapi untuk mengobati hatimu, kau bisa memanggilnya 'Ibu' sesukamu. Lagipula, Asami nee-chan tidak akan keberatan. Aku mempertaruhkan nama Hatsune Miku, 'Sang Diva' untuk ini." Jelas Miku dengan teori asal.
"Ibu... Ibu... Ibu! Huaaaa!" Tangis Rin pecah saat itu juga. Ia langsung menghambur ke dalam pelukan seorang Shimoda Asami, pelukan 'Ibu'-nya.
"I-ibu... Hiks... Ibu..." Isak Rin dalam pelukan sang ibu. Len tersenyum karenanya.
"Len..." Asami merentangkan sebelah tangannya yang bebas ke arah Len. Dan tanpa ragu, Len langsung berlari dan memeluk wanita itu.
"Ibu..." Ujar Len pelan, meskipun ia juga tidak begitu mengerti maksudnya.
"Lho? Disini kenapa? Mereka bertiga berpelukan seperti teletubies. Pakai menangis segala lagi..." Guman seorang wanita berambut hitam dengan bingung.
"Kaa-chan! Kau lama sekali sih!" Seru Miku mengejutkan wanita itu.
"Ah! Miku-chan! Kau membuatku kaget!" Tanggap wanita ber-name tag "Fujita Saki" tersebut.
"Ehehe... Maaf, Kaa-chan. Ah..." Miku mendesah sebentar sebelum merogoh saku rok-nya, meraba-raba dan mencari benda yang sedari tadi dibawanya. Seketika matanya berbinar setelah menemukan apa yang dicarinya.
"Kaa-chan, selamat hari ibu!" Seru Miku sambil menyodorkan sebuah benda pada wanita itu. Wanita tersebut menerima bungkusan yang diberikan Miku lalu membukanya. Isinya adalah sebuah kaset CD.
"Akhirnya, setelah sekian lama aku belajar, aku dapat membuat rekaman suara sendiri! Dan ini yang pertama... Untukmu..." Ujar Miku, dengan rona kemerahan di wajahnya. Wanita itu merengkuh Miku ke dalam pelukannya, memeluknya dengan erat.
"Arigatou, Miku-chan," ucap wanita itu pada robot teal yang ada di pelukannya.
Contohnya adalah Hatsune Miku. Dia adalah Vocaloid yang paling terkenal diantara kami semua. Sifatnya sangat periang tapi sedikit berisik. Miku-nee, aku biasa memanggilnya begitu. Kenapa? Tentu saja, karena dia lebih tua dariku. Umurnya 16 tahun, sedangkan aku masih 14 tahun. Aku masih muda, bukan? Umur kami –para Vocaloid– tidak akan pernah bertambah, tapi kalau soal sekolah... Tingkatannya selalu bertambah. Aku saja, di umur 14 ini sudah kelas 2 SMA.
Aku memiliki saudara kembar. Dia bernama Kagamine Rin. Rambutnya berwarna honey blonde –sama dengan milikku– sebahu yang dijepit dengan jepitan putih. Jangan lupakan ciri khas-nya, pita putih besar yang selalu dan selalu dipakainya di atas kepalanya. Menurutku, Rin adalah kakak yang terbaik dan termanis yang pernah kumiliki, selain Lenka-nee dan Rinto-nii (Author : Cia elah Len~ Suit suit~ Suka nih ceritanya~? Len : Shut up May! Aku ga twincest! =o=").
Bicara soal Rin, dimana dia sekarang? Kulirik jam dinding di kamarku, pukul 14.35. Ah, aku lupa. Rin sedang rekaman. Sebaiknya kujemput dia, karena rekamannya akan selesai jam 3. Aku keluar dari kamarku (dan juga kamar Rin, karena kami sekamar), menutup pintunya lalu keluar dari rumahku. Aku tinggal di perumahan Crypton, perumahan yang hanya ditinggali oleh para Vocaloid.
Di perumahan ini, setiap rumah diisi oleh dua robot yang berbeda jenis kelamin. Namun ada juga yang tinggal sendiri. Pada setiap rumah juga terdapat dua kamar tidur, tapi karena aku dan Rin kebagian rumah yang hanya ada satu kamar tidur, jadi kami terpaksa tidur sekamar (meskipun kami-nya oke-oke saja).
Aku menyalakan mesin motor milikku. Kalian pasti heran kenapa aku, yang masih muda ini boleh mengendarai motor (Author : Len GE-ER!). Itu karena aku robot. Dan para robot memiliki izin untuk mengendarai kendaraan bermotor, sekecil apapun mereka. Bahkan, Kaai Yuki, dia sudah bisa mengendarai mobil! Oh, bayangkan kawan! Seorang gadis kecil berumur 9 tahun membawa mobil, tidak bisa dipercaya! Tapi robot ya tetap robot. Banyak hal yang robot bisa lakukan, yang bahkan tidak bisa dilakukan manusia.
Oke, kembali ke Kagamine Len, yaitu aku.
Tidak terasa, aku sudah sampai di studio rekaman kami, para robot Vocaloid, Yamaha studio. Aku segera masuk ke dalam studio tersebut.
"Konichiwa, minna!" Seruku kepada para 'manusia' di dalam studio. Mereka semua menengok ke arahku.
"Hai Len-kun!"
"Wah, tumben sekali kau kesini!"
"Iya, biasanya 'kan, Len-kun yang paling malas disuruh kesini!"
"Mau menjemput Rin-chan ya?"
Beberapa seruan dan pertanyaan terlontar dari orang-orang yang mengurus rekaman Rin. Aku menggangguk menanggapi pertanyaan salah satu orang yang bernama... Err... Sudahlah! Aku tidak tahu namanya. Namanya belum masuk ke dalam program memoriku.
"Hu-uh. Apa dia sudah selesai, nii-san? Nee-chan?" Tanyaku sambil menggaruk belakang kepalaku.
"Sebentar lagi kok. Rin-chan tinggal menyanyikan beberapa bait lagi. Ah, aku harus pulang. Aku kesini hanya mampir saja. Nanti aku kembali 'kokJaa nee, Len-kun!" Jawab seorang perempuan berambut hitam panjang. Kalau tidak salah namanya... Sika... Fuja... Saku... Fuji... Saki... Tuh 'kan! Aku lupa lagi. Ia melambaikan tangannya kemudian berlari keluar dari studio.
Akhirnya aku memutuskan untuk melihat Rin. Aku sempat mendengar bait terakhir lagu yang dinyanyikannya.
Arigatou... Kono yo ni watashi o unde kurete
Arigatou... Issho ni sugoseta hibi o
Arigatou... Anata ga watashi ni kureta subete
Arigatou... Eien ni utau
Ini aneh. Suara Rin tidak seperti biasanya. Suaranya sedikit parau dan penuh emosi. Ada apa dengannya? Tadi sih, ada yang bilang padaku kalau Rin agak terlambat datang ke studio. Mungkinkah dia ada masalah saat di jalan? Yang kutahu, tadi itu dia berangkat pagi, jauh sebelum jadwal rekaman dimulai.
Klek! Blam!
Rin membuka pintu tempat rekamannya dengan lesu, kemudian membantingnya. Sepertinya, dia masih belum menyadari kehadiranku. Jadi, kupikir mood-nya sedang jelek dan lebih baik aku tidak menyapanya dulu.
"Rin-chan, kau kenapa? Suaramu tadi tidak maksimal lho. Kau ada masalah? Kalau ada masalah, kau bisa cerita padaku." Tanya seorang laki-laki berambut coklat, dan bisa kutebak kalau umurnya masih sekitar 17 sampai 19 tahun. Dia adalah penanggung jawab rekaman lagu milik Rin yang tadi dinyanyikannya, yang berjudul"Kokoro".
"Tidak apa-apa nii-san. Aku... Hanya sedang bad mood, dan aku tidak ingin menceritakan apapun padamu... Saat ini." Jawab Rin dengan nada lesu.
"Okeeee... Rekamannya kita ulang besok ya! Tadi itu suaramu kurang sempurna, Rin-chan," tanggap Urane Makoto, laki-laki tadi dengan ragu.
"Hmm..." Hanya itu tanggapan Rin. Ia terus saja berjalan sambil me– tunggu dulu! Dia masih belum juga menyadari keberadaanku?! Baiklah... Aku akan me–
Bletak!
–nyapanya. Dia malah menabrakku. Khh, lain kali harus kuingatkan dia agar jangan berjalan sambil menunduk.
"Uuuukkhhh... Eh, Len? Sejak kapan kau disini?" Ia bertanya dengan nada panik, sambil mengusap-usap dahinya yang tadi tidak sengaja'berciuman' dengan dahiku.
"Belum lama kok. Kau mau santai dulu sebentar disini?" Tanyaku balik sambil mengulurkan tangan. Rin menggangguk pelan dan menyambut(?) uluran tanganku. Kami berjalan lebih ke dalam studio. Biar dibilang studio, toh nyatanya ini bukan hanya sekedar studio.
Tempat ini lumayan luas, ralat. SANGAT luas. Memang di bagian depan hanya terlihat sebuah studio rekaman yang sedikit berantakan dan dingin. Tapi, jika kalian menelusuri lebih ke dalam studio, akan ada pintu yang menghubungkan studio dengan... Rumah master! Ah, bukan. Master hanya tidur di situ. Ini adalah tempat istirahan para Vocaloid, terkadang ada juga beberapa manusia yang datang.
Ada sebuah ruang yang berisi banyak sofa, ruangan ini sangat berguna saat para Vocaloid selesai mengadakan konser besar. Tempat ini merupakan tempat yang tepat untuk beristirahat. Ada juga kamar, tapi itu hanya ditempati oleh master. Ada dapur, ruang bermain, kamar mandi, dan beberapa ruangan yang lainnya.
Aku membuka pintu rumah mas–tempat istirahat kami. Aku menangkap sesosok berambut teal panjang yang diikat twintail. Itu Miku-nee. Wajahnya sangat cerah, dia memegang sesuatu... Bukan negi. Untuk apa? Biasanya dia hanya membawa benda hijau terkutuk itu.
"Aah! Len-kun, Rin-chan! Habis rekaman ya?" Tanyanya sambil mengibaskan tangannya, seperti memberi tanda 'sini, sini!'. Aku menarik tangan Rin, menuju sofa yang dekat dengan Miku-nee. Aku duduk di sebelah Rin. Rin... Wajahnya masih terlihat sedih dari tadi. Bahkan sepertinya terlihat lingkaran hitam di sekitar matanya.
"Rin, kau kenapa? Cerita padaku." Aku mengelus punggung Rin yang dari tadi diam saja.
Tes.
"Ri-Rin! Kenapa menangis?!" Miku-nee menggenggam tangan Rin.
Tes.
Tes.
"Hiks... Len... Len... Hiks..."
"A-apa?! Apa? Siapa yang mengganggu pikiranmu?! Bi-bilang Rin!"
"A-ano... Len. Siapa ibu kita?"
Hening...
Hening...
Hening...
He–
"Nani?!Apa maksudmu?" Tanyaku dengan nada penuh keheranan. Dari mana ia dapat bahasa itu?! Bingung? Jelas saja aku bingung! Ibu? Apa itu 'ibu'? Rin menyeka air matanya kemudian menatapku kecewa.
"Ah. Len juga tidak tahu ya? Jadi, tadi itu..."
Flashback ; Rin POV
"Len, aku jalan dulu ya!" Seruku pada adikku, Kagamine Len sambil membetulkan letak pitaku.
"Sepagi ini? Kau yakin Rin?" Tanya Len dengan nada khawatir. Aku tahu kalau dia mencemaskanku. Tapi ayolah, aku ini 6 menit lebih tua darinya! Aku mengangguk cepat.
"Tak apa Len."
"Aku antar ya?" Tawarnya, masih dengan nada khawatir.
"Tidak perlu. Aku ini sudah besar, Len!"
"Ba-baiklah..."
Setelah acara bertengkar kecil kami selesai, aku berjalan keluar dari rumah kami.
Skip~!
Tap, tap, tap
"Hmmm... Tumben di sini agak ramai. Banyak anak kecil membawa barang. Memang untuk apa?" Gumanku sambil terus berjalan menengok ke kanan dan ke kiri.
"Kaa-chan, selamat hari ibu! Aku sayang padamu!"
Itulah kalimat yang sering keluar dari mulut anak-anak itu. Mereka menujukan kalimat itu kepada seorang wanita dewasa yang pasti selalu menangis haru setelah mendengar kalimat barusan.
Bruk!
"Aduuuhhh..." Aku mengaduh bersamaan dengan orang yang bertabrakan denganku tadi.
"E-eh?! Ma-maaf!" Seru orang itu sambil membungkuk dalam-dalam. Gadis kecil. Manis. Itulah kesan pertamaku saat melihatnya.
"Tidak apa-apa kok. Hey, bangun! Jangan membungkuk terus!"
"Sekali lagi ma–WHOA! Kau Kagamine Rin 'kan? Robot penyanyi yang terkenal itu? Aku fans beratmu!" Seru gadis itu dengan mata berbinar-binar. Aku tertawa hambar, sambil menggaruk kepalaku yang (jujur) tidak gatal.
"Ahaha... Yaa... Begitulah. Arigatou..." Jawabku dengan wajah yang kurasa memanas ini.
"Kagamine nee-san, bolehkah aku minta tanda tanganmu?" Pintanya masih dengan mata berbinar, dan dengan nada memohon. Aku mengangguk sebagai respon, dan gadis itu melompat gembira.
"Siapa namamu? Dan berapa umurmu? Oh, dan panggil aku Rin saja." Tanyaku pada gadis itu saat aku tengah menandatangani bajunya.
"Ah, namaku Fujikawa Michiru, 4 tahun." Jawab gadis itu–Michiru–.
"Nah, selesai!" Seruku setelah menutup spidol yang kugunakan tadi, lalu mengantonginya. Michiru tampak mengagumi bajunya. Sekilas kulirik sesuatu yang dibawanya, benda yang terbungkus apik dengan kertas kado.
"Michi-chan, maaf. Tapi, dari tadi kulihat anak-anak di sekitar sini membawa benda seperti itu. Memangnya ada apa? Dan untuk siapa?" Tanyaku bingung sembari menunjuk bungkusan yang dibawanya.
"Ooh... Kado ini? Ini untuk ibuku." Jawabnya singkat.
"Ibu?"
"Memangnya Rin-nee memberi apa untuk ibumu? Sekarang 'kan hari ibu."
"Maaf, Michi-chan. Tapi... 'Ibu' itu apa?"
"Hah?!" Michi tampak melongo sebentar, tampak berpikir keras lalu manggut-manggut tidak jelas.
"Ekhm. Rin-nee, 'Ibu' adalah wanita yang mengandung kita, melehirkan kita, membesarkan kita, memberi kasih sayang penuh terhadap kita, merawat kita jika sedang sakit, selalu menyayangi kita, memberikan apapun yang terbaik pada kita, tidak mau kita celaka, pokoknya seperti malaikat deh! Semua yang kita berikan padanya, bahkan dunia sekalipun tidak akan mampu untuk membalas kebaikannya pada kita!" Jelasnya panjang lebar.
"Ah... Arigatou, Michi-chan atas informasinya!" Ucapku sambil membungkukan badan.
"Sama-sama. Terima kasih juga tanda tangannya. Aku harus pulang sekarang, kalau tidak nanti Kaa-san bisa marah padaku. Jaa, Rin-nee!" Serunya lalu berlari meninggalkanku sambil melambaikan tangan.
"Ibu?"
End of Flashback; Normal POV
"Setelah itu aku terus memikirkannya sampai menangis karena aku berpikir aku tidak memiliki seorang malaikat disisiku," jelas Rin dengan wajah tertunduk. Len menghela napas berat. Miku mengulum senyum.
"Apa Miku-nee punya 'Ibu'?" Tanya Len hati-hati pada Miku. Miku tampak berpikir sejenak, kemudian tertawa kecil.
"Apa? Tentu saja aku punya. Itu sebabnya kenapa aku ada disini. Aku sudah berjanji akan bertemu dengan Kaa-chan hari ini..." Jawab Miku dengan nada ceria, yang membuat Rin menunduk makin dalam.
"...Lagipula, Rin dan Len juga punya ibu, 'kan? Aku bahkan mengenalnya!" Lanjutnya penuh semangat. Len dan Rin membelakkan matanya.
"Benarkah itu?! Siapa? Siapa?" Tanya Rin antusias.
"Kuharap kau tidak bercanda Miku-nee." Desis Len yang akhirnya membuka mulut.
"Aku tidak bercanda!" Seru Miku meyakinkan mereka berdua.
Cklek!
Pintu ruangan itu terbuka, menampakkan seorang wanita muda berambut hitam kecoklatan sepunggung.
"Aah... Kaa–Asami nee-chan? Apa yang nee-chan lakukan di sini? Mana Kaa-chan?" Tanya Miku bertubi-tubi pada wanita yang dipanggil 'Asami nee-chan' tadi.
"Ano... Tadi katanya Saki-chan mau ke toilet dulu." Jawab wanita tadi sambil menggaruk pipinya dengan jari telunjuk. Wanita itu berjalan menuju sofa yang berada dekat dengan tempat Miku duduk, kemudian melempar dirinya ke sofa tersebut, tepat di sebelah Len.
"Heee... Miku-nee? Dia siapa?" Tanya Rin sambil menunjuk wanita tadi.
"Eeh? Ada Rin-chan dan Len-kun?" Wanita itu melompat dari duduknya, mungkin kaget karena keberadaan Rin dan Len.
"...Perkenalkan, namaku Shimoda Asami! Aku adalah seiyuu kalian berdua!" Lanjut wanita yang mengaku bernama Shimoda Asami itu.
"Seiyuu?" Ulang Len memastikan.
"Yap! Aku adalah sei–"
"Dia itu adalah 'Ibu' kalian." Potong Miku dengan santainya.
Kemudian hening. Rin membelakkan matanya, menatap lekat-lekat wanita yang bernama Asami itu.
"I-ibu..." Ucap Rin memecah keheningan.
"Yah, memang bukan 'Ibu' seperti yang kau ceritakan tadi. Tapi untuk mengobati hatimu, kau bisa memanggilnya 'Ibu' sesukamu. Lagipula, Asami nee-chan tidak akan keberatan. Aku mempertaruhkan nama Hatsune Miku, 'Sang Diva' untuk ini." Jelas Miku dengan teori asal.
"Ibu... Ibu... Ibu! Huaaaa!" Tangis Rin pecah saat itu juga. Ia langsung menghambur ke dalam pelukan seorang Shimoda Asami, pelukan 'Ibu'-nya.
"I-ibu... Hiks... Ibu..." Isak Rin dalam pelukan sang ibu. Len tersenyum karenanya.
"Len..." Asami merentangkan sebelah tangannya yang bebas ke arah Len. Dan tanpa ragu, Len langsung berlari dan memeluk wanita itu.
"Ibu..." Ujar Len pelan, meskipun ia juga tidak begitu mengerti maksudnya.
Fin~!
~Omake~
Cklek!"Lho? Disini kenapa? Mereka bertiga berpelukan seperti teletubies. Pakai menangis segala lagi..." Guman seorang wanita berambut hitam dengan bingung.
"Kaa-chan! Kau lama sekali sih!" Seru Miku mengejutkan wanita itu.
"Ah! Miku-chan! Kau membuatku kaget!" Tanggap wanita ber-name tag "Fujita Saki" tersebut.
"Ehehe... Maaf, Kaa-chan. Ah..." Miku mendesah sebentar sebelum merogoh saku rok-nya, meraba-raba dan mencari benda yang sedari tadi dibawanya. Seketika matanya berbinar setelah menemukan apa yang dicarinya.
"Kaa-chan, selamat hari ibu!" Seru Miku sambil menyodorkan sebuah benda pada wanita itu. Wanita tersebut menerima bungkusan yang diberikan Miku lalu membukanya. Isinya adalah sebuah kaset CD.
"Akhirnya, setelah sekian lama aku belajar, aku dapat membuat rekaman suara sendiri! Dan ini yang pertama... Untukmu..." Ujar Miku, dengan rona kemerahan di wajahnya. Wanita itu merengkuh Miku ke dalam pelukannya, memeluknya dengan erat.
"Arigatou, Miku-chan," ucap wanita itu pada robot teal yang ada di pelukannya.
Normal POV
"Uaah! Susah sekali!" teriak gadis berambut honey blonde beriris aqua marine, yang sedang duduk di depan meja belajarnya.
"Kau ini kenapa sih?" tanya cowok ber-pony tail yang mirip dengan gadis itu. Cowok itu sedang melihat bulan purnama dan bintang dari kamarnya. Atap kamar dari kedua bocah ini memang sengaja dibuat tembus pandang, seperti kaca, namun tidak terbuat dari kaca
Mereka adalah Kagamine Rin dan Kagamine Len, saudara kembar yang beda 5 menit dimana Len lahir terlebih dahulu.
"Tolong ajarkan aku bab ini, kau kan ketua OSIS, kapten tim basket dan pemenang olimpiade matematika 3 bulan yang lalu, kau pasti bisa masalah ini" ucap Rin panjang dikali lebar sama dengan luas #plak
Len pun meloncat dari tempat tidurnya. Tempat tidur Len diatas sementara Rin dibawah
"Trigonometry? Itu mudah Rin" tanggap Len setelah membaca soal di buku Rin
Yah, meskipun mereka kembar, namun mereka di sekolahkan di sekolah yang berbeda. "supaya mereka mendapat banyak teman" begitulah kata orang tua mereka. Rin bersekolah di sekolah putri Crypton High, sementara Len bersekolah di sekolah putra Yamaha High
Dan apa yang dikatakan Rin tadi benar, Len adalah ketua OSIS, kapten tim basket, dan pemenang olimpiade matematika se-jepang. Len pintar dalam bidang akademis juga bidang non-akademik. Sementara Rin, dia hanya piawai dalam bidang non-akademik, Rin hebat dalam olahraga, Rin adalah pemimpin dari tim volley Crpton High yang memenangkan kejuaraan bulan lalu, Rin juga piawai dalam memasak. Namun dalam bidang akademik Rin sangat pas-pasan. Sehingga ia butuh Len untuk membantunya
"…Jadi begini, kau mengerti Rin?" Tanya Len
"Iya, mengerti, arigatou!" jawab Rin sembari tersenyum
"Ne, Len-niichan kesini bentar deh!" ucap Rin sambil menarik Len ke arah cermin berbingkai kuning di depan sebuah meja berwarna orange
"Apaan sih!" protes Len karena dia ditarik-tarik
"Ne, Nii-chan kau ingat Miki-chan?" Tanya Rin sembari menatap kaca
"Furukawa Miki yang waktu itu datang kemari?" ucap Len kembali bertanya
"Iya, kata Miki-chan, kita mirip sekali, kalau jepit rambut dan pita ku dilepas, dan rambutku dikuncir ponytail, maka aku akan mirip dengan mu" ucap Rin
"Hng? Mungkin kalau rambutku ini digerai dan diberi pita besar, lalu poniku dijepit, mungkin aku akan mirip denganmu! ahaha" sahut Len diakhiri dengan tawa
"Ditambah dengan rok yang manis juga! ahahaha" Rin pun ikut tertawa
"Ayo kita coba!" ucap Rin cepat dengan wajah yang serius, atau mungkin bisa disebut menyeramkan
"Apa katamu? Hei Rin! Gwaaaaaa!"
Cling~
Tak membutuhkan waktu lama, Len pun telah didandani Rin menjadi gadis manis yang mirip dengan Rin dilengkapi pita hitam sebagai ganti pita putih yang biasa dipakai Rin
"Kyaaa Lenny~ kau imut sekali!" pekik Rin dan memeluk Len, membuat Len ambruk dengan Rin diatasnya karena Len terkejut oleh death hug Rin
"Ughh… Ri.. Rin.. sesaak…" ucap Len dengan terbata-bata
"Len, Rin waktunya makan malam" ucap Lily-Ibu Len dan Rin- sambil membuka pintu kamar anak kembarnya itu
"Wah, Lenny, kau manis sekali, kerja bagus, Rin!" ujar Lily sembari terkikik geli dan mengacungkan jempolnya
"Okaa-san!" protes Len
"Ahahaha, benar kan Nii-chan, kau manis sekali!" sahut Rin diiringi tawanya juga tawa Lily
"Ahaha, sudah-sudah ayo kita makan" ujar Lily lalu keluar dari kamar Rin dan Len
"Aku duluan ya, Lenny~" ujar Rin dengan nada menggoda sembari mengedipkan sebelah matanya, lalu ia melesat turun ke ruang makan
"Dasar menyebalkan, kenapa aku bisa punya kembaran seperti dia" gerutu Len sembari membenahi penampilannya
Rin's POV
Aku kembali menatap diriku di cermin setelah makan malam. Makan malam hari ini hanya bertiga saja, aku Len-niichan dan Okaa-san. Otou-sanku, Oliver sedang mengurusi bisnisnya di Amerika.
Apa aku semirip itu dengan Len-niichan ya? Sampai Miki bilang begitu
"Kau sedang apa? Tak biasanya kau doyan bercermin" aku mendengar suara dengan nada yang menggodaku. Siapa lagi kalau bukan Len-niichan. Dia telah memakai piyama bermotif pisang
"Apaan sih? Aku kan hanya membuktikan ucapan Miki!" protesku
"Ahaha iya iya"
"Ne, onii-chan apa kita semirip itu ya?" tanyaku
"Entahlah" jawabnya sembari menatap bayangan ku di cermin,aku pun menatap bayangannya di cermin
Eh? Ke-kenapa ini? Tubuhku terlempar?
'Puk'
Eh? Apa ini? Aku tertindih?
"Apa yang terjadi!?" aku mendengar suara pekikkan seseorang gadis-mungkin-, dan aku lantas membuka mataku
Hoe? Siapa dia? Dia imut sekali, memakai piyama kebesaran dengan wajah memerah seperti itu, dan rambut pony tail panjang, juga poni nya yang agak acak-acakkan itu… kyaa manisnya
"Rin?" tunggu, suara itu mirip dengan suara Len-niichan? Tapi lebih imut
"Kau, Len-niichan?" eh? Kenapa ini? Kenapa suara yang ku keluarkan lebih maskulin seperti ini?
"…" tanpa berkata apa-apa, sesosok gadis itu-atau mungkin dia adalah Len-niichan- menarik tanganku ke arah cermin
"Mu… mustahil! Ini bohong kan?!" pekikku yang sedang menatap cermin. Rambutku cepak, dan aku jadi ganteng, dan hoe? Piyamaku kekecilan seperti ini
"Dugaanku benar. Rin, entah mengapa kita jadi seperti ini, kita bertukar gender" sahut Len-niichan yang yang kini menjadi gadis cantik itu
"A-apa yang harus kita lakukan, Len-niichan?" tanyaku dengan gemetar. Jujur saja, aku takut kalau kita tidak bisa kembali ke wujud semula lagi
"Aku juga tidak tahu" jawab Len-niichan dengan nada yang terkesan madesu(?)
"Hiks…" entah mengapa aku pun mulai menangis. Aku takut kalau aku akan terjebak di tubuh ini selamanya. Aku takut kalau aku tidak bisa kembali ke tubuh asliku
"Hei, sudahlah, jangan menangis, nanti kita pikirkan caranya bersama" ujar Len dan menepuk kepalaku pelan
"…Lagi pula aneh kalau melihat anak laki-laki menangis seperti itu" sambungnya
"Onii-chan!" protesku
"Sudahlah kita tidur saja" ujarnya sembari menghapus air mataku dan tersenyum
Len's POV
Sigh, gila, mimpi apa aku semalam. Aku tak bisa tidur, meski aku sendiri yang menyuruh Rin untuk tidur. Susah untuk tidur di tubuh anak gadis seperti ini, dan tampaknya Rin tidak kesulitan untuk tidur dalam tubuh anak cowok. Sigh, ternyata tubuh gadis ini tampak jauh dari kata sexy. Ini flat dan… ugh! kenapa aku malah berfikiran kotor seperti ini! Aku harus tidur sekarang
.
.
.
.
.
'KRIIIIIIIIIIIIIIIIINGGGG'
"Berisik" umpatku sembari berjalan ke arah meja di mana jam alarm pengganggu tidur itu berada. Semalam aku bermimpi aneh sekali. Aku menjadi seorang gadis manis dan…
Tu..tunggu! Cermin ini salah kan? Masaka…
"KYAAAAAA!" su-suaraku… jadi, yang semalam itu bukan mimpi ya?
'KRIET'
"Selamat pagi Lenny, Are? Kau siapa?" gawat itu suara okaa-san
"Um, a-aku…" jawabku serba salah
"Kau Len? Wah, kau imut sekali!" pekik okaa-san dan langsung menghadiahi aku dengan death hugnya dan matanya berbinar-binar. Dasar okaa-san!
"Okaa-san! Ini situasi gawat!" protesku
"Iya, iya, cepat kau bangunkan Rin, lalu kita diskusikan masalah ini di bawah" sahut okaa-san seraya tersenyum
"Eh? Aku tidak mau ketahuan otou-san!" ujar ku. Asal kalihan tahu, masalah sekecil apapun kalau sudah ketahuan oleh otou-san akan gempar jadinya
"Tenang saja, otou-san kan sedang di Amerika, kau lupa ya?"
"Oh iya…"
"Sudah bangunkan Rin sana" perintah okaa-san lagi
"Oi, Rin, bangun" teriakku dengan suara cempreng
"Ngh…. 5 menit lagi…" gumamnya dengan suara maskulin miliknya
"Hei, Rin, okaa-san punya jus jeruk tuh" ujarku singkat. Perkataan tadi adalah 'jurus special untuk membangunkan Rin Kagamine'
"Ah, iya aku ba..GWAAAA"
'BRUK BRUK'
Dasar Rin, ceroboh sekali dia
"I…ittai" gumamnya
"Daijoubu, Rin-kun?" Tanya okaa-san dengan nada menggoda Rin
"-kun? Hoe? Jadi semalam itu bukan mimpi!?" pekik Rin
"Ng.. kalian mandi dulu saja, lalu kita diskusikan masalah ini di bawah sambil sarapan" ujar okaa-san
"Baik…" jawab kami lesu
Setelah itu okaa-san pun turun. Bagaimana caranya aku mandi ya…
"ng… Len-neechan?"
Hei? Rin memanggilku apa? –neechan?
"Apa?" tanyaku singkat
"Bagaimana caranya aku mandi? Ma-maksudku, dengan tubuh ini aku…"
"Sudahlah mandi saja, dan jangan berfikir macam-macam" potongku. Meski aku bilang begitu, kenyataannya aku tahu, bahwa aku sendirilah yang susah untuk tidak berfikir macam-macam
"Ha-hai'!" sahutnya lalu melesat menuju kamar mandi yang berada di sudut kamar kami.
Normal POV
"Jadi kita harus bagaimana? Dan kenapa okaa-san tidak kaget sama sekali, mendapati keadaan kami seperti ini?" Tanya Len, sembari mengoles selai pisang ke rotinya
"…" Rin hanya mengangguk-angguk menanggapi ucapan Len, sambil sibuk mengunyah roti dan selai jeruk di mulutnya
"Satu-satu Len, nah, okaa-san akan bercerita mengenai kisah lama di keluarga Kagamine" ujar Lily membuka ceritanya sembari mengoles mentega ke rotinya
"Ini adalah sebuah kejadian, atau kalian bisa menyebutnya kutukan di keluarga Kagamine. Dimana pada suaktu waktu di bulan purnama, salah satu- ah tidak, 2 anak dari keturunan Kagamine akan bertukar gender, dan ibu tidak menyangka kalau kalian yang…"
"Jadi, bagaimana cara kembali kewujud asli kita?" Tanya Len memotong cerita Lily
"Sabar dulu Len-chan. Nah, cara kembalinya adalah…"
Lily menggantungkan ucapannya sementara ia mengunyah rotinya
"Adalah?" sambung Len yang penasaran
"Bagaimana?" Tanya Rin yang juga mulai penasaran
"Kalian harus menunggu sampai bulan purnama berikutnya, ohohoho" ujar Lily disertai tawa diakhirnya
"Okaa-san! Serius dong!" protes Rin dan Len bersamaan
"Okaa-san serius kok, nah hari ini kalian tidak usah sekolah dulu, okaa-san akan mendaftarkan kalian ke Vocaloid High School."
"Vocaloid High School?" Tanya Rin dan Len bersamaan
"Iya. Kepala sekolahnya kenalan okaa-san dan otou-san. Dan apa kalian ingin tetap bersekolah di sekolah lama kalian?"
"Tidak" jawab Len singkat
"Pasti gempar nantinya" sahut Rin
"Iya, kan? Nah, untuk pakaian kalian bertukar saja, termasuk perlengkapan khusus wanita dan laki-laki. Untuk seragam, nanti okaa-san yang urus. Oh iya, kalian juga butuh nama baru" jawab Lily
"Nama baru? Haruskah?" Tanya Len
"Tentu saja! Hmm… bagaimana kalau Lenka dan Rinto? Baguskan? ohohoho" ujar Lily dengan tawa puas diakhirnya
"Lenka?" ujar Len sembari melirik ke arah Rin
"Rinto?" ujar Rin sembari melirik ke arah Len
"Berarti mulai sekarang aku memanggilmu Lenka-nee ya?" Tanya Rin setelah meneguk air putihnya
"Dan aku memanggilmu Rinto? Selama sebulan ini? Astaga…" gumam Len
"Berjuanglah Lenka-chan, Rinto-kun" ucap Lily sembari mengedipkan sebelah matanya.
Dan dengan ini dimulailah hari-hari Lenka dan Rinto. Bagaimana kisah mereka disekolah baru mereka? Nantikan kisahnya di chapter selanjutnya!
"Uaah! Susah sekali!" teriak gadis berambut honey blonde beriris aqua marine, yang sedang duduk di depan meja belajarnya.
"Kau ini kenapa sih?" tanya cowok ber-pony tail yang mirip dengan gadis itu. Cowok itu sedang melihat bulan purnama dan bintang dari kamarnya. Atap kamar dari kedua bocah ini memang sengaja dibuat tembus pandang, seperti kaca, namun tidak terbuat dari kaca
Mereka adalah Kagamine Rin dan Kagamine Len, saudara kembar yang beda 5 menit dimana Len lahir terlebih dahulu.
"Tolong ajarkan aku bab ini, kau kan ketua OSIS, kapten tim basket dan pemenang olimpiade matematika 3 bulan yang lalu, kau pasti bisa masalah ini" ucap Rin panjang dikali lebar sama dengan luas #plak
Len pun meloncat dari tempat tidurnya. Tempat tidur Len diatas sementara Rin dibawah
"Trigonometry? Itu mudah Rin" tanggap Len setelah membaca soal di buku Rin
Yah, meskipun mereka kembar, namun mereka di sekolahkan di sekolah yang berbeda. "supaya mereka mendapat banyak teman" begitulah kata orang tua mereka. Rin bersekolah di sekolah putri Crypton High, sementara Len bersekolah di sekolah putra Yamaha High
Dan apa yang dikatakan Rin tadi benar, Len adalah ketua OSIS, kapten tim basket, dan pemenang olimpiade matematika se-jepang. Len pintar dalam bidang akademis juga bidang non-akademik. Sementara Rin, dia hanya piawai dalam bidang non-akademik, Rin hebat dalam olahraga, Rin adalah pemimpin dari tim volley Crpton High yang memenangkan kejuaraan bulan lalu, Rin juga piawai dalam memasak. Namun dalam bidang akademik Rin sangat pas-pasan. Sehingga ia butuh Len untuk membantunya
"…Jadi begini, kau mengerti Rin?" Tanya Len
"Iya, mengerti, arigatou!" jawab Rin sembari tersenyum
"Ne, Len-niichan kesini bentar deh!" ucap Rin sambil menarik Len ke arah cermin berbingkai kuning di depan sebuah meja berwarna orange
"Apaan sih!" protes Len karena dia ditarik-tarik
"Ne, Nii-chan kau ingat Miki-chan?" Tanya Rin sembari menatap kaca
"Furukawa Miki yang waktu itu datang kemari?" ucap Len kembali bertanya
"Iya, kata Miki-chan, kita mirip sekali, kalau jepit rambut dan pita ku dilepas, dan rambutku dikuncir ponytail, maka aku akan mirip dengan mu" ucap Rin
"Hng? Mungkin kalau rambutku ini digerai dan diberi pita besar, lalu poniku dijepit, mungkin aku akan mirip denganmu! ahaha" sahut Len diakhiri dengan tawa
"Ditambah dengan rok yang manis juga! ahahaha" Rin pun ikut tertawa
"Ayo kita coba!" ucap Rin cepat dengan wajah yang serius, atau mungkin bisa disebut menyeramkan
"Apa katamu? Hei Rin! Gwaaaaaa!"
Cling~
Tak membutuhkan waktu lama, Len pun telah didandani Rin menjadi gadis manis yang mirip dengan Rin dilengkapi pita hitam sebagai ganti pita putih yang biasa dipakai Rin
"Kyaaa Lenny~ kau imut sekali!" pekik Rin dan memeluk Len, membuat Len ambruk dengan Rin diatasnya karena Len terkejut oleh death hug Rin
"Ughh… Ri.. Rin.. sesaak…" ucap Len dengan terbata-bata
"Len, Rin waktunya makan malam" ucap Lily-Ibu Len dan Rin- sambil membuka pintu kamar anak kembarnya itu
"Wah, Lenny, kau manis sekali, kerja bagus, Rin!" ujar Lily sembari terkikik geli dan mengacungkan jempolnya
"Okaa-san!" protes Len
"Ahahaha, benar kan Nii-chan, kau manis sekali!" sahut Rin diiringi tawanya juga tawa Lily
"Ahaha, sudah-sudah ayo kita makan" ujar Lily lalu keluar dari kamar Rin dan Len
"Aku duluan ya, Lenny~" ujar Rin dengan nada menggoda sembari mengedipkan sebelah matanya, lalu ia melesat turun ke ruang makan
"Dasar menyebalkan, kenapa aku bisa punya kembaran seperti dia" gerutu Len sembari membenahi penampilannya
Rin's POV
Aku kembali menatap diriku di cermin setelah makan malam. Makan malam hari ini hanya bertiga saja, aku Len-niichan dan Okaa-san. Otou-sanku, Oliver sedang mengurusi bisnisnya di Amerika.
Apa aku semirip itu dengan Len-niichan ya? Sampai Miki bilang begitu
"Kau sedang apa? Tak biasanya kau doyan bercermin" aku mendengar suara dengan nada yang menggodaku. Siapa lagi kalau bukan Len-niichan. Dia telah memakai piyama bermotif pisang
"Apaan sih? Aku kan hanya membuktikan ucapan Miki!" protesku
"Ahaha iya iya"
"Ne, onii-chan apa kita semirip itu ya?" tanyaku
"Entahlah" jawabnya sembari menatap bayangan ku di cermin,aku pun menatap bayangannya di cermin
Eh? Ke-kenapa ini? Tubuhku terlempar?
'Puk'
Eh? Apa ini? Aku tertindih?
"Apa yang terjadi!?" aku mendengar suara pekikkan seseorang gadis-mungkin-, dan aku lantas membuka mataku
Hoe? Siapa dia? Dia imut sekali, memakai piyama kebesaran dengan wajah memerah seperti itu, dan rambut pony tail panjang, juga poni nya yang agak acak-acakkan itu… kyaa manisnya
"Rin?" tunggu, suara itu mirip dengan suara Len-niichan? Tapi lebih imut
"Kau, Len-niichan?" eh? Kenapa ini? Kenapa suara yang ku keluarkan lebih maskulin seperti ini?
"…" tanpa berkata apa-apa, sesosok gadis itu-atau mungkin dia adalah Len-niichan- menarik tanganku ke arah cermin
"Mu… mustahil! Ini bohong kan?!" pekikku yang sedang menatap cermin. Rambutku cepak, dan aku jadi ganteng, dan hoe? Piyamaku kekecilan seperti ini
"Dugaanku benar. Rin, entah mengapa kita jadi seperti ini, kita bertukar gender" sahut Len-niichan yang yang kini menjadi gadis cantik itu
"A-apa yang harus kita lakukan, Len-niichan?" tanyaku dengan gemetar. Jujur saja, aku takut kalau kita tidak bisa kembali ke wujud semula lagi
"Aku juga tidak tahu" jawab Len-niichan dengan nada yang terkesan madesu(?)
"Hiks…" entah mengapa aku pun mulai menangis. Aku takut kalau aku akan terjebak di tubuh ini selamanya. Aku takut kalau aku tidak bisa kembali ke tubuh asliku
"Hei, sudahlah, jangan menangis, nanti kita pikirkan caranya bersama" ujar Len dan menepuk kepalaku pelan
"…Lagi pula aneh kalau melihat anak laki-laki menangis seperti itu" sambungnya
"Onii-chan!" protesku
"Sudahlah kita tidur saja" ujarnya sembari menghapus air mataku dan tersenyum
Len's POV
Sigh, gila, mimpi apa aku semalam. Aku tak bisa tidur, meski aku sendiri yang menyuruh Rin untuk tidur. Susah untuk tidur di tubuh anak gadis seperti ini, dan tampaknya Rin tidak kesulitan untuk tidur dalam tubuh anak cowok. Sigh, ternyata tubuh gadis ini tampak jauh dari kata sexy. Ini flat dan… ugh! kenapa aku malah berfikiran kotor seperti ini! Aku harus tidur sekarang
.
.
.
.
.
'KRIIIIIIIIIIIIIIIIINGGGG'
"Berisik" umpatku sembari berjalan ke arah meja di mana jam alarm pengganggu tidur itu berada. Semalam aku bermimpi aneh sekali. Aku menjadi seorang gadis manis dan…
Tu..tunggu! Cermin ini salah kan? Masaka…
"KYAAAAAA!" su-suaraku… jadi, yang semalam itu bukan mimpi ya?
'KRIET'
"Selamat pagi Lenny, Are? Kau siapa?" gawat itu suara okaa-san
"Um, a-aku…" jawabku serba salah
"Kau Len? Wah, kau imut sekali!" pekik okaa-san dan langsung menghadiahi aku dengan death hugnya dan matanya berbinar-binar. Dasar okaa-san!
"Okaa-san! Ini situasi gawat!" protesku
"Iya, iya, cepat kau bangunkan Rin, lalu kita diskusikan masalah ini di bawah" sahut okaa-san seraya tersenyum
"Eh? Aku tidak mau ketahuan otou-san!" ujar ku. Asal kalihan tahu, masalah sekecil apapun kalau sudah ketahuan oleh otou-san akan gempar jadinya
"Tenang saja, otou-san kan sedang di Amerika, kau lupa ya?"
"Oh iya…"
"Sudah bangunkan Rin sana" perintah okaa-san lagi
"Oi, Rin, bangun" teriakku dengan suara cempreng
"Ngh…. 5 menit lagi…" gumamnya dengan suara maskulin miliknya
"Hei, Rin, okaa-san punya jus jeruk tuh" ujarku singkat. Perkataan tadi adalah 'jurus special untuk membangunkan Rin Kagamine'
"Ah, iya aku ba..GWAAAA"
'BRUK BRUK'
Dasar Rin, ceroboh sekali dia
"I…ittai" gumamnya
"Daijoubu, Rin-kun?" Tanya okaa-san dengan nada menggoda Rin
"-kun? Hoe? Jadi semalam itu bukan mimpi!?" pekik Rin
"Ng.. kalian mandi dulu saja, lalu kita diskusikan masalah ini di bawah sambil sarapan" ujar okaa-san
"Baik…" jawab kami lesu
Setelah itu okaa-san pun turun. Bagaimana caranya aku mandi ya…
"ng… Len-neechan?"
Hei? Rin memanggilku apa? –neechan?
"Apa?" tanyaku singkat
"Bagaimana caranya aku mandi? Ma-maksudku, dengan tubuh ini aku…"
"Sudahlah mandi saja, dan jangan berfikir macam-macam" potongku. Meski aku bilang begitu, kenyataannya aku tahu, bahwa aku sendirilah yang susah untuk tidak berfikir macam-macam
"Ha-hai'!" sahutnya lalu melesat menuju kamar mandi yang berada di sudut kamar kami.
Normal POV
"Jadi kita harus bagaimana? Dan kenapa okaa-san tidak kaget sama sekali, mendapati keadaan kami seperti ini?" Tanya Len, sembari mengoles selai pisang ke rotinya
"…" Rin hanya mengangguk-angguk menanggapi ucapan Len, sambil sibuk mengunyah roti dan selai jeruk di mulutnya
"Satu-satu Len, nah, okaa-san akan bercerita mengenai kisah lama di keluarga Kagamine" ujar Lily membuka ceritanya sembari mengoles mentega ke rotinya
"Ini adalah sebuah kejadian, atau kalian bisa menyebutnya kutukan di keluarga Kagamine. Dimana pada suaktu waktu di bulan purnama, salah satu- ah tidak, 2 anak dari keturunan Kagamine akan bertukar gender, dan ibu tidak menyangka kalau kalian yang…"
"Jadi, bagaimana cara kembali kewujud asli kita?" Tanya Len memotong cerita Lily
"Sabar dulu Len-chan. Nah, cara kembalinya adalah…"
Lily menggantungkan ucapannya sementara ia mengunyah rotinya
"Adalah?" sambung Len yang penasaran
"Bagaimana?" Tanya Rin yang juga mulai penasaran
"Kalian harus menunggu sampai bulan purnama berikutnya, ohohoho" ujar Lily disertai tawa diakhirnya
"Okaa-san! Serius dong!" protes Rin dan Len bersamaan
"Okaa-san serius kok, nah hari ini kalian tidak usah sekolah dulu, okaa-san akan mendaftarkan kalian ke Vocaloid High School."
"Vocaloid High School?" Tanya Rin dan Len bersamaan
"Iya. Kepala sekolahnya kenalan okaa-san dan otou-san. Dan apa kalian ingin tetap bersekolah di sekolah lama kalian?"
"Tidak" jawab Len singkat
"Pasti gempar nantinya" sahut Rin
"Iya, kan? Nah, untuk pakaian kalian bertukar saja, termasuk perlengkapan khusus wanita dan laki-laki. Untuk seragam, nanti okaa-san yang urus. Oh iya, kalian juga butuh nama baru" jawab Lily
"Nama baru? Haruskah?" Tanya Len
"Tentu saja! Hmm… bagaimana kalau Lenka dan Rinto? Baguskan? ohohoho" ujar Lily dengan tawa puas diakhirnya
"Lenka?" ujar Len sembari melirik ke arah Rin
"Rinto?" ujar Rin sembari melirik ke arah Len
"Berarti mulai sekarang aku memanggilmu Lenka-nee ya?" Tanya Rin setelah meneguk air putihnya
"Dan aku memanggilmu Rinto? Selama sebulan ini? Astaga…" gumam Len
"Berjuanglah Lenka-chan, Rinto-kun" ucap Lily sembari mengedipkan sebelah matanya.
Dan dengan ini dimulailah hari-hari Lenka dan Rinto. Bagaimana kisah mereka disekolah baru mereka? Nantikan kisahnya di chapter selanjutnya!
dipagi dini yang dingin, hiduplah 3 makhluk 2 cewek 1 cowok,mereka megang toa love is war. dan mereka teriak "LEN BANGUN ATAU SEMUA PISANG DISUMBANGKAN KE KEBUN BINATANG!!!!!" dan 1 detik kemudian len bangun. len membangunkan anak-anaknya.
SeeU:papa, tumben bangun pagi banget
gumi:SeeU, kamu gak sadar ya? setiap harikan papa gayak gini
SeeU:NANI?! kok gitu?
96neko:karena... *nunjuk 3 orang yang mengelluarkan aura pembunuh*
TRIO YANDERE!
rin:ada apa? kok takut?
SeeU:rin-san, kok rin-san bangunin papa pagi banget
rin:secret my little kitty! *yandere face*
SeeU:okay...
yuno:rin, apa rencana kita hari ini?
rin:hmmm.... apa ya? pada boring nih
rinto:main sama yang lain aja!
yuno:etto.... okelah!
rin:sekalian jahilin mereka semua... *dark face
TO BE CONTINUED
apa yang terjadi selanjutnya? apakah gabumon bekuin len? apakah 96neko pakai dress?
apakah SeeU pakai bando kelinci? TUNGGU EPISODE SELANJUTNYA!
(backsound: kagamine twins-remote control)
√Rin Kagamine√•×•√
SeeU:papa, tumben bangun pagi banget
gumi:SeeU, kamu gak sadar ya? setiap harikan papa gayak gini
SeeU:NANI?! kok gitu?
96neko:karena... *nunjuk 3 orang yang mengelluarkan aura pembunuh*
TRIO YANDERE!
rin:ada apa? kok takut?
SeeU:rin-san, kok rin-san bangunin papa pagi banget
rin:secret my little kitty! *yandere face*
SeeU:okay...
yuno:rin, apa rencana kita hari ini?
rin:hmmm.... apa ya? pada boring nih
rinto:main sama yang lain aja!
yuno:etto.... okelah!
rin:sekalian jahilin mereka semua... *dark face
TO BE CONTINUED
apa yang terjadi selanjutnya? apakah gabumon bekuin len? apakah 96neko pakai dress?
apakah SeeU pakai bando kelinci? TUNGGU EPISODE SELANJUTNYA!
(backsound: kagamine twins-remote control)
√Rin Kagamine√•×•√
Sabtu, 29 Desember 2012
Masalah
Terus Saja Datang Menerpa. Konflik Dengan Adikku. Aku Belum Meminta Maaf Dengan
Baik Padanya. Kasus Orang Tuaku. Orang Tuaku Sedang Bertengkar. Dan Sekarang.
Kazuya. Aku Tak Tahu Apa Yg Sebenarnya Terjadi. Karena Kemarin Aku Tak Online Jadi Aku Tak Tau Apa-apa.
Akupun
Segera Mencari Nama Kazuya Dan Mendapatinya Sedang Online.
Aku Pun
Memakai Kesempatan Itu Untuk Bertanya Langsung Padanya
Aku Sedikit
Gugup Tapi Juga Penasaran. Segera Aku Klik Namanya.
“Hai,
Kazuya-kun”
“Hai.”
“Kazuya-kun,
Boleh Tau Gak? Kenapa Kamu OUT Dari KBF?”
“....”
“Ayolah.
Kenapa?”
“Aku
Gak Enak.”
“Gak
Enak Sama Siapa?”
“....”
“Sama
Aku?”
“Eh?
Bukan Kok. Aku Hanya Gak Enak Karena...”
Dia Pun
Menjelaskan Semuanya. Aku Kaget. Aku Tak Menyangka DIA Adalah Penyebab Semua
Ini.
“Sabar
Ya, Yg Penting Sekarang Kamu Masuk Lagi Ke KBF Ya? Nanri Kita Selesaikan Secara
Kekeluargaan.”
“Hmm..
Maaf Aku Hanya Butuh Waktu Sendiri.”
“Ayolah.
Hanya Masuk Saja Kok.”
“Nanti
Saja. Kalau Sekarang Aku Masih Butuh Waktu.”
“Tapi
Kamu Gak Benci Kan Sama Aku?”
“Eh?
Gak Kok. Malah Aku Seneng Ada Temen Yg Bisa Bantu.”
“Hmm...
Tau Gak?”
“Apa?”
“Aku....”
“Iya?”
Dengan
Mengumpulkan Semua Keberanianku Akupun Menulis
“Aku SUKA SAMA KAMU!”
Mungkin Dia
Kaget. Karena Dia Tak Menjawabnya. Keberanian Yg Aku Kumpulkan Hilang Sudah.
Lalu Aku Berpikir
“Besok! Bagaimana Aku Bertemu
Dengannya? Aarrghh!!”
[Keesokan
Harinya]
Saat Sekolah
Sudah Selesai
“Hai, Aoi-chan.”
Serunya Sambil Tersenyum
“Ka-kazuya?”
Aku Kaget.
“Bagaimana Ini?”
“Hmm? Ada
Apa?” Tanyanya Dengan Muka Polos
“Gak, Gak
Ada Apa-apa Kok.”
“Oh Ya,
Kemarin..”
Tiba2 Ia
Berhenti.
“A-Ada Apa?”
“Pasti! Dia Akan Bertanya Apakah Aku
Benar-benar Suka Padanya!”
“Gini,
Aoi-chan. Boleh Aku Masuk KBF Lagi?” Katanya Malu-malu
“Ehh? Kok?” Pikirku.
Tapi Aku Pun
Senang Dia Mau Balik Lagi Ke KBF
“Boleh.”
Jawabku Sambil Tersenyum
“Tapi
Aoi-chan, Aku Gak Akan Masuk Sekarang. Aku Mau Masuknya Nanti. Bisa?”
“Eh?
Kenapa?”
“Hmm.. Ada
yg Mau Aku Tes. Jadi Kamu Bisa Bantuin Aku?”
“Bantu...Apa?”
“Begini....”
Dia Pun
Menjelaskan Semuanya.
“Oke, Aku
Setuju. 2 Hari Lagi Ya? Boleh!” Jawabku Setuju
“Siipp.”
Katanya Semangat
“Janji Ya?”
Tanyaku Sambil Menyodorkan Kelingking
“Janji.”
Katanya Sambil Menyambut Kelingkingku
Saat Tangan
Kita Bersentuhan. Mukaku Mendadak Merah, Jantungku Berdetak Kencang. Dan Saat
Aku Menatap Mata Kazuya, Dia Pun Menatapku. Tatapan Kita Pun Bertemu. Dalam
Sedetik Aku Bisa Melihat Mukanya Memerah. Dengan Reaksi Itu Akupun Senang.
“Mungkin Dia Juga Suka Padaku.” Itu Yg Aku Pikirkan
Setelah Itu
Akupun Langsung Pulang
[Di Rumah]
Di Rumah Aku Melihat Aiko Sedang Menelepon Sesorang. Aku Mengabaikannya..
Akupun Pergi Ke Kamarku.
Aku Langsung
Membuka Laptop Dan Berselancar Di Web.
Mencari Lagu VOCALOID Yg Aku Belum Punya.
Sambil
Mencari Aku Juga Bermain Facebook.
Tapi Saat
Aku Facebook-an Aku Mendengar Papa
Dan Mamaku Sedang Bertengkar Lagi
Tapi Kali
Ini Lebih Parah Dari Biasanya.
Aku
Mendengar Pecahan Piring Dan
“KITA CERAI!” Teriak Mamaku
<TO BE CONTINUED>
♫MIKUO♫
Zzzzzz, bingung mau post apa, mending kita fun aja ya ... jangan di anggap serius
Akhir-akhir ini, Gumi dan Gumiya jarang bersama. Merasa Gumi akan di rebut Gakupo *Plaaak!* Gumiya ingin meyakinkan Gumi. Tapi selalu gagal.
BAGIAN 1
Hari masih pagi, tapi kegiatan di dapur sudah ramai, 96Neko, SeeU/USee *Bingung* Luka dan Gumi sudah ada di dapur. Sambil bercanda ria, mereka memasak menyiapkan masakan untuk yang lain. Telepon pun berdering, Gumi segera pergi ke ruang keluarga. Selesai telepon Gumiya segera mendekati Gumi.
Gumiya : Gumi ... Ano ...
Gumi : Ya? Ada apa?
Gumiya : sebenarnya aku ..
Gumi : Oh iya aku lupa untuk mengambil pisang di belakang, nanti papa bisa pundung kalau gak segera di ambil
Dengan cueknya Gumi meninggalkan Gumiya untuk kesekian kalinya
BAGIAN 2
Sore harinya Gumi dan SeeU/USee sedang mengobrol di ruang tengah, diam-diam Gumiya memerhatikan mereka. Lalu SeeU/USee pun pergi. Dan Gumiya mengambil kesempatan itu.
Gumiya : Hai Gumi!
Gumi : Oh, Gumiya, ada apa?
Gumiya : Ano .... Gumi apa yang ...
SeeU : Gumi-chan! Kemari! Aku ingin menunjukan sesuatu!
Gumi : SeeU-Cchi! Aku kesana
Sekali lagi Gumi pergi tanpa mengatakan apapun
BAGIAN 3
Hari ini sangat santai. Semua orang di rumah punya kegiatan masing-masing, Luka-chan dan Lily-chan sedang pergi les. SeeU/USee, 96Neko, Cul, Taito dan Mikuo sedang pergi entah kemana. IA-chan, Aoki dan Rei sedang jalan-jalan. Dan yang lainnya berpencar di penjuru rumah. Gumi sedang sendiri hari itu. Gumiya lagi-lagi datang.
Gumiya : Ano ... Gumi *Memegang pundak Gumi*
Gumi : Hmm? Kenapa?
Gumiya : Lihatlah aku sebagai anak laki-laki! Gumi! Aku serius!
Gumi : Memang Gumiya anak perempuan ya?
Gumiya tidak tau harus melakukan apa. Dia tidak tau siapa yang salah disini.
Gaje mode on. Maaf gak jelas nyaw ....
~*GUMI*~
yo minna!!!
Kembali lagi dengan artis papan atas yaitu.......!!!!!!!!!!! Luka!!!!!!!!!!!
*plak*
yosh...... skarang kita akan membicarakan tentang fakta unik tentang saya~
pertama:Luka(saya) itu anak paling sadis di sekolah sampai dijuluki the devilkedua:anak paling tomboy sampai sampai kalo main sama temen di sekolah keseringan sama laki
ketiga:paling ogah kalo disuruh bikin PR
keempat:paling aneh di sekolah
kelima:............. lupa *plak* ah... iya bener!!!!! saya ini pelupa!!!
udahan ya.... males nulisnya tangan capek~
Kembali lagi dengan artis papan atas yaitu.......!!!!!!!!!!! Luka!!!!!!!!!!!
*plak*
yosh...... skarang kita akan membicarakan tentang fakta unik tentang saya~
pertama:Luka(saya) itu anak paling sadis di sekolah sampai dijuluki the devilkedua:anak paling tomboy sampai sampai kalo main sama temen di sekolah keseringan sama laki
ketiga:paling ogah kalo disuruh bikin PR
keempat:paling aneh di sekolah
kelima:............. lupa *plak* ah... iya bener!!!!! saya ini pelupa!!!
udahan ya.... males nulisnya tangan capek~
Cerita ini terjadi beribu tahun yang lalu, cerita tentang seorang
putri iblis, Rin, Putri yang memimpin sebuah kerajaan sejak berumur 14
tahun, Rin hidup di sebuah istana mewah bersama pelayannya, pelayan yang
memiliki wajah yang sama dengan dirinya, The Servant.
Siapapun yang menentang Sang Putri akan dihabisi oleh The Servant, The Servant tak bisa disuap, kesetiannya pada sang putri tak bisa diganggu gugat, The Servant bagaikan tangan maut sang putri.
Sang Putri memerintah dengan pajak tinggi, sehingga siapapun yang tak memiliki uang banyak, akan segera diahajar oleh prajurit kerajaan –The Servant terlalu berharga untuk mengurusi orang miskin semacam itu-
Suatu hari sang putri bersama The Servant mengunjungi Negara tetangga, Negara tetangga, Ao no Okoku, mengadakan sebuah festival yang mengundang segala pimpinan Negara, dalam festival itu pula, pangeran kaito mencari pendamping hidupnya.
Semua putri dari berbagai kerajaan menyukai sang pangeran, namun pangeran kaito hanya menjatuhkan pilihannya pada satu gadis, Putri miku, dari Midori No Okoku.
semua yang hadir tentu saja iri, Putri Miku dan Pangeran Kaito adalah pasangan yang serasi, dan keduanya saling mencintai, Putri Miku, Hijau bak mutiara, anggun dan rupawan, sementara pangeran Kaito adalah sosok pangeran yang gagah, calon raja yang agung dan bijaksana, semuanya iri, tak terkecuali, putri Rin.
Putri Rin sedih, marah, mengapa harus Miku yang menjadi kekasih sang pangeran, lalu sebuah perintah diturunkan, Putri Rin mengucapkannya dengan sangat pelan, agar tak ada yang mendengarnya,
“make sure, the green country is badly stirred”
Lalu…
Midori No Okoku dilanda kekacauan, pasukan Putri Rin menyerang kerajaan dan membakar semua rumah, darah membasahi tiap penjuru, daun daun mulai kehilangan warnanya, suasana mencekam, warga Midori No Okoku berteriak ketakutan, lalu hening.
Semua orang merasakan kepedihan, tak terkecuali Putri Miku, namun ia harus lari, nyawanya juga diincar, Putri Miku sadar, karena dirinyalah Midori No Okoku dibantai.
“maaf, Putri Miku…” seseorang memegangi tangan Putri Miku, menghentikan langkahnya.
Putri Miku tentu saja takut, The Servant datang untuk menghabisinya, namun apa yang dilihatnya bukanlah wajah kejam yang selama ini dibayangkan, The Servant menangis, memandang sedu Putri Miku, Putri Miku ikut menangis
“kenapa kau harus menangis ?” Tanya Putri Miku lembut
“Maafkan aku” The Servant terisak, ia membuka tudung jubahnya.
Kembali Putri Miku ketakutan, rambut kuning yang sama, mata kuning yang sama, wajah yang sama, bukan, dia bukan Putri Rin, pasti bukan, namun hati Putri Miku mengatakan, The Servant sama kejamnya, dan…
“kau melakukan tugasmu dengan baik” Sang Putri tentu saja memuji pelayannya, pembunuhan yang dilakukan The Servant sangatlah baik, dunia tahu, Putri Miku yang akan menjadi pendamping Pangeran Kaito telah mati.
Namun air mata The Servant dia simpan sendiri, jangan sampai sang putri tahu, ia masih memiliki perasaan.
Rakyat marah, dendam yang tertimbun mulai bangkit, rakyat angkat senjata, membentuk sebuah milisi dadakan demi membalas dendam pada sang Putri, Tentu saja ini adalah kesempatan bagus bagi Pangeran Kaito untuk balas dendam, ia mengirimkan ksatrianya, Lady Miki, sang ksatria merah.
dengan pedangnya ia memimpin rakyat untuk memberontak pada Putri Rin, dari semua kemarahan rakyat yang selama ini tertimbun, Lady Miki membangkitkannya menjadi monster, menerobos gerbang istana, Putri Rin berhasil ditangkap.
Putri Rin tak bisa berbuat apa apa lagi, seluruh pasukannya gugur di Midori No Okoku, hanya tinggal The Servant yang bisa diandalakan, namun dalam waktu singkat The Servant menghilang.
“Menyerahlah, The Daughter of Evil !” Lady Miki menghunuskan pedangnya pada Putri Rin, tepat di lehernya, Putri Rin tersenyum misterius
Ia tidak siap dengan serangan tiba tiba ini, namun ia tetap tersenyum, entah kenapa, Lady Miki tak terlalu menghiraukan senyuman misterius itu.
Putri Rin dijebloskan ke penjara, 3 bulan menunggu, ia hanya meringkuk di pojokan jeruji besinya, tak diberi makan, disiksa, Putri Rin seakan tak perduli, ia tetap diam dan memasang senyuman misteriusnya.
Jam 3, Bel gereja berdentang kencang, Putri Rin dibawa ke alun alun kota, rakyat berkumpul untuk melihat kematian Sang Putri, orang yang telah menghilangkan banyak nyawa untuk keegoisan semata, Lady Miki bertindak sebagai algojo.
Sang Putri melihatnya, The Servant, memakai jubah lusuh, memandang Sang Putri dengan tatapan nanar, orang yang selama ini setia padanya, tiba tiba menghilang disaat ia ditangkap, Sang Putri memasang senyum itu lagi, senyuman misteriusnya.
Air mata jatuh menetes, lalu…
Tak ada yang tahu, tak ada yang tahu bahwa di sudut penjara tempat sang putri ditahan, ada sebaris kalimat, sebaris kalimat yang akan mengubah cerita ini dari awal, sebaris kalimat yang menandakan kesetiaan.
“you're the priness, i'm the servant, destiny divided, pityful twins, to protect you, for that, i shall even become an evil”
Siapapun yang menentang Sang Putri akan dihabisi oleh The Servant, The Servant tak bisa disuap, kesetiannya pada sang putri tak bisa diganggu gugat, The Servant bagaikan tangan maut sang putri.
Sang Putri memerintah dengan pajak tinggi, sehingga siapapun yang tak memiliki uang banyak, akan segera diahajar oleh prajurit kerajaan –The Servant terlalu berharga untuk mengurusi orang miskin semacam itu-
Suatu hari sang putri bersama The Servant mengunjungi Negara tetangga, Negara tetangga, Ao no Okoku, mengadakan sebuah festival yang mengundang segala pimpinan Negara, dalam festival itu pula, pangeran kaito mencari pendamping hidupnya.
Semua putri dari berbagai kerajaan menyukai sang pangeran, namun pangeran kaito hanya menjatuhkan pilihannya pada satu gadis, Putri miku, dari Midori No Okoku.
semua yang hadir tentu saja iri, Putri Miku dan Pangeran Kaito adalah pasangan yang serasi, dan keduanya saling mencintai, Putri Miku, Hijau bak mutiara, anggun dan rupawan, sementara pangeran Kaito adalah sosok pangeran yang gagah, calon raja yang agung dan bijaksana, semuanya iri, tak terkecuali, putri Rin.
Putri Rin sedih, marah, mengapa harus Miku yang menjadi kekasih sang pangeran, lalu sebuah perintah diturunkan, Putri Rin mengucapkannya dengan sangat pelan, agar tak ada yang mendengarnya,
“make sure, the green country is badly stirred”
Lalu…
Midori No Okoku dilanda kekacauan, pasukan Putri Rin menyerang kerajaan dan membakar semua rumah, darah membasahi tiap penjuru, daun daun mulai kehilangan warnanya, suasana mencekam, warga Midori No Okoku berteriak ketakutan, lalu hening.
Semua orang merasakan kepedihan, tak terkecuali Putri Miku, namun ia harus lari, nyawanya juga diincar, Putri Miku sadar, karena dirinyalah Midori No Okoku dibantai.
“maaf, Putri Miku…” seseorang memegangi tangan Putri Miku, menghentikan langkahnya.
Putri Miku tentu saja takut, The Servant datang untuk menghabisinya, namun apa yang dilihatnya bukanlah wajah kejam yang selama ini dibayangkan, The Servant menangis, memandang sedu Putri Miku, Putri Miku ikut menangis
“kenapa kau harus menangis ?” Tanya Putri Miku lembut
“Maafkan aku” The Servant terisak, ia membuka tudung jubahnya.
Kembali Putri Miku ketakutan, rambut kuning yang sama, mata kuning yang sama, wajah yang sama, bukan, dia bukan Putri Rin, pasti bukan, namun hati Putri Miku mengatakan, The Servant sama kejamnya, dan…
“kau melakukan tugasmu dengan baik” Sang Putri tentu saja memuji pelayannya, pembunuhan yang dilakukan The Servant sangatlah baik, dunia tahu, Putri Miku yang akan menjadi pendamping Pangeran Kaito telah mati.
Namun air mata The Servant dia simpan sendiri, jangan sampai sang putri tahu, ia masih memiliki perasaan.
Rakyat marah, dendam yang tertimbun mulai bangkit, rakyat angkat senjata, membentuk sebuah milisi dadakan demi membalas dendam pada sang Putri, Tentu saja ini adalah kesempatan bagus bagi Pangeran Kaito untuk balas dendam, ia mengirimkan ksatrianya, Lady Miki, sang ksatria merah.
dengan pedangnya ia memimpin rakyat untuk memberontak pada Putri Rin, dari semua kemarahan rakyat yang selama ini tertimbun, Lady Miki membangkitkannya menjadi monster, menerobos gerbang istana, Putri Rin berhasil ditangkap.
Putri Rin tak bisa berbuat apa apa lagi, seluruh pasukannya gugur di Midori No Okoku, hanya tinggal The Servant yang bisa diandalakan, namun dalam waktu singkat The Servant menghilang.
“Menyerahlah, The Daughter of Evil !” Lady Miki menghunuskan pedangnya pada Putri Rin, tepat di lehernya, Putri Rin tersenyum misterius
Ia tidak siap dengan serangan tiba tiba ini, namun ia tetap tersenyum, entah kenapa, Lady Miki tak terlalu menghiraukan senyuman misterius itu.
Putri Rin dijebloskan ke penjara, 3 bulan menunggu, ia hanya meringkuk di pojokan jeruji besinya, tak diberi makan, disiksa, Putri Rin seakan tak perduli, ia tetap diam dan memasang senyuman misteriusnya.
Jam 3, Bel gereja berdentang kencang, Putri Rin dibawa ke alun alun kota, rakyat berkumpul untuk melihat kematian Sang Putri, orang yang telah menghilangkan banyak nyawa untuk keegoisan semata, Lady Miki bertindak sebagai algojo.
Sang Putri melihatnya, The Servant, memakai jubah lusuh, memandang Sang Putri dengan tatapan nanar, orang yang selama ini setia padanya, tiba tiba menghilang disaat ia ditangkap, Sang Putri memasang senyum itu lagi, senyuman misteriusnya.
Air mata jatuh menetes, lalu…
Tak ada yang tahu, tak ada yang tahu bahwa di sudut penjara tempat sang putri ditahan, ada sebaris kalimat, sebaris kalimat yang akan mengubah cerita ini dari awal, sebaris kalimat yang menandakan kesetiaan.
“you're the priness, i'm the servant, destiny divided, pityful twins, to protect you, for that, i shall even become an evil”
Jumat, 28 Desember 2012
The Killer's Song -Part 02-
Len pun pergi menyusuri hutan, lalu dia menemukan sebuah istana kecil seperti rumah yang kosong. "Apakah ini rumahnya??" Ucap Len. Dia pun masuk kedalam istana itu, tiba2 dia melihat sebuah kamar yang amat berantakan, dan munculah orang yang dicari-cari, dialah Mikuo sanf pembunuh kejam itu.
"Apakah kau pembunuh kejam yang menciptakan musik menyakitkan yang membunuh Rin-chan??" Ucap Len
"Iya, Hahahahaha, Ternyata usahaku berhasil juga, Lagi pula siapa kau??" Jawab Mikuo
"Aku detektif Len, Kau harus ditangkap, Mikuo!!" Sahut Len
"Coba saja kalau bisa!!, Hahahaha!!" Ucap Mikuo
Mereka pun bertarung, Len menembak dengan pistol,"Hah? ternyata tidak kena" Ucap Len, namun tidak mengenainya, Tapi Mikuo berhasil mengenai Len dengan pisau ke lengannya,"Kena kau!" Ucap mikuo, "Aw!!" Len kesakitan. Namun Len tidak meyerah, dia menembak kaki dan tangan Mikuo agar Mikuo tak bisa bergerak, Mikuo pun tertangkap, dan dia berhasil menghapus total lagu itu, Len pun pulang dengan Mikuo untuk di berikan kepada Polisi.
Namun tidak disangka-sangka, di rumah itu ada seseorang, dia yang selalu membantu Mikuo untuk membunuh Orang, dia lah Miku, kakak dari Mikuo, Dia ingin membalas tertangkapnya Mikuo dan membunuh Lebih banyak orang dengan Lagu lagi, namun Miku memasukkan lagu baru itu kedalam Headset dan Menjualnya ke banyak kota.
Kejahatan pun belum berakhir..
Maaf jika jelek atau sedikit, karena saya masih Pemula. :D
Len pun pergi menyusuri hutan, lalu dia menemukan sebuah istana kecil seperti rumah yang kosong. "Apakah ini rumahnya??" Ucap Len. Dia pun masuk kedalam istana itu, tiba2 dia melihat sebuah kamar yang amat berantakan, dan munculah orang yang dicari-cari, dialah Mikuo sanf pembunuh kejam itu.
"Apakah kau pembunuh kejam yang menciptakan musik menyakitkan yang membunuh Rin-chan??" Ucap Len
"Iya, Hahahahaha, Ternyata usahaku berhasil juga, Lagi pula siapa kau??" Jawab Mikuo
"Aku detektif Len, Kau harus ditangkap, Mikuo!!" Sahut Len
"Coba saja kalau bisa!!, Hahahaha!!" Ucap Mikuo
Mereka pun bertarung, Len menembak dengan pistol,"Hah? ternyata tidak kena" Ucap Len, namun tidak mengenainya, Tapi Mikuo berhasil mengenai Len dengan pisau ke lengannya,"Kena kau!" Ucap mikuo, "Aw!!" Len kesakitan. Namun Len tidak meyerah, dia menembak kaki dan tangan Mikuo agar Mikuo tak bisa bergerak, Mikuo pun tertangkap, dan dia berhasil menghapus total lagu itu, Len pun pulang dengan Mikuo untuk di berikan kepada Polisi.
Namun tidak disangka-sangka, di rumah itu ada seseorang, dia yang selalu membantu Mikuo untuk membunuh Orang, dia lah Miku, kakak dari Mikuo, Dia ingin membalas tertangkapnya Mikuo dan membunuh Lebih banyak orang dengan Lagu lagi, namun Miku memasukkan lagu baru itu kedalam Headset dan Menjualnya ke banyak kota.
Kejahatan pun belum berakhir..
Maaf jika jelek atau sedikit, karena saya masih Pemula. :D
hallo,minna~
sebelumnya ini pertama kalinya saya bikin cerbung -w-)/
hehe ..
jdi harap di maklumi kalau ceritanya agak gaje --"
but ..
enjoy it~
sebelumnya ini pertama kalinya saya bikin cerbung -w-)/
hehe ..
jdi harap di maklumi kalau ceritanya agak gaje --"
but ..
enjoy it~
My
sweet memory
Part
1
“Rin!
Rin!” panggil seseorang. Akupun segera menengok ke belakang terlihat seorang
perempuan berjalan ke arahku.
“Ada
apa, Nad?” tanyaku
“I
.. itu! Re .. Re…” Nadia terbata-bata
“Re
….?”
“Ren!
Rendi! Dia berulah lagi!” seru Nadia.
“EH?!”
seketika mataku terbelalak. “Sekarang dia berulah apa lagi?!” tanyaku
“Dia
berkelahi lagi!” jawab Nadia.
Saat
mendengar itu, kakiku langsung berjalan menuju kelas. Dan benar saja!
Sesampainya di kelas aku melihat Rendi sedang berkelahi dengan seorang cowok.
“RENDI!” seruku sambil berjalan
masuk ke kelas. Seketika suarah riuh para murid langsung leyap saat mendengar
Rin berseru. “Ren!” seruku. “Kamu
ini kenapa, sih?! Gak bisa sehari aja gak buat kegaduhan!”
Rendi
terdiam, lalu dia melepas murid yang hampir ingin ia pukul. Lalu Rendi menatap
Rin. “Orang yang gak tau masalahnya gak usah ikut campur!” jawabnya sambil
berjalan pergi ke luar kelas.
Aku
menatapnya tajam.
Ukh!
Keselll banget rasanya! Kenapa aku harus sekelas sama cowok yang kayak begitu, sih?!
Mana aku jadi ketua kelas lagi! Males banget aku ngurusin orang yang kayak
begitu!
Karena
tidak ingin memikirkan masalah yang tadi. Aku segera duduk di kursiku, lalu
menjatuhkan kepalaku ke atas lipatan tanganku.
Oh,iya! Sebelumnya perkenalkan namaku
Rina Adriana atau lebih singkatnya panggil saja aku Rin. Aku adalah ketua kelas
di kelas 8-2. Yup! Kelas yang menyebalkan! Kelas yang di dalamnya banyak murid
yang susah di atur termasuk Rendi tadi! Akh! Pokoknya aku mau cepat-cepat
pulang ke rumah dan segera melupakan peristiwa yang ada di sekolah ini!
Tett .. tett .. tett ..
Bel
pulang sekolahpun berbunyi. Seketika wajahku menjadi cerah. Inilah saat yang
sangat aku nanti-nantikan dari awal masuk sekolah hingga sekarang! Yaitu pulang
sekolah! Tanpa berpikir panjang lagi aku segera memasukkan barang-barangku ke
dalam tas dengan cepat setelah itu aku buru-buru keluar kelas.
GUBRAK!
“Aw!” rintihku. rupanya ada yang menginjak tali sepatuku hingga aku terjatuh!
Huh! Siapa, sih yang melakukannya?!
Akupun
mengangkat kepalaku dan terlihat seorang cowok yang sedang nyengir.Rendi!
“Ukh! Apa maumu?!” tanyaku dengan
penuh rasa kesal.
“Balasan karena kamu sudah
membentakku” katanya sambil menjulurkan lidah kemudian pergi meninggalkanku
tanpa membantuku berdiri! Ya ampun itu anak pengennn banget rasanya aku cekik!
Nyebelin banget! Rasanya kalau ketemu dia .. seperti kiamat akan datang padaku
(istilahnya bencana-_-) dan untung saja besok adalah hari minggu! Yeah!
Terbebas dari urusan sekolah! Dan setidaknya aku gak melihat mukanya Rendi!
[Di
Rumah Rin]
“Assalamu’alaikum! Ma aku pulang!”
kataku sambil membuka pintu yang tidak terkunci.
Kemudian
aku berjalan masuk. Nggak ada yang menjawab salamku. Mungkin mamaku lagi tidur.
Setelah itu Buru-buru aku masuk ke kamar lalu mengganti bajuku dengan baju
biasa. Dan dengan secepat kilat aku duduk di depan komputer yang ada di
kamarku. Yak! Inilah waktu yang sangat ku nanti-nantikan selain pulang sekolah!
Yaitu, Facebook- kan! Yeah!
Kunyalakan komputerku dan langsung membuka google
chrome setelah itu facebook!
Sebenarnya yang membuatku betah facebook-kan
itu karena ada seseorang yang sangatt dekat denganku di facebook dan kami sudah lama berteman. Karena saking dekatnya,
sampai-sampai aku selalu curhat sama dia dan dia juga sering curhat sama aku.
Nama facebook-nya itu Ardian-kun, ya
dia adalah cowok. Dan dia juga merupakan teman cowokku yang paling dekat di
dunia maya .sedangkan nama facebook-ku
itu InIn-chan! Memang agak aneh,sih namanya. Tapi menurutku itu cukup bagus!
Karena kalau di terjemahkan ke dalam bahasa inggris jadi MasukMasuk-chan!
(apaan nih?-_-)
aku melihat ke obrolan dan mencari nama “Adrian-kun” dan ternyata .. dia OL! Rasanya senang bukan main! Lalu ku buka chat kami.
aku melihat ke obrolan dan mencari nama “Adrian-kun” dan ternyata .. dia OL! Rasanya senang bukan main! Lalu ku buka chat kami.
Me
: hai ..
Adrian-kun
: hai juga ..
Me
: ada kejadian yang gak mengenakan?
Adrian-kun
: ada! Pokoknya kejadian itu bikin kesel banget!
Me
: wah … sama kayak aku, dong aku juga ada!
Adrian-kun
: kalau aku,sih .. sebel sama seorang cewek! Dia itu sering membentakku!
Me:
wah .. kalau aku, sih cowok … dia nyabelin banget susah di atur!
Adrian-kun
: ahaha .. yang sabar aja,ya … cowok memang susah di atur,kok ..
Me
: kamu juga cowok, lho -_-
Adrian
: hehe .. tapi aku kan beda dari yang lainnya! O3O
Me
: iya juga,sih! :D
Adrian-kun
: eh, besok hari minggu,tuh .. kamu mau ngapain? Apa Cuma mau facebook-kan terus?
Me
: ng …
Lalu tanpa ku sadari .. sebuah ide
terlintas begitu saja di kepalaku.
Me
: ah! Aku ingat! Kitakan sebelumnya belum pernah ketemuan … padahal kita hampir
setiap hari ngobrol .. tapi sama sekali belum pernah bertemu .. jadi …
Adrian-kun
: jadi? ..
Me
: gmn kalau kita ketemuan! Rmh kamu juga ada di bandung, kan?
Adrian-kun
: iya! Ide yang bagus! Mau ketemuan di mn?
Me
: gmn kalau di … trans studio! Tapi … kalau mau kita berdua saja :3 mau gak?
Adrian-kun
: aku, sih gak apa” … tapi masa kita Cuma pergi berdua … kitakan cewek-cowok!
Ntar takutnya ada yang salah sangka .. -_-
Me
: ah … kitakan udh sering ngobrol tuh! Masa ketemuan aja susah,sih?! Gak apa”
kita berdua aja! Istilahnya bisar lebih saling mengenal! :3
Adrian-kun : ng … ya udh,deh … besok di trans studio jam 10!
Adrian-kun : ng … ya udh,deh … besok di trans studio jam 10!
Me
: ok!
Tanpa terasa jam sudah menunukan
pukul 4 sore. Sudah 2 jam aku berada di depan komputer! Waktu memang cepat
berlalu .. dan aku gak sabar buat besok! Akhirnya .. sekian lamanya kami saring
ngobrol … kami ketemuan juga… aku masih membayang-bayangkan seperti apa wajah
seorang Adrian-kun. Sambil membanyang-banyangkan wajahnya aku segera pergi
mandi.
[keesokkan
harinya]
“Yak! Aku siap! Ma! Kau pergi
dulu,ya!” seruku sambil berjalan keluar rumah.
“Eh? Mau kemana?” Tanya mamaku
“Mau ketemuan sama temen!” jawabku.
“Papa lagi nunggu di depankan, ma?”
“Oh .. iya … hati-hati,ya!”
“Oh .. iya … hati-hati,ya!”
“Iya,ma!”
[sesampainya
di trans studio]
Buru-buru aku berjalan masuk ke
trans studio dan mencari-cari sosok Adrian-kun. Katanya, sih dia nunggu di
dekat pintu masuk. Dan benar saja! Aku melihat seorang cowok yang sedang
menunggu di depan pintu masuk trans studio. Mungkin itu Adrian-kun! Tanpa berpikir
panjang lagi aku menghampirinya. “Adrian-kun!!!” seruku. Cowok itu kemudian
menoleh dan menatapku, bukannya senang yang ku rasakan tapi terkejut! Mataku sampai
terbelalak saat melihat wajahnya. “EH?!” cowok itu juga sangat terkejut saat
melihatku.
“Rendi?” tanyaku.
“Rina?” tanyanya.
Kami
berdua saling bertatapan dan sangat terkejut!
“Ka .. kamu .. InIn-chan?” tanyanya
dengan suara yang pelan.
“Ddd .. dan kka .. kkkamu … Ad..
Adrian-kun?!” aku balik bertanya.
Kami
berdua hanya bisa terbengong-bengong. Jadi selama ini … aku selalu ngobrol sama
Rendi?! Anak yang susah di atur itu?! .. yyy .. yaaa .. yang .. bbb .. benar
saja??!!!
~to
be continued~
-CUL-
Langganan:
Postingan (Atom)