Rabu, 17 April 2013
Belom sampe 24 jam, tapi fict ini sudah selesai dan Yuezheng memaksaku untuk segera mem-postnya =w= Jadi, well. Aku ga bisa nolak kalau sudah Yuezheng yang minta
*warning : Chapter ini juga panjang seperti Chapter 2. Cuman, lebih absurd dan gaje
Benar, kan, jelek? Gaje banget =w=
Ahh~ Chapter 4 segera dataang~
Tunggu, ya!
Mata ashita!
♪Galaco!♪
*warning : Chapter ini juga panjang seperti Chapter 2. Cuman, lebih absurd dan gaje
Karakuri
Burst
Story
by Galaco
All
character belong to the respective owner
“Pagi,
Yuezhe!”sapa Mrs. Bells ketika Yuezhe dan Galaco sampai di ruang
utama inn yang juga merupakan pub. Yuezhe dan Galaco
menunjukkan tatapan bersahabat. Terutama Galaco. Wajahnya tak lagi
sedingin hari pertamanya.
Tanpa
sengaja, pandangan Yuezhe dan Galaco mendapati dua orang pemua yang
sedang duduk semeja di salah satu meja di dekat pintu. Satunya
berambut hitam-keunguan, sedangkan yang lain berambut teal.
Sama-sama pendek, rambut mereka.
“Atasan
kalian. Cepat datangi!”perintah Mrs. Bells. Galaco menarik tangan
Yuezhe. “Usahakan kau tak menunjukkan sikap canggungmu, Yue.”ingat
Galaco. Yuezhe mengangguk ragu.
“Selamat
pagi, Letnan.”sapa Galaco memulai pembicaraan. “Bolehkah kami
duduk disini?”tanya Galaco, mengingat 2 kursi kosong tersedia, dan
berhadap-hadapan dengan kedua Letnan terkenal itu. “Silahkan,
Miss.”ujar si rambut teal, Mikuo Chamberline. Galaco tersenyum dan
duduk berhadap-hadapan Mikuo, sementara Yuezhe duduk berhadap-hadapan
dengan Taito.
“Kapan
anda datang, Letnan?”tanya Galaco sopan. Si rambut hitam-keunguan
yang dapat dipastikan adalah keluarga Shion, atau tepatnya, Taito
Shion, menjawab, “Tadi malam, miss. Tepat pada pukul 11.” Galaco
tersenyum tipis. Sementara Yuezhe sibuk dengan sarapannya. “Aku
yakin bahwa kalian adalah Miss Tranquillia dan Miss Yueliang. Apakah
aku salah?”tanya Mikuo. “Anda benar, Letnan. Tapi, saya merasa
lebih enak bila Letnan memanggil kami dengan nama panggilan kami
saja.”pinta Galaco hangat. “Baik-baik. Aku akan memanggil kalian
nama depan kalian.”ujar Taito santai. Meski dia sedikit bingung.
“Saya
Galaxias Tranquillia, Letnan. Saya percaya bahwa Jendral Kuroneko
sudah memberitahu anda tentang saya. Anda bisa memanggil saya Galaco
atau Gal.”terang Galaco. “Saya Yuezhe Yueliang. Teman-teman saya
biasa memanggil saya Yue. Anda bisa memanggil saya apapun yang anda
inginkan.”sambung Yuezhe. Kelihatannya, dia mati-matian menjaga
ke-tegangannya.
“Nama
yang indah.”puji Mikuo hangat. Tersungging sebuah senyuman di
bibirnya. “Kehormatan bagi kami, Letnan.”sahut Galaco. Yuezhe
hanya tersenyum simpul. “Jendral Kuroneko bilang, kalian masih
berumur 15 tahun dan sama-sama diasuh oleh Batalyon. Apa itu
benar?”tanya Mikuo. Yuezhe nampak sibuk dengan minumannya.
Menandakan ia meminta Galaco saja yang bercerita.
“Benar,
Letnan. Saya dan Yue...” Galaco akhirnya menceritakan asal-usul
mereka secara rinci pada Mikuo. Karena Galaco percaya pada Mikuo.
“Oh...
Aku mengerti.”komentar Mikuo. Galaco tersenyum simpul. Sepertinya,
dia banyak tersenyum pagi ini. “Letnan, apakah anda sudah
sarapan?”tanya Galaco saat melihat tak ada satupun piring di
hadapan Mikuo maupun Taito.
“Sudah.
Kami sudah makan dari tadi.”jawab Mikuo mewakili Taito dan dirinya
sendiri. “Kau sendiri tidak makan?”tanya Mikuo. Galaco tersenyum.
“Tak apa, Letnan. Saya belum lapar.”jawab Galaco. Dia berbohong,
sih. Sebenarnya, perutnya sudah keroncongan tingkat ndewo.
Namun,
Mrs. Bells menyadari wajah Galaco yang menahan lapar. Ia tersenyum
dan segera menyiapkan semangkuk sup hangat untuk gadis berambut aneh
itu.
“Sarapan,
Tranquillia. Kau bisa mati kelaparan!”nasihat Mrs. Bells sambil
menghidangkan semangkuk sup pada Galaco. Galaco langsung salah
tingkah. “M-Mrs. T-tapi, saya tidak lapar...”kilah Galaco pelan.
Mrs. Bells tersenyum. “Aku tahu kau lapar, dear.
Makanlah.”ujarnya sambil berlalu.
“P-Permisi,
Letnan.”ijin Galaco. Mikuo dan Taito nampak menahan tawanya. Mereka
hanya tersenyum. Galaco memulai menciduk dan mengkonsumsi sup yang
bisa dibilang so delicious itu.
“Kau
terlalu sopan, Gal.”celetuk Mikuo. Galaco hanya merunduk. Betapa
malu rasanya. Untung, Yuezhe menyadari posisi sohibnya. “Letnan,
apa Jendral Kuroneko mengirim anda kesini?”tanya Yuezhe. Mikuo
tersenyum. “Ya. Well, sebenarnya, aku memaksanya agar bisa
cepat kesini.”terang Mikuo. “Anda tak perlu mengkhawatirkan
keadaan kami, Letnan.”sela Yuezhe lembut.
“Aku
percaya kalian baik-baik saja. Tapi, aku hanya ingin memastikan
kalian benar-benar baik.”kilah Mikuo. 'Orang ini pemaksa
banget.'komentar Galaco yang menyantap supnya. “Yuezhe, Galaco,
kurasa kita harus memeriksa keadaan kota di pagi hari.”usul Taito.
Galaco meletakkan sendoknya di mangkuk, tanda ia sudah kelar memakan
sarapan yang diinginkannya. “Saya setuju, Letnan. Saya dan Yuezhe
akan kembali 5 menit lagi.”sahut Galaco. Ia menarik Yuezhe dan
membawanya ke kamar untuk mengganti baju dan membersihkan diri.
“Hei,
tidakkah kau merasa bahwa kedua gadis itu berbeda?”tanya
Taito saat dua orang yang dimaksud sudah kabur ke kamar. “Sangat
berbeda, ya. Keduanya tak se-kaku orang lain.”jawab Mikuo.
“Benar.”desis Taito.
-**-
“Hey,
man. Apa yang kau rasakan sekarang?”tanya Galaco saat
berjalan di sebelah Yuezhe. “Senang. Tegang. Deg-degan.”jawab
Yuezhe sambil meremas roknya. Galaco terkikik. “Umpamakan saja,
mereka itu orang biasa. Bukan Letnan atau orang yang kau idolakan.
Modifikasi pikiranmu.”usul Galaco. Yuezhe menatap sahabatnya.
“Jadi, itu yang kau lakukan, sampai-sampai kau terlihat sebagai
sahabat terdekatnya yang merupakan bawahannya?”tanya Yuezhe tak
percaya. Galaco tersenyum. “Tentu, kawan.”
DOR!
Sebuah
suara tembakan terdengar. Galaco dan Yuezhe langsung berlari menuju
sumber suara dengan tangan yang sudah dipersenjatai. Mikuo dan Taito
mengejar kedua gadis yang mereka anggap berbeda itu.
Benar
saja, Galaco dan Yuezhe berdiri di hadapan sebuah mayat yang
bersimbah darah. Galaco dengan cepat mengambil peluru yang terbasahi
darah di tanah. Ia melihat sebuah simbol yang sangat ia kenal.
Orang-orang menatap Galaco, Yuezhe, Mikuo, Taito, dan mayat itu
dengan tatapan ngeri. “Karakuri Eyes.”desis Galaco.
Lagi,
sebuah peluru mengarah ke salah satu dari mereka. Yuezhe Yueliang
jadi sasaran kali ini. Beruntung, Galaco sadar dan segera mendorong
Yuezhe, sehingga Yuezhe jatuh dan peluru itu mengenai dinding.
Pandangan Yuezhe sempat menangkap sebuah bayangan yang memegang
senjata api di atas sebuah bangunan. Ia segera melempar belati yang
selalu dibawanya.
Belati
itu mengenai tangan sang bayangan. Bayangan itu segera berlari
menyelamatkan diri. “Yue! Kau tak apa?!”tanya Galaco panik. “Aku
baik-baik saja.”jawab Yuezhe. “Galaco! Yuezhe! Apa kalian
baik-baik saja?!”tanya Mikuo.
Yuezhe
mengangguk. Galaco menyembunyikan tangannya yang terluka, dia
tersenyum. “Kami baik-baik saja, Letnan.”jawab Galaco. Padahal,
jelas-jelas tangan kirinya tertembus peluru yang ditujukan untuk
Yuezhe.
“Galaco,
tanganmu!”celetuk Mikuo. Galaco menyembunyikan tangannya
rapat-rapat. “Tergores ujung Uzzi-ku.”kilah Galaco. 'Ini anak
mau ditolongin malah nolak.'gerutu Yuezhe dalam hati. Ya, dia tau
jelas bila Galaco tak mau seorangpun merasa khawatir karenanya. Dia
sudah terbiasa akan sifat sahabatnya itu, meski terkadang merasa tak
enak.
-**-
“Maaf
membuatmu terluka, Galaco.”gumam Mikuo dengan nada bersalah. Dapat
dilihat bila ia sedang membungkus luka Galaco dengan perban. “Tak
apa—AW!”jerit Galaco saat Mikuo melanjutkan aktifitasnya.
“Maaf.”ujar Mikuo lagi. Ia mengikat kedua ujung perban yang ia
pakai untuk menutup luka Galaco.
“Terima
kasih, Letnan.”ucap Galaco. Ia, Mikuo, Taito, dan Yuezhe berdiri
dari duduk. Mikuo sedikit membungkukkan badan untuk berbicara dengan
Galaco. Secara, Mikuo tingginya 179 cm, sedangkan Galaco hanya 152
cm. “Maaf untuk hari ini, Galaco.”ulang Mikuo. Galaco menggeleng.
“Tak apa, Letnan.”
“Kau
ini, kenapa harus melukai dirimu sendiri, sih?!”tanya Yuezhe saat
Mikuo dan Taito sudah keluar dari kamar keduanya. “Sudah kubilang.
Aku tak ingin kau terluka.”jawab Galaco santai. Seolah dia tak
terkena apapun. “Tapi kau tak perlu sampai membuat tanganmu
tertembak, mengerti?! Peluru Karakuri Eyes adalah peluru paling
bahaya sepanjang masa!”ingat Yuezhe. Galaco tertawa.
“Apa
peduliku?”tanya Galaco meremehkan. Ia melihat kearah jam, mendapati
sekarang pukul setengah 12. Yuezhe menghela nafas melihat sahabatnya.
“Kau bukan manusia super, kawan.”bisik Yuezhe. “Kau bisa mati
kapan saja.”sambung Yuezhe. “Tapi aku tak akan mati sia-sia.
Karena aku mati demi melindungi sahabatku.”tukas Galaco. “Sudahlah,
aku lapar. Ayo.”potong Yuezhe. Ia dan Galaco turun kebawah untuk
makan siang.
“Silahkan,”ujar
Mrs. Bells sambil menghidangkan makan siang kali itu, Curry Noodles.
Mengingat langit mulai menitikkan air hujan. “Mrs., Bolehkah saya
bertanya?”tanya Galaco. “Tentu, dear. Tanyakan saja.”jawab
Mrs. Bells. “Mengapa anda begitu baik, hingga mau melayani
kami?”tanya Galaco. Mrs. Bells menghela nafas. Dia duduk di sebelah
Yuezhe dan mulai menceritakan sesuatu.
Ternyata,
Mrs. Bells adalah orang yang pertama kali menemukan Yuezhe saat
Yuezhe dikirim ke Jerman. Bukan polisi Batalyon KBF yang sedang
berpatroli. Mrs. Bells juga merupakan sahabat dari Ibu Yuezhe, Yayin
Gongyu—Yayin Miangxing. Ia merawat Yuezhe beberapa hari, sebelum
akhirnya memenuhi keinginan Yuezhe, yaitu menyerahkan Yuezhe ke
Batalyon KBF. Dulu, Yuezhe terkejut sekali, saat mendengar Ayahnya
adalah seorang anggota Kepolisian Cina. Jadi, dia memutuskan untuk
melanjutkan pekerjaan ayahnya, dan mendesak Mrs. Bells agar
mengirimnya ke Batalyon KBF yang sangat terkenal. Selain itu, Mrs.
Bells bersikap begitu lembut karena mata Yuezhe mengingatkannya pada
Ibu Yuezhe yang sudah meninggal. Dan perlu diketahui, orang tua
Yuezhe meninggal saat ada penyergapan dari Karakuri Eyes.
“Mrs.
Bells, maaf. Aku tak bermaksud...”ujar Galaco menyesal. “Tak apa,
Tranquillia. Aku tau kau penasaran.”sergah Mrs. Bells. Galaco
menunduk, tanda ia menyesal. Yuezhe meneguk Orange Shake-nya. “Jangan
menyesal, man. Itu masa laluku.”ujar Yuezhe sambil menepuk
bahu Galaco. “Bagaimana denganmu, Tranquillia?”tanya Mrs. Bells.
Galaco menarik nafas dalam-dalam.
16
September 1983, adalah ulang tahun ke 9 seorang Galaccious von
Scharzigartie yang merupakan putri tunggal Lord Scharzigartie. Pada
saat itu, Manor Scharzigartie dibakar oleh pihak tak bertanggung
jawab. Lord Scharzigartie dan Lady Scharzigartie dibunuh oleh
seseorang bertudung hitam. Galaccious sendiri, waktu itu berinisiatif
untuk bersembunyi di dalam lemari yang ada di kamarnya. Ia menahan
nafas saat mendengar langkah kaki. Namun, usahanya sia-sia saat
seseorang membuka pintu lemari dan memukulnya dan membuatnya pingsan.
Saat ia sadar, ia mendapati dirinya ada di sebuah ruangan putih.
Galaco
terdiam sejenak, dia sangat enggan melanjutkan ceritanya. Setelah
meminta izin, dia memotong apa yang terjadi padanya di ruangan putih
itu dan langsung menceritakan bagaimana ia bertemu Jendral Kuroneko
yang saat itu masih berpangkat Letnan Jendral. Ia bertemu dengannya
saat beberapa orang memukulinya di jalan. Waktu itu, Jendral Kuroneko
menyelamatkannya dan menawarkannya untuk masuk ke dunia kepolisian.
Galaco langsung menerimanya. Jendral Kuroneko membawanya ke Batalyon
dan memberinya sebuah nama baru, yaitu Galaxias Tranquillia.
“Oh
ya ampun, dear...”desis Mrs. Bells dengan nada iba. Galaco
hanya tersenyum miris. “Apa kau tau siapa yang memukulmu waktu
itu?”tanya Yuezhe. Dia tak menyangka, ternyata, masa lalu Galaco
lebih buruk daripada yang ia bayangkan. Galaco mengangguk kecil.
“Seseorang dari Karakuri Eyes. Aku ingat, orang-orang memanggilnya
Zatsune, Zatsy, atau CODE;BLACK.”terang Galaco. Yuezhe kaget.
Zatsune BLACK adalah orang yang membantai keluarganya.
-**-
“Hei,
Gal.”panggil Yuezhe saat ia dan Galaco tiduran di kasur.
“Apa?”tanya Galaco. Sepertinya, ia sudah melupakan luka di tangan
kirinya. “Kurasa... Letnan Shion lebih gahol daripada Letnan
Chamberline.”gumam Yuezhe. Galaco tersenyum dan melemparkan sebuah
bantal kearah sahabatnya itu dengan tangan kanannya. “Kau ini.
Seperti kataku, jika kau cinta dia, kau harus berusaha
memilikinya~”sahut Galaco. Yuezhe menenggelamkan wajahnya ke bantal
yang tadi dilempar Galaco. “Ini memalukan!”ujar Yuezhe.
Galaco
langsung cemberut. “Yang mulai duluan siapa, coba?”tanya Galaco.
Yuezhe terlentang sambil menutup wajahnya dengan bantal. Ia
berguling-guling kekanan dan kekiri di kasur. “Aku tauuuuuu!!! Tapi
ini memalukaaaan!!!”seru Yuezhe. Mari kita lewatkan bagian dimana
Galaco sibuk koprol di kasurnya sendiri.
“Tak
kusangka, kau ternyata bisa seperti itu juga, Yue.”
To be continued...
Benar, kan, jelek? Gaje banget =w=
Ahh~ Chapter 4 segera dataang~
Tunggu, ya!
Mata ashita!
♪Galaco!♪
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Kalian gayak yuri aja deh =="
♚RIN♚
Kalian gayak yuri aja deh =="
♚RIN♚
Posting Komentar