Selasa, 30 April 2013
A, oi minna! Apa kabar? Semoga sehat-sehat ya? Amin! ^^
Mungkin gak ada yang percaya, ya, kalau ini awalanya dari mimpi. Mungkin karena keseringan mikirin Vocaloid jadi begini deh. Ini mimpi yang aneh, mirip FF, makanya itu aku mau buat ini menjadi FF. Tapi dengan beberapa pengeditan supaya jalan ceritanya sesuai *Karena di mimpiku Rin nitip HP ke aku*. Okelah, gak usah banyak omong, mending langsung aja ye ... \ :v /
----------------------------------------------------------------------
Normal POV
Dunia ini memang sedikit kejam. Begitulah yang dikatakan Kagamine Rin dan Kagamine Len. Mereka berdua anak kembar yang ditinggal mati orang tua mereka(?). Mereka berdua memang ditinggali harta yang berlimpah oleh orang tua mereka. Tetapi mereka selalu bijak menggunakan harta itu.
Rin dan Len sudah membebaskan beberapa budak dari istana yaitu, Luka, Gumi, Kaito dan Meiko. Mereka berempat tinggal di rumah Rin dan Len yang sangat luas untuk mereka dan mengurusi kebutuhan mereka selayaknya orang tua mereka sebagai ucapan terima kasih.
Hari ini, Rin dan Len tidak ingin mengganggu aktifitas Luka, Gumi, Kaito dan Meiko. Mereka berdua merasa merepotkan keempatnya. Di hari minggu yang cerah ini, mereka berdua mengendap-endap pergi keluar seraya membawa uang yang cukup untuk membeli bahan untuk makan siang.
Tetereteret!!!
Semua orang di pasar itu langsung panik seketika. Pengawal istana datang mengawali rombongan kerajaan. Semua orang terpaksa bersujud karena mengenal betul kalangan bangsawan yang kejam di kota itu. Putri Miku, anak bungsu sang raja ini terkenal begitu kejam di bandingkan kakak laki-lakinya. Semua orang bersujud kecuali Rin. Rin memandang mata putri Miku kesal. Ia sangat jengkel ketika harus bersujud di depannya.
Sang putri turun dari kereta kudanya dan menghampiri Rin. Len menarik-narik rok panjang Rin agar dia ikut bersujud, namun Rin hanya diam seraya memandang mata Miku dengan kesal. Putri Miku mengembangkan senyum sinisnya dan mulai menginjak kepala Len lalu menjenggutnya sehingga Rin begitu kesal, dan Rin mendorong putri Miku jatuh kedalam kubangan lumpur.
"Tangkap dia!" perintah putri Miku. Semua rakyat biasa hanya bisa menonton kejadian itu tanpa bisa menolong Rin. Kedua pengawal berbadan kekar itu memegang tangan Rin erat-erat.
"Lepaskan dasar putri sialan!" kata Rin yang terus memberontak.
"Rakyat jelata sialan!" balas putri Miku yang masih memperhatikan kejadian itu dengan seru.
"Lepaskan dia!" teriak seorang anak laki-laki, dia Len. "Aku yang berasalah karena tidak bisa mengajarkan sopan santun pada Rin. Aku saudara kembarnya, apa aku tidak cukup mirip dengannya?"
"Len!" teriak Rin.
"Oke, lepaskan anak perempuan yang cengeng itu dan tangkap saudaranya!" perintah putri Miku. Kedua pengawal yang sedari tadi memegang tangan Rin melemparkan Rin dengan sangat keras dan mulai menahan Len.
Rin POV
Aku sadar betapa bodohnya aku. Aku sudah membuat Len di tangkap. Dengan segera, aku langsung berlari ke arah putri Miku yang tertawa sambil menjenggut ikatan rambut Len sampai pengikatnya putus dan Len hanya bisa meringis kecil. Namun saat aku hendak menyentuh pundak putri Miku pengawalnya langsung menahanku dari belakang. Akhirnya aku hanya bisa menangis sambil berteriak.
"Dasar putri sialan! Dasar putri bodoh! Bodoh! Bodoh! Bodoh! Aku ingin bertanya padamu, apa yang di ajarkan gurumu di istana? Hah? Jawab aku bodoh! Kenapa kau mempercayai semua ucapannya? Aku yang bersalah! Apa kau tidak melihat kalau aku yang mencoba menantangmu?" teriakku sambil terisak. Air mataku mengalir begitu deras.
"Aku tau," kata putri Miku meremehkanku. "Tapi aku akan menjadikannya mainan, dia terlihat lebih menarik."
"Aku tidak akan memaafkanmu jika kamu menjadikannya budak! Suatu hari nanti aku akan menghancurkan kerajaan itu!" ujarku dengan penuh keyakinan. Namun putri Miku terus tersenyum sinis padaku.
"Kalau begitu..," kata putri Miku seraya berpikir. "Aku akan menjatuhkan hukuman mati padanya, hm? Bagaimana?"
Aku hanya bisa terdiam. Air mataku masih terus mengalir, namun gerakan terhenti seketika. Pengawal itu melepaskan pengangan eratnya lalu pergi di belakang putri Miku. Dia naik ke kereta kudanya yang berlapis emas di beberapa bagian itu. Aku terduduk lemas di tanah, semua orang membicarakan kami. Aku hanya bisa menangis dan memukuli tanah. Lalu Luka datang dengan panik seraya memegangi pundakku agar aku tetap tenang. Aku terus berkata Luka begitu bodoh karena dia menyuruhku tenang, sedangkan len akan segera menemui ajalnya dengan cara yang tidak biasa. Dihukum mati. Kata itu terus mengiang di kepalaku, begitu mengganggu. Aku di ajak pulang ke rumah dan aku hanya mengikutinya.
Len POV
Kurasa yang kulakukan sudah cukup. Aku akan menyelamatkan Rin bagaimana pun caranya. Karena orang tuaku sudah tidak ada, hanya Rin keluarga yang kupunya. Tentu saja aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitinya, karena aku juga merasa sakit melihatnya. Aku tidak tau apa yang harus kulakukan untuk membebaskan diriku-sendiri agar terhindar dari hukuman mati.
"Manisnya!" ujar putri Miku yang sangat kejam. Dia memakan gula-gula itu dengan santainya.
Dan kami sampai di istana ....
Bersambung ....
~*GUMI*~
Minggu, 21 April 2013
yaah.. ini part 2 ny....
maap lama bgt soalny jadwal menumpuk(?) :v //plak
oke monggo dibaca,mksih =w=
maap lama bgt soalny jadwal menumpuk(?) :v //plak
oke monggo dibaca,mksih =w=
Normal Pov
"Hey Rin apakah kau tidak bosan terus-terusan memandang handphone'mu seperti itu? "Tanya seorang perempuan dengan rambut berwarna Hijau tosca dengan model rambut TwinTail
"Aku hanya kesal Miku, hari ini dia tidak menghubungiku lagi "Jawab Perempuan Yang bernama Rin itu dengan Raut wajah kecewa
"Mungkin Dia hanya sibuk Rin, Kau Taulah Mikuo Itu Orang yang sangat sibuk" Kata Miku
"Baiklah Miku, Kalau begitu aku pergi dulu dan juga aku sudah tak ada jam menyiar lagi" Ucap Rindan segera pergi.
"Baik-baiklah dijalan Rin" Teriak Miku
Rin Pov
"Hei Hime"Panggil seseorang yang sangat kukenal.
"Ada apa Mikuo" tanyaku dengan wajah bosan
"Hey Rin apakah kau tidak bosan terus-terusan memandang handphone'mu seperti itu? "Tanya seorang perempuan dengan rambut berwarna Hijau tosca dengan model rambut TwinTail
"Aku hanya kesal Miku, hari ini dia tidak menghubungiku lagi "Jawab Perempuan Yang bernama Rin itu dengan Raut wajah kecewa
"Mungkin Dia hanya sibuk Rin, Kau Taulah Mikuo Itu Orang yang sangat sibuk" Kata Miku
"Baiklah Miku, Kalau begitu aku pergi dulu dan juga aku sudah tak ada jam menyiar lagi" Ucap Rindan segera pergi.
"Baik-baiklah dijalan Rin" Teriak Miku
Rin Pov
"Hei Hime"Panggil seseorang yang sangat kukenal.
"Ada apa Mikuo" tanyaku dengan wajah bosan
Rabu, 17 April 2013
Diposting oleh
.:KBF-Crew:.
di
22.42
Label:
Galaco,
Karakuri Burst,
KBF version,
Song-based,
Story
2
komentar
Belom sampe 24 jam, tapi fict ini sudah selesai dan Yuezheng memaksaku untuk segera mem-postnya =w= Jadi, well. Aku ga bisa nolak kalau sudah Yuezheng yang minta
*warning : Chapter ini juga panjang seperti Chapter 2. Cuman, lebih absurd dan gaje
Benar, kan, jelek? Gaje banget =w=
Ahh~ Chapter 4 segera dataang~
Tunggu, ya!
Mata ashita!
♪Galaco!♪
*warning : Chapter ini juga panjang seperti Chapter 2. Cuman, lebih absurd dan gaje
Karakuri
Burst
Story
by Galaco
All
character belong to the respective owner
“Pagi,
Yuezhe!”sapa Mrs. Bells ketika Yuezhe dan Galaco sampai di ruang
utama inn yang juga merupakan pub. Yuezhe dan Galaco
menunjukkan tatapan bersahabat. Terutama Galaco. Wajahnya tak lagi
sedingin hari pertamanya.
Tanpa
sengaja, pandangan Yuezhe dan Galaco mendapati dua orang pemua yang
sedang duduk semeja di salah satu meja di dekat pintu. Satunya
berambut hitam-keunguan, sedangkan yang lain berambut teal.
Sama-sama pendek, rambut mereka.
“Atasan
kalian. Cepat datangi!”perintah Mrs. Bells. Galaco menarik tangan
Yuezhe. “Usahakan kau tak menunjukkan sikap canggungmu, Yue.”ingat
Galaco. Yuezhe mengangguk ragu.
“Selamat
pagi, Letnan.”sapa Galaco memulai pembicaraan. “Bolehkah kami
duduk disini?”tanya Galaco, mengingat 2 kursi kosong tersedia, dan
berhadap-hadapan dengan kedua Letnan terkenal itu. “Silahkan,
Miss.”ujar si rambut teal, Mikuo Chamberline. Galaco tersenyum dan
duduk berhadap-hadapan Mikuo, sementara Yuezhe duduk berhadap-hadapan
dengan Taito.
“Kapan
anda datang, Letnan?”tanya Galaco sopan. Si rambut hitam-keunguan
yang dapat dipastikan adalah keluarga Shion, atau tepatnya, Taito
Shion, menjawab, “Tadi malam, miss. Tepat pada pukul 11.” Galaco
tersenyum tipis. Sementara Yuezhe sibuk dengan sarapannya. “Aku
yakin bahwa kalian adalah Miss Tranquillia dan Miss Yueliang. Apakah
aku salah?”tanya Mikuo. “Anda benar, Letnan. Tapi, saya merasa
lebih enak bila Letnan memanggil kami dengan nama panggilan kami
saja.”pinta Galaco hangat. “Baik-baik. Aku akan memanggil kalian
nama depan kalian.”ujar Taito santai. Meski dia sedikit bingung.
“Saya
Galaxias Tranquillia, Letnan. Saya percaya bahwa Jendral Kuroneko
sudah memberitahu anda tentang saya. Anda bisa memanggil saya Galaco
atau Gal.”terang Galaco. “Saya Yuezhe Yueliang. Teman-teman saya
biasa memanggil saya Yue. Anda bisa memanggil saya apapun yang anda
inginkan.”sambung Yuezhe. Kelihatannya, dia mati-matian menjaga
ke-tegangannya.
“Nama
yang indah.”puji Mikuo hangat. Tersungging sebuah senyuman di
bibirnya. “Kehormatan bagi kami, Letnan.”sahut Galaco. Yuezhe
hanya tersenyum simpul. “Jendral Kuroneko bilang, kalian masih
berumur 15 tahun dan sama-sama diasuh oleh Batalyon. Apa itu
benar?”tanya Mikuo. Yuezhe nampak sibuk dengan minumannya.
Menandakan ia meminta Galaco saja yang bercerita.
“Benar,
Letnan. Saya dan Yue...” Galaco akhirnya menceritakan asal-usul
mereka secara rinci pada Mikuo. Karena Galaco percaya pada Mikuo.
“Oh...
Aku mengerti.”komentar Mikuo. Galaco tersenyum simpul. Sepertinya,
dia banyak tersenyum pagi ini. “Letnan, apakah anda sudah
sarapan?”tanya Galaco saat melihat tak ada satupun piring di
hadapan Mikuo maupun Taito.
“Sudah.
Kami sudah makan dari tadi.”jawab Mikuo mewakili Taito dan dirinya
sendiri. “Kau sendiri tidak makan?”tanya Mikuo. Galaco tersenyum.
“Tak apa, Letnan. Saya belum lapar.”jawab Galaco. Dia berbohong,
sih. Sebenarnya, perutnya sudah keroncongan tingkat ndewo.
Namun,
Mrs. Bells menyadari wajah Galaco yang menahan lapar. Ia tersenyum
dan segera menyiapkan semangkuk sup hangat untuk gadis berambut aneh
itu.
“Sarapan,
Tranquillia. Kau bisa mati kelaparan!”nasihat Mrs. Bells sambil
menghidangkan semangkuk sup pada Galaco. Galaco langsung salah
tingkah. “M-Mrs. T-tapi, saya tidak lapar...”kilah Galaco pelan.
Mrs. Bells tersenyum. “Aku tahu kau lapar, dear.
Makanlah.”ujarnya sambil berlalu.
“P-Permisi,
Letnan.”ijin Galaco. Mikuo dan Taito nampak menahan tawanya. Mereka
hanya tersenyum. Galaco memulai menciduk dan mengkonsumsi sup yang
bisa dibilang so delicious itu.
“Kau
terlalu sopan, Gal.”celetuk Mikuo. Galaco hanya merunduk. Betapa
malu rasanya. Untung, Yuezhe menyadari posisi sohibnya. “Letnan,
apa Jendral Kuroneko mengirim anda kesini?”tanya Yuezhe. Mikuo
tersenyum. “Ya. Well, sebenarnya, aku memaksanya agar bisa
cepat kesini.”terang Mikuo. “Anda tak perlu mengkhawatirkan
keadaan kami, Letnan.”sela Yuezhe lembut.
“Aku
percaya kalian baik-baik saja. Tapi, aku hanya ingin memastikan
kalian benar-benar baik.”kilah Mikuo. 'Orang ini pemaksa
banget.'komentar Galaco yang menyantap supnya. “Yuezhe, Galaco,
kurasa kita harus memeriksa keadaan kota di pagi hari.”usul Taito.
Galaco meletakkan sendoknya di mangkuk, tanda ia sudah kelar memakan
sarapan yang diinginkannya. “Saya setuju, Letnan. Saya dan Yuezhe
akan kembali 5 menit lagi.”sahut Galaco. Ia menarik Yuezhe dan
membawanya ke kamar untuk mengganti baju dan membersihkan diri.
“Hei,
tidakkah kau merasa bahwa kedua gadis itu berbeda?”tanya
Taito saat dua orang yang dimaksud sudah kabur ke kamar. “Sangat
berbeda, ya. Keduanya tak se-kaku orang lain.”jawab Mikuo.
“Benar.”desis Taito.
-**-
“Hey,
man. Apa yang kau rasakan sekarang?”tanya Galaco saat
berjalan di sebelah Yuezhe. “Senang. Tegang. Deg-degan.”jawab
Yuezhe sambil meremas roknya. Galaco terkikik. “Umpamakan saja,
mereka itu orang biasa. Bukan Letnan atau orang yang kau idolakan.
Modifikasi pikiranmu.”usul Galaco. Yuezhe menatap sahabatnya.
“Jadi, itu yang kau lakukan, sampai-sampai kau terlihat sebagai
sahabat terdekatnya yang merupakan bawahannya?”tanya Yuezhe tak
percaya. Galaco tersenyum. “Tentu, kawan.”
DOR!
Sebuah
suara tembakan terdengar. Galaco dan Yuezhe langsung berlari menuju
sumber suara dengan tangan yang sudah dipersenjatai. Mikuo dan Taito
mengejar kedua gadis yang mereka anggap berbeda itu.
Benar
saja, Galaco dan Yuezhe berdiri di hadapan sebuah mayat yang
bersimbah darah. Galaco dengan cepat mengambil peluru yang terbasahi
darah di tanah. Ia melihat sebuah simbol yang sangat ia kenal.
Orang-orang menatap Galaco, Yuezhe, Mikuo, Taito, dan mayat itu
dengan tatapan ngeri. “Karakuri Eyes.”desis Galaco.
Lagi,
sebuah peluru mengarah ke salah satu dari mereka. Yuezhe Yueliang
jadi sasaran kali ini. Beruntung, Galaco sadar dan segera mendorong
Yuezhe, sehingga Yuezhe jatuh dan peluru itu mengenai dinding.
Pandangan Yuezhe sempat menangkap sebuah bayangan yang memegang
senjata api di atas sebuah bangunan. Ia segera melempar belati yang
selalu dibawanya.
Belati
itu mengenai tangan sang bayangan. Bayangan itu segera berlari
menyelamatkan diri. “Yue! Kau tak apa?!”tanya Galaco panik. “Aku
baik-baik saja.”jawab Yuezhe. “Galaco! Yuezhe! Apa kalian
baik-baik saja?!”tanya Mikuo.
Yuezhe
mengangguk. Galaco menyembunyikan tangannya yang terluka, dia
tersenyum. “Kami baik-baik saja, Letnan.”jawab Galaco. Padahal,
jelas-jelas tangan kirinya tertembus peluru yang ditujukan untuk
Yuezhe.
“Galaco,
tanganmu!”celetuk Mikuo. Galaco menyembunyikan tangannya
rapat-rapat. “Tergores ujung Uzzi-ku.”kilah Galaco. 'Ini anak
mau ditolongin malah nolak.'gerutu Yuezhe dalam hati. Ya, dia tau
jelas bila Galaco tak mau seorangpun merasa khawatir karenanya. Dia
sudah terbiasa akan sifat sahabatnya itu, meski terkadang merasa tak
enak.
-**-
“Maaf
membuatmu terluka, Galaco.”gumam Mikuo dengan nada bersalah. Dapat
dilihat bila ia sedang membungkus luka Galaco dengan perban. “Tak
apa—AW!”jerit Galaco saat Mikuo melanjutkan aktifitasnya.
“Maaf.”ujar Mikuo lagi. Ia mengikat kedua ujung perban yang ia
pakai untuk menutup luka Galaco.
“Terima
kasih, Letnan.”ucap Galaco. Ia, Mikuo, Taito, dan Yuezhe berdiri
dari duduk. Mikuo sedikit membungkukkan badan untuk berbicara dengan
Galaco. Secara, Mikuo tingginya 179 cm, sedangkan Galaco hanya 152
cm. “Maaf untuk hari ini, Galaco.”ulang Mikuo. Galaco menggeleng.
“Tak apa, Letnan.”
“Kau
ini, kenapa harus melukai dirimu sendiri, sih?!”tanya Yuezhe saat
Mikuo dan Taito sudah keluar dari kamar keduanya. “Sudah kubilang.
Aku tak ingin kau terluka.”jawab Galaco santai. Seolah dia tak
terkena apapun. “Tapi kau tak perlu sampai membuat tanganmu
tertembak, mengerti?! Peluru Karakuri Eyes adalah peluru paling
bahaya sepanjang masa!”ingat Yuezhe. Galaco tertawa.
“Apa
peduliku?”tanya Galaco meremehkan. Ia melihat kearah jam, mendapati
sekarang pukul setengah 12. Yuezhe menghela nafas melihat sahabatnya.
“Kau bukan manusia super, kawan.”bisik Yuezhe. “Kau bisa mati
kapan saja.”sambung Yuezhe. “Tapi aku tak akan mati sia-sia.
Karena aku mati demi melindungi sahabatku.”tukas Galaco. “Sudahlah,
aku lapar. Ayo.”potong Yuezhe. Ia dan Galaco turun kebawah untuk
makan siang.
“Silahkan,”ujar
Mrs. Bells sambil menghidangkan makan siang kali itu, Curry Noodles.
Mengingat langit mulai menitikkan air hujan. “Mrs., Bolehkah saya
bertanya?”tanya Galaco. “Tentu, dear. Tanyakan saja.”jawab
Mrs. Bells. “Mengapa anda begitu baik, hingga mau melayani
kami?”tanya Galaco. Mrs. Bells menghela nafas. Dia duduk di sebelah
Yuezhe dan mulai menceritakan sesuatu.
Ternyata,
Mrs. Bells adalah orang yang pertama kali menemukan Yuezhe saat
Yuezhe dikirim ke Jerman. Bukan polisi Batalyon KBF yang sedang
berpatroli. Mrs. Bells juga merupakan sahabat dari Ibu Yuezhe, Yayin
Gongyu—Yayin Miangxing. Ia merawat Yuezhe beberapa hari, sebelum
akhirnya memenuhi keinginan Yuezhe, yaitu menyerahkan Yuezhe ke
Batalyon KBF. Dulu, Yuezhe terkejut sekali, saat mendengar Ayahnya
adalah seorang anggota Kepolisian Cina. Jadi, dia memutuskan untuk
melanjutkan pekerjaan ayahnya, dan mendesak Mrs. Bells agar
mengirimnya ke Batalyon KBF yang sangat terkenal. Selain itu, Mrs.
Bells bersikap begitu lembut karena mata Yuezhe mengingatkannya pada
Ibu Yuezhe yang sudah meninggal. Dan perlu diketahui, orang tua
Yuezhe meninggal saat ada penyergapan dari Karakuri Eyes.
“Mrs.
Bells, maaf. Aku tak bermaksud...”ujar Galaco menyesal. “Tak apa,
Tranquillia. Aku tau kau penasaran.”sergah Mrs. Bells. Galaco
menunduk, tanda ia menyesal. Yuezhe meneguk Orange Shake-nya. “Jangan
menyesal, man. Itu masa laluku.”ujar Yuezhe sambil menepuk
bahu Galaco. “Bagaimana denganmu, Tranquillia?”tanya Mrs. Bells.
Galaco menarik nafas dalam-dalam.
16
September 1983, adalah ulang tahun ke 9 seorang Galaccious von
Scharzigartie yang merupakan putri tunggal Lord Scharzigartie. Pada
saat itu, Manor Scharzigartie dibakar oleh pihak tak bertanggung
jawab. Lord Scharzigartie dan Lady Scharzigartie dibunuh oleh
seseorang bertudung hitam. Galaccious sendiri, waktu itu berinisiatif
untuk bersembunyi di dalam lemari yang ada di kamarnya. Ia menahan
nafas saat mendengar langkah kaki. Namun, usahanya sia-sia saat
seseorang membuka pintu lemari dan memukulnya dan membuatnya pingsan.
Saat ia sadar, ia mendapati dirinya ada di sebuah ruangan putih.
Galaco
terdiam sejenak, dia sangat enggan melanjutkan ceritanya. Setelah
meminta izin, dia memotong apa yang terjadi padanya di ruangan putih
itu dan langsung menceritakan bagaimana ia bertemu Jendral Kuroneko
yang saat itu masih berpangkat Letnan Jendral. Ia bertemu dengannya
saat beberapa orang memukulinya di jalan. Waktu itu, Jendral Kuroneko
menyelamatkannya dan menawarkannya untuk masuk ke dunia kepolisian.
Galaco langsung menerimanya. Jendral Kuroneko membawanya ke Batalyon
dan memberinya sebuah nama baru, yaitu Galaxias Tranquillia.
“Oh
ya ampun, dear...”desis Mrs. Bells dengan nada iba. Galaco
hanya tersenyum miris. “Apa kau tau siapa yang memukulmu waktu
itu?”tanya Yuezhe. Dia tak menyangka, ternyata, masa lalu Galaco
lebih buruk daripada yang ia bayangkan. Galaco mengangguk kecil.
“Seseorang dari Karakuri Eyes. Aku ingat, orang-orang memanggilnya
Zatsune, Zatsy, atau CODE;BLACK.”terang Galaco. Yuezhe kaget.
Zatsune BLACK adalah orang yang membantai keluarganya.
-**-
“Hei,
Gal.”panggil Yuezhe saat ia dan Galaco tiduran di kasur.
“Apa?”tanya Galaco. Sepertinya, ia sudah melupakan luka di tangan
kirinya. “Kurasa... Letnan Shion lebih gahol daripada Letnan
Chamberline.”gumam Yuezhe. Galaco tersenyum dan melemparkan sebuah
bantal kearah sahabatnya itu dengan tangan kanannya. “Kau ini.
Seperti kataku, jika kau cinta dia, kau harus berusaha
memilikinya~”sahut Galaco. Yuezhe menenggelamkan wajahnya ke bantal
yang tadi dilempar Galaco. “Ini memalukan!”ujar Yuezhe.
Galaco
langsung cemberut. “Yang mulai duluan siapa, coba?”tanya Galaco.
Yuezhe terlentang sambil menutup wajahnya dengan bantal. Ia
berguling-guling kekanan dan kekiri di kasur. “Aku tauuuuuu!!! Tapi
ini memalukaaaan!!!”seru Yuezhe. Mari kita lewatkan bagian dimana
Galaco sibuk koprol di kasurnya sendiri.
“Tak
kusangka, kau ternyata bisa seperti itu juga, Yue.”
To be continued...
Benar, kan, jelek? Gaje banget =w=
Ahh~ Chapter 4 segera dataang~
Tunggu, ya!
Mata ashita!
♪Galaco!♪
Diposting oleh
.:KBF-Crew:.
di
19.15
Label:
Galaco,
Karakuri Burst,
KBF version,
Song-based,
Story
2
komentar
Ohayo, Minna!
Galaco kembali lagi dengan fict Galaco, Karakuri Burst ver. KBF! Chapter 2 datang!
Sebelumnya, terima kasih untuk commentnya, Rin-san! >v<
*warning : Chapter ini adalah chapter yang cukup panjang
Bagaimana? Ada yang kurang? Comment! Chapter 3 akan segera datang!
Sebenarnya, waktu nulis Mikuo itu ganteng dan keren, Galaco harus nahan muntah, loh =w=
Masa, orang kaya gitu dibilang ganteng dan keren? =A= //dor
Tapi, demi kelancaran fict, Galaco paksain, deh~
Sore ja, Mata ashita!
♪Galaco!♪
Galaco kembali lagi dengan fict Galaco, Karakuri Burst ver. KBF! Chapter 2 datang!
Sebelumnya, terima kasih untuk commentnya, Rin-san! >v<
*warning : Chapter ini adalah chapter yang cukup panjang
Karakuri
Burst
Story
by Galaco
All
character belong to the respective owner
Akhirnya,
Yuezhe dan Galaco sukses sampai di pusat Copenhagen teapt pukul 10.
Salahkan saja kereta gantung yang tadi sempat macet di tengah jalan.
Beruntungnya, tak seorangpun mengetahui identitas asli mereka. Yuezhe
menyamar sebagai Luo Byoguan Lin dan Galaco menyamar sebagai Stellar
Pruedence. Mereka mengaku sebagai bule asal Cina dan Amerika.
Entah
apa yang sedang dipikirkan Galaco saat melihat sebuah cafe. Yang
jelas, dia menarik tangan Yuezhe dan membawanya masuk kesana.
Padahal, Galaco tau bila kurang dari 4 jam lalu, dia sudah makan
sarapan di Batalyon KBF. Gadis ini sepertinya mudah lapar, meski
tubuhnya tetap tergolong kecil dan lumayan pendek.
“Gal!
Apa yang kau lakukan?!”bisik Yuezhe kesal. Galaco hanya tersenyum.
“Aku tau, kau suka kopi. Dan ada hal yang ingin kubicarakan
denganmu.”sahut Galaco santai. Yuezhe menghela nafas pelan. Tak
dapat dipungkiri, ia tersenyum kecil melihat kelakuan sahabat yang
selalu ada untuknya itu.
“Jadi,
apa yang ingin kau bicarakan?”tanya Yuezhe. Ia menunggu Galaco yang
sedang meneguk Moccachino yang dipesannya. “Sebenarnya, ini hanya
untuk menghilangkan tatapan aneh dari para polisi.”tutur Galaco.
Yuezhe menggerutu kesal. “Tapi, ada suatu hal yang sangat ingin
kusampaikan.”sela Galaco. Yuezhe menatap sohib bin partnernya itu
penasaran.
“Kau
tau Mikuo Chamberline?”tanya Galaco. Yuezhe tentu mengangguk.
Siapa, sih, yang tidak kenal partner Shion Taito yang kabarnya
sangat keren dan handal dalam masalah stalking dan investigasi
itu? “Letnan Chamberline? Tentu saja. Dia atasan kita, kan?”tukas
Yuezhe. Mikuo memang atasan Yuezhe dan Galaco. Karena Mikuo
berpangkat Letnan, sementara Yuezhe dan Galaco berpangkat Kopral.
“Kudengar,
dia akan membantu kita menyelesaikan misi ini.”sahut Galaco. Ia
kembali meneguk Moccachinonya. Yuezhe kaget. “Serius?!”tanya
Yuezhe sanksi. Galaco tersenyum dan mengangguk. “Aku tak pernah
berbohong padamu, kawan.”tanggap Galaco. Yuezhe langsung melonjak
karena kesenangan sekali.
“Lihat
siapa yang berbahagia.”gumam Galaco. Ia menyunggingkan sebuah
senyum melihat sahabatnya itu tergirang-girang akan berita yang
dibawanya. Namun, ia tak tau mengapa. Tiba-tiba, sebuah perasaan
sakit mengisi relung hatinya. 'Ah, itu hanya perasaanku
saja.'kilah Galaco dalam hati.
-**-
“Sekarang,
kita mau kemana?”tanya Yuezhe. Ia tau, jika dalam sebuah misi,
Galaco akan menjadi serius dan menghilangkan sifat konyol yang selalu
tampak di luar pekerjaan mereka. Tak lupa, selama misi apapun,
Galaco-lah yang memimpin mereka berdua. Karena bila sudah serius,
pikiran Galaco akan sangat maju. Berkebalikan dengan pemikirannya di
luar tugas.“Kita menginap beberapa hari. Kita lihat apa yang
terjadi selama kita disini.”jawab Galaco dengan suara pelan. Yuezhe
mengangguk setuju. “Aku kenal seseorang yang mempunyai inn
dan pub dalam satu tempat.”sela Yuezhe. Galaco menoleh.
“Siapa?”tanyanya penasaran. “Prima Bells.”jawab Yuezhe sambil
menyeringai.
Suara
lonceng terdengar ketika Yuezhe membuka pintu inn yang kupikir
diberi nama 'Bells Inner Inn'. “Selamat datang—“
“Halo,
Mrs. Bells.”sapa Yuezhe memotong ucapan selamat datang dari seorang
wanita paruh baya yang berambut abu-abu gelap. “Oh, ya ampun!
Yuezhe! Aku tak menyangka kau akan datang kemari!”seru wanita itu
sambil mendekati Yuezhe dan memeluknya. “Aku ada tugas dari
Batalyon, Mrs. Jadi, bolehkah aku dan temanku menginap di
sini?”terang dan tanya Yuezhe. “Tentu saja, sayang.”jawab
wanita yang dipanggil 'Mrs. Bells' itu. Ia melepas pelukannya dengan
Yuezhe dan berpaling pada gadis muda yang berdiri tegap di sebelah
Yuezhe. Gadis itu tingginya sama dengan Yuezhe. Paling-paling, hanya
berbeda beberapa senti. Wajahnya terlihat dingin, namun, sebuah
senyum lembut terpampang di bibirnya yang berwarna merah pucat.
“Ini
temanku, Mrs.”jelas Yuezhe. 'Mrs. Bells' tersenyum dan saling
berjabat tangan dengan Galaco. “Galaxias Tranquillia, Mrs. Senang
bisa bertemu dengan anda.”ucap Galaco sopan. Senyum lembut masih
melekat di bibirnya. “Aku Prima Bells. Pemilik tempat ini. Kau bisa
memanggilku Mrs. Bells, dear. Senang bisa bertemu denganmu
juga.”sahut Mrs. Bells.
Galaco
hanya tersenyum manis. “Oh! Kalian pasti lelah! Mari kutunjukkan
kamar kalian!”seru Mrs. Bells sambil menarik Yuezhe dan menaiki
tangga. Ia mengantar Yuezhe dan Galaco ke kamar yang akan mereka
tempati beberapa hari.
“Kuharap
kalian nyaman menginap dalam satu kamar, dear.”jelas Mrs.
Bells. “Ini adalah kamar yang tersisa.”lanjutnya dengan nada
menyesal. “Ah! Tidak apa, Mrs.! Di Batalyon,
aku sekamar dengannya.”kilah Yuezhe sopan. Mrs. Bells tersenyum
lega. “Makan sore akan tersedia pada pukul setengah 4. Jangan
sampai kau melewatkannya!”pesan Mrs. Bells sebelum ia menyerahkan
kunci pada Yuezhe dan beranjak pergi.
“Kita
sekamar lagi, Yue. Lagi.”celetuk
Galaco, menekankan kata terakhirnya. Yuezhe hanya menghela nafas.
“Bagaimana lagi? Ini kamar terakhir.”desahnya. “Hei, ini pukul
berapa?”tanya Galaco mengalihkan topik pembicaraan. Yuezhe menengok
jam dinding yang terpasang di ujung koridor. “Pukul 11.”jawab
Yuezhe. “Kita masih punya waktu sebelum waktu makan. Ayo.”ajak
Galaco membuka kunci kamar dan membukanya. Ia dan Yuezhe memasukinya
beriringan.
“Kamar
ini luas sekali.”gumam Galaco saat melihat kamar yang akan
ditempatinya cukup luas. Berisikan dua kasur terpisah, rak buku,
lemari, dan sebuah meja untuk dua orang yang terdapat sebuah vas
berisi bunga lili diatasnya. Di lantai, karpet berwarna merah maroon
yang matching
dengan warna dinding tergelar elegan.
“Ayo kita bereskan, Gal. Aku
lelah.”bisik Yuezhe. Galaco tersadar dan membantu Yuezhe menata
barang-barang mereka. Galaco tak sadar, bila seseorang dari jendela
luar sibuk memperhatikannya.
-**-
“Mrs.,
kurasa, kamar disebelahku kosong. Apa ada yang memesannya?”tanya
Yuezhe saat makan sore. Mrs. Bells yang menemani Galaco dan Yuezhe
mengangguk. “Seseorang dengan nama Chamberline dan Shion.”sahut
Mrs. Bells. Yuezhe langsung terbelalak kaget.
“Ah, ternyata, Jendral Kuroneko
benar-benar melakukannya.”gumam Galaco. Ia mati-matian menjaga
tawanya yang hampir meledak saat melihat ekspresi sohibnya itu. Mrs.
Bells menatap Galaco dan Yuezhe dengan tatapan bingung. “Kau kenal
mereka?”tanya Mrs. Bells.
“Permisi,
Mrs. Mereka berdua adalah atasan kami
yang terkenal sangat handal dalam apapun. Terlebih lagi, Letnan
Chamberline. Ia sangat terkenal dengan ke-kerenan dan ke-tampanannya.
Yuezhe mengidolakannya.”terang Galaco halus. Mrs. Bells tersenyum
kecil. “Tak kusangka. Putri dari Mrs. Miangxing—maksudku,
Yueliang, bisa mengidolakan seseorang.”celetuk Mrs. Bells. Galaco
tak dapat menahan tawanya. Dia tertawa pelan, berusaha untuk tidak
menyinggung perasaan Yuezhe.
-**-
“Yue,
sudah pukul setengah 5. Apa kau mau jalan-jalan?”tawar Galaco.
Yuezhe menoleh. “Tentu,Gal.”desisnya.
Galaco dan Yuezhe mengganti baju. Tak sampai 5 menit, keduanya sudah
di luar.
“Aku tak percaya, bahwa kau adalah
sohibku.”celetuk Galaco disaat keduanya sedang berada di pinggir
jalan. “Kau kira aku percaya?”tanya Yuezhe balik. Sebuah senyum
tipis tersungging di bibirnya. “Dulu, aku begitu membencimu karena
kau menyebalkan. Tak kusangka, kau sekarang adalah sahabat sekaligus
partnerku.”timpal Galaco. Keduanya tergelak.
“Kau
tau, kupikir, aku mulai tertarik pada Letnan Chamberline.”sela
Yuezhe. Tersirat rasa malu di kalimatnya barusan. “Ya Tuhan. Kau
bahkan belum melihat wajahnya.”tegur Galaco. “—melalui
sikapnya, maksudku.”ralat Yuezhe. Galaco tersenyum. Sebuah
rangkulan ia tujukan pada sohib
forever-nya
itu. “Jika kau mencintai seseorang, pertaruhkan apa yang kau punya.
Karena cinta itu harus memiliki.”bisik Galaco tepat di telinga
Yuezhe. Yuezhe
hanya terdiam. Pikirannya dipenuhi oleh nama 'Letnan Mikuo
Chamberline'. Galaco memandangi sahabatnya sambil menahan perasaan
aneh yang tiba-tiba tumbuh di relung hatinya. Perasaan yang sama
ketika ia melihat reaksi Yuezhe pada berita mengenai Letnan
Chamberline. 'Aku
hanya berhalusinasi.'sergah
Galaco.
Tiba-tiba,
sebuah peluru mengarah ke kepala Galaco dan Yuezhe. Untungnya,
pendengaran tajam mereka dapat menangkapnya, sehingga, keduanya dapat
merunduk untuk menyelamatkan diri.
Galaco menarik Mini-Uzzi kesayangannya
dari bagian belakang rok yang dipakainya. Kedua tangannya sudah
dipersenjatai dengan benda berwarna hitam yang mematikan itu. Matanya
berkilat, menandakan ia menunjukkan sisi pembunuh dan serius yang ia
miliki. Ia mencari darimana asal peluru nyasar itu.
Sementara
itu, Yuezhe menarik sebuah
belati
kecil yang sealu dibawanya di saku celananya, sama seperti Galaco.
Matanya juga berkilat tajam. Ia mencari penembak itu. Tapi tak
berhasil.
Pandangan
mata Galaco sedikit meredup. Ia mengambil peluru tadi dan
menelitinya. “Peluru Karakuri Eyes.”ungkap Galaco saat mendapati
sebuah tanda yang melambangkan organisasi Karakuri Eyes. Seketika, ia
mengingat salah seorang penembak handal dari Karakuri Eyes,
Harushirayuki
Saeva (Haru Misora) yang
berhasil membunuh Piko.
Yang membuat Galaco tak habis pikir,
kenapa bisa-bisanya, Harushirayuki Saeva, adalah adik kandung Lienka
Saeva (Lenka Kagamine) yang mengganti namanya menjadi Lenka Flavien.
Perlu diketahui, Lenka Flavien adalah Wakil dari Jendral Kuroneko.
“Mereka sudah mulai bergerak. Kuharap,
Letnan Chamberline akan segera datang.”gumam Galaco. Yuezhe sejenak
memandang sahabatnya itu. Lalu, ia mengangguk setuju. “Dan suatu
hari nanti, aku akan menamparmu keras-keras, Harushirayuki
Saeva.”desis Galaco pelan.
-**-
Tak sampai 24 jam, Jendral Kuroneko sudah
mengetahui serangan mendadak Karakuri eyes yang ditujukan pada
duo-partner andalannya itu. (Meski ia lebih mengandalkan Mikuo dan
Taito, sih.)Ia langsung memerintahkan Mikuo dan Taito untuk berangkat
ke pusat Copenhagen. Ia tak mau Yuezhe dan Galaco mati dalam
penyerangan tiba-tiba.
Sementara itu, Mikuo dan Taito datang di
pusat Copenhagen, tepatnya Bells Inner Inn, pada pukul 11 malam. Mrs.
Bells sudah menunggu keduanya. “Aku sudah menduga Kuroneko akan
mengirimmu se-segera mungkin. Ayo, kutunjukkan kamar kalian!”ajak
Mrs. Bells.
Mungkin,
hanya sedikit sekali orang yang tau. Tapi, Mrs. Bells adalah bibi
dari Jendral Kuroneko. Hampir tak ada orang yang tau nama asli
Jendral Kuroneko. Noir Immeria. Itu nama asli dan lengkap Jendral
Kuroneko. Ia dipanggil 'Kuroneko' karena kecintaannya pada kucing
berwarna hitam yang dalam
bahasa Jepang disebut Kuro
Neko.
“Aku
berharap Miss Tranquillia dan Miss Yueliang baik-baik saja.”gumam
Mikuo. Taito
menatap partnernya itu dengan tatapan aneh. “Tak biasanya kau
memperhatikan keselamatan orang lain. Ada apa denganmu?”tanya
Taito. “Mereka tanggung jawab kita, Taito. Maksudku, kau tak ingat
perkataan Jendral Kuroneko? Beliau menyuruh kita untuk menjaga
mereka, bodoh!”jawab Mikuo dengan nada tinggi. Terdengar kalau dia
sangat khawatir. Taito tersenyum. “Aku tahu, Aku tahu.”sahut
Taito. Nadanya tetap tenang.
“Kurasa, ulang tahunku yang ke-16 akan
berlangsung tak terlalu meriah.”celetuk Yuezhe tiba-tiba. Tepat,
baik Yuezhe dan Galaco sama-sama berumur 15 tahun sekarang. Mereka
lahir di tahun yang sama. Hanya berbeda bulan. Galaco pada bulan
September, dan Yuezhe pada bulan Oktober.
“Sobat,
ini masih pertengahan Januari. Ulang tahunmu masih lama. Masih banyak
waktu untuk mempersiapkan kemeriahannya.”ingat Galaco. Yuezhe
menggeleng. “Bukan begitu, Gal. Perasaanku mengatakan, di ulang
tahunku yang ke 16 itu... Hanya sedikit yang tersisa.”sahut
Yuezhe pelan. Galaco menghela nafas. Ia menghentikan aktifitasnya,
membaca dan duduk di depan sahabatnya yang kini sedang bersila di
kasur itu. Kedua tangannya terjulur kearah bahu Yuezhe. Jemari
lentiknya menggenggam ujung dari sepasang bahu milik Yuezhe.
“Yuezhe
Yueliang, dengar. Aku tak ingin lebih banyak orang yang menghilang
dalam hidupku. Aku akan mempertahankan mereka, meski aku harus
mengorbankan diriku, mengerti? Aku tak ingin kau tak bisa merayakan
ulang tahunmu yang ke-16. Aku tak ingin melihatmu tergeletak tanpa
nyawa. Aku ingin melihatmu berjalan di impianmu!”tegas gadis yang
menyandang panggilan 'Galatic Princess' itu. “Gal, aku tak ingin
kehilanganmu! Aku tak mungkin sanggup hidup tanpa seseorang yang
selalu ada di sisiku!”sergah Yuezhe. Pandangan mata Galaco sedikit
melembut. “Masih
ada Jendral Kuroneko dan Mrs. Bells, Yue.”ingat Galaco. “Tapi
mereka beda denganmu!”kilah Yuezhe. Pandangan Galaco menjadi lembut
sekali. “Aku ingin kau terus hidup, Yue. Kau pikir, aku akan
membiarkanmu tertusuk pisau MEIKO? Tidak, tidak. Kau harus
melanjutkan hidupmu. Aku tak akan membiarkanmu mati. Aku tak akan
membiarkan seorangpun menyentuh kulitmu, kecuali itu adalah orang
baik. Aku
akan melindungimu, Yuezhe.”sanggah Galaco.
“Berjanjilah padaku, Gal.”ucap Yuezhe
lirih. “Berjanjilah bahwa kau akan ada disampingku saat aku meniup
lilin ulang tahunku.”lanjutnya. Galaco tersenyum. Ia mengaitkan
jari kelingkingnya. “Baik, Aku berjanji. Tapi kau juga harus
berjanji padaku.”sela Galaco. “Apapun itu.”sahut Yuezhe. “Kau
harus tetap tersenyum, meski apa yang menimpamu adalah hal yang
buruk. Kau harus kuat. Kau tak boleh sekalipun menangis. Kau hanya
boleh menangis bila kau benar-benar membutuhkannya. Kau harus tetap
berjalan di atas impianmu. Kau harus menjadi orang hebat.”ulas
Galaco. Yuezhe menatap wajah Galaco. Ia merasa hatinya tak rela untuk
berjanji. Tapi, takdir berkata lain. “Aku berjanji, Galaxias
Tranquillia.”
To be continued...
Bagaimana? Ada yang kurang? Comment! Chapter 3 akan segera datang!
Sebenarnya, waktu nulis Mikuo itu ganteng dan keren, Galaco harus nahan muntah, loh =w=
Masa, orang kaya gitu dibilang ganteng dan keren? =A= //dor
Tapi, demi kelancaran fict, Galaco paksain, deh~
Sore ja, Mata ashita!
♪Galaco!♪
Selasa, 16 April 2013
Diposting oleh
.:KBF-Crew:.
di
17.53
Label:
Galaco,
Karakuri Burst,
KBF version,
Song-based,
Story
1 komentar
Yo, Minna!
Disini Ruko Galaco. Akhirnya, Galaco boleh pake FB lagi~ #sementara pake FBnya Iro-chan
Anyway, Galaco disini mau membawa sebuah cerita yang Galaco buat sendiri! Judulnya Karakuri Burst. Benar! Cerita ini berdasarkan lagu Karakuri Burst yang diciptakan oleh dua orang yang sangat hebat, yaitu Hitoshizuku dan Yama△. Hanya saja, Galaco pake chara-chara di KBF. Dan cerita disini ada yang semi-asli.
Nah, ayo mulai!
Karakuri
Burst
Story
by Galaco
All
character belong to the respective owner
Malam
yang gelap dan tenang menyapa sebuah Batalyon yang berada di tepi
kota Copenhagen. Seorang gadis berpakaian seragam Batalyon itu dan
berambut hitam sedikit sedikit kemerahan nampak memandangi bintang di
langit dari balkon Batalyon tersebut. Manik coklat kemerahannya
memperhatikan pergerakan lambat yang ada di awan. Dirinya hanyut
dalam ketenangan yang disediakan alam.
Namun,
kehanyutan sang gadis tadi harus dihancurkan oleh salah seorang
temannya yang memiliki rambut sedikit aneh. Pirang pucat di bagian
kanan, coklat tua di bagian kiri, dan warna merah-biru-kuning di
bagian kiri poninya yang berurutan merah-biru-kuning dari kanan.
Gadis bersurai coklat dan pirang itu menepuk bahu sang gadis berambut
hitam sedikit kemerahan.
“Jangan
melamun, Yue.”tegur gadis bersurai ganda. “Aku tidak melamun,
Galaco.”tukas gadis yang dipanggil 'Yue' atau lengkapnya, Yuezhe
Yueliang (Yuezheng Ling). Sementara si gadis bersurai ganda itu
terkikik. Menurutku, lebih enak memanggilnya Galaco dari pada 'gadis
bersurai ganda' atau nama lengkap aslinya
yang terlalu rumit,
Galaccious
von Scharzigartie (Galaco).
“Tapi
matamu menunjukkan bahwa kau sedang melamun, kawan.”kilah Galaco.
Yuezhe menghela nafas. “Baik-baik. Aku memang melamun.”gumam
Yuezhe pelan.
“Lagian,
kau ngapain disini? Mengganggu orang saja.”gerutu Yuezhe. Galaco
tersenyum misterius. “Jendral Kuroneko memanggilmu. Yah, sebenarnya
memanggil kita, sih.”terang Galaco. “Jangan bilang kalau aku
harus menjalankan satu misi denganmu.”doa Yuezhe. “Sepertinya
begitu.”jawab Galaco. Ia kemudian menarik tangan Yuezhe dan
membawanya masuk kedalam.
-**-
Yuezhe
Yueliang adalah seorang gadis yang berasal dari Cina. Polisi negara
Cina menangkapnya saat mereka menemukan seorang gadis sedang berjalan
dengan sotoynya
di pinggir jalan. Lalu, mereka mengirim gadis yang berandalan ini ke
Copenhagen dan menyerahkannya ke Batalyon KBF, Batalyon tempat Yuezhe
bekerja sekarang. Sebenarnya, namanya bukan Yuezhe Yueliang,
melainkan Dueilei Miangxing. Tapi, demi menghapus masa lalunya yang
kelam, Jendral Kuroneko memberinya nama 'Yuezhe Yueliang' atau yang
lebih sering dipanggil Yue oleh rekan kerjanya.
Sedangkan
Galaccious von Scharzigartie adalah anak dari seorang bangsawan
keturunan Jerman-Belanda yang seharusnya hidup di Inggris, tetapi
malah nyasar ke Copenhagen karena ia diculik. Semua
orang menginginkannya, karena dia memiliki suatu orb bernama Diamond
Red yang hanya dimiliki keluarga Scharzigartie. Karena keberadaannya
sangat dicari-cari, Galaccious memasuki dunia ke-polisian dan
mendapat bagian di Batalyon KBF. Jendral Kuroneko mengganti namanya
menjadi 'Galaxias Tranquillia' atau yang lebih enak dipanggil Galaco
maupun Gal. Dan mengenai rambutnya yang unik itu, ia berkata bahwa
itu adalah rambut aslinya.
-**-
“Jadi,
ada perlu apa Jendral memanggil kami?”tanya Galaco mengawali
percakapan. “Aku ingin kalian mengerjakan suatu misi, yaitu
menghapus
organisasi Karakuri Eyes.”terang
Jendral Kuroneko (96Neko).
“K-Karakuri
Eyes ?”tanya Galaco. “Benar. Karakuri Eyes. Organisasi pembunuh
terhebat sepanjang masa.”terang Jendral Kuroneko.“Apakah
hanya kami berdua?”tanya Yuezhe.
Nada malas sedikit tersirat di perkataannya. “Tidak. Ada Kim SeeU
(SeeU),
Gumivien
Recens (Gumi
Megpoid),
Aoki Crystallus (Aoki
Lapis),
dan masih banyak lagi.”jawab Jendral Kuroneko. Yuezhe
mendesah lega. “Tapi, aku sangat yakin. Meski kalian hanya berdua,
kalian dapat diandalkan.”sambung Jendral Kuroneko. Yuezhe
langsung mendesah kesal. Galaco juga terlihat sedikit kecewa.
“Baik, kupikir kalian mengerti. Kalian bisa mengerjakannya
besok.”ujar Jendral Kuroneko. Ia mengulum sebuah senyum tipis.
Yuezhe
dan Galaco memberi hormat. Lalu, keduanya berjalan beriringan ke
kamar mereka yang ironisnya, satu kamar diisi dua orang. Lebih
ironis, mereka sekamar!
“Kau
tahu, aku bosan denganmu.”desis Galaco. “Kau kira aku
tidak?”tukas Yuezhe. “Tapi demi misi, aku harus mau.”sahut
Galaco. Yuezhe tersenyum. “Ya, tentu saja.”gumam Yuezhe. “Kita
harus cepat beristirahat, Yue. Aku tak mau besok kita bangun
kesiangan.”kata Galaco. Ia segera melesat ke kamar. Meski ia tahu
jelas bahwa tak diperbolehkan berlari di koridor, dia tetap nekat.
Toh, dia tetap Galaco yang suka menerobos.
-**-
Pagi
yang cerah. Berkas-berkas sinar mentari memasuki kamar Galaco dan
Yuezhe. Membuat keduanya terpaksa bangun. Setelah membereskan tempat
tidur, keduanya langsung memasuki kamar mandi dan membersihkan diri.
Perut yang sudah konser menjadi alasan utamanya.
“Kaupikir,
apa yang akan menjadi menu sarapan pagi ini, Yue?”tanya Galaco
sembari memakai kaos kakinya. Yuezhe menatap Galaco. Tangannya tetap
aktif mengacing kemeja putih yang senantiasa menemaninya. “Entahlah.
Mungkin, Omelet dan Roti?”balas tanya Yuezhe. Galaco
tertawa kecil. “Mungkin. Tapi aku mengharapkan beberapa potong
Blueberry Roll dan Tempura.”ungkap Galaco. Yuezhe hanya tersenyum
kecil.
Galaco
menggigit ujung Moon Dumpling bagiannya. Meskipun tak seperti yang ia
bayangkan, tapi, ia tetap makan dengan khidmat karena perutnya
keroncongan. Sesekali, ia meneguk White Coffee yang juga merupakan
bagian dari menu. Sementara itu, Yuezhe sibuk menyantap Moon
Dumplingnya. Ia nampak kelaparan sekali.
Gumivien
Recens, atau
yang lebih sering dipanggil Gumi, tertawa melihat cara makan Yuezhe.
“Apa? Ada yang salah?”tanya Yuezhe super-watados. “Cara
makanmu, Yue!”celetuk Cul, Culnathene Lockhart (CULnoza). Seketika
itu, Yue tersipu dan Galaco tergelak bersama Gumi dan Cul.
“Kau
tergabung dalam Misi itu, Yue, Gal? Misi... Karakuri Eyes.”bisik
Gumi. Yuezhe hanya mengangguk, sementara Galaco terdiam. “Kau
sendiri?”tanya Yuezhe. “Aku, Gumi, Yuyu, dan Aria jadi satu
kelompok.”jawab Cul. “Yuyu, maksudmu Yuzuka Yukarin (Yuzuki
Yukari), cewe Jepang yang suka kelinci itu?”tebak Yuezhe. Gumi
mengangguk. “Dan Aria. Maksudmu, IA Aria (IA) yang rambutnya cream
panjang itu?”celetuk Galaco pelan, takut orang yang dimaksud
mendengarnya. “Tepat sekali.”balas Cul.
“Berhati-hatilah.
Hanya Calne Black yang selamat dari semua investigasi mengenai
Karakuri Eyes.”ingat Gumi. “Tentu.”sahut Galaco. Jiwa pendiam
dan seriusnya sudah keluar. Awas, dunia!
“Hei,
bukankah sebaiknya kita mempercepat sarapan dan menghadap Jendral
Kuroneko?”tanya Cul. Galaco, Gumi, dan Yuezhe mengangguk setuju.
Ketiganya mempercepat sarapan, hingga sedikit sering tersedak.
Sementara Cul memandangi jendela. Ia sudah selesai makan dari tadi.
-**-
“Jendral,
dimana kami bisa mencari informasi mengenai Karakuri Eyes?”tanya
Gumi. “Perlu kalian ketahui,”jawab Jendral Kuroneko. “Organisasi
Karakuri Eyes terdapat di seluruh Jerman. Namun, di daerah
Copenhagen-lah markasnya.”lanjutnya. Yuezhe mengangguk mengerti.
“Pimpinan Karakuri Eyes sekarang ini adalah seseorang dengan nama
samaran MEIKO ('W').”timpal Jendral Kuroneko.
“Kalian
harus berhati-hati.”bisik Jendral Kuroneko. “Dibalik lengan
MEIKO, ia menyimpan jutaan tipuan.”lanjutnya. “Baiklah, kalian
bisa mengerjakan tugas kalian. Yueliang dan Tranquillia, kalian ke
pusat kota Copenhagen. Menyamarlah. Recens dan Lockhart, amankan
tepi-tepi kota, aku akan mengirim Aoki Crystallus dan Rinnie
Speculene (Rin Kagamine).”titah Jendral Kuroneko. Yuezhe, Galaco,
Gumi, dan Cul segera memberi hormat. Keempatnya berlari ke kamar
masing-masing untuk persiapan.
-**-
“Baik,
kurasa kita sudah siap, Yue.”celetuk Galaco sambil merapikan
poninya. Ia hanya mengikat rambutnya dan memakai pakaian berupa
kemeja dan rok. “Ya. Ayo kita pergi sekarang.”sahut Yuezhe sambil
menyambar tasnya. Galaco mengambil tasnya. Keduanya berjalan bersama
menuju luar.
“Aku
ingin bertemu MEIKO.”gumam Yuezhe. “Kau tau, aku ingin memukul
wajahnya.”lanjut Yuezhe. Galaco tersenyum. “Aku ingin
menembaknya.”desis Galaco. Dendam teramat dalam tersirat di setiap
katanya. Kenapa? Karena MEIKO telah membunuh sahabat terdekat SeeU
yang kabarnya disukai oleh SeeU sendiri. Piko Summern.
“Yang
jelas, kita harus segera ke pusat Copenhagen.”
To be continued....
Bagaimana menurut Minna? Ada yang kurangkah? Ada yang jelekkah? Jika ada, silahkan komen :) Bakal diperbaiki di Chapter besok!
Mata ashita, minna!
♪Galaco!♪
Sabtu, 13 April 2013
Langganan:
Postingan (Atom)